Rumah Karya

  • Beranda
  • Puisi
  • Prosa
    • Tentang Uswah
    • Tentang Aku dan Jean
    • Tentang Perempuan
    • Prosa Teologis
    • Prosa Erotis
    • Untuk Cinta
    • Refleksi
  • Renungan
  • Esai
  • Resensi Film
  • Fotografi
  • Desain Grafis
  • Penulis
    • Galeri

Kesunyian Dalam Takbir

4/25/2014

0 Comments

 
Sudah enam kali idul fitri aku tersesat dalam pengembaraan. Malam I’d yang ke enam ini tidak berbeda dengan malam-malam ‘id sebelumnya. Kadang gelisah, gundah, terasa sepi, tapi apa daya ini merupakan jalanku satu-satunya. Suara takbir memang membuatku berdebar sejuk, seolah-olah ia merupakan salah satu moment paling indah bagi para penikmat agama. Suara takbir itu menderu-deru disetiap cerobong suara di setiap masjid. Lantunannya merdu mengagungkan tuhan, mengesakan tuhan, dan menyatakan bahwa pujian adalah mutlak hanya miliknya. Suara itu berulang-ulang menggema dimalam yang begitu mulia. Konon katanya tidak ada pahala yang lebih besar pada malam itu kecuali bertakbir dengan khusyuk menyambut hari fitri nan penuh kemenangan. Aku duduk termenung di teras sebuah masjid kecil.., suara takbir anak-anak dan sesekali ta’mir masjid betul-betul aku hayati pada malam itu, akupun berkhayal panjang…….

Selanjutnya aku beranjak menyusuri sepanjang jalan sekedar melepas penat dan kesepian, berjalan terus menyusuri ibukota yang semakin sepi. aku lihat di setiap trotoar terdapat para pengemis yang berjejer dengan jarak 10 meter antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengharapkan THR ala pengemis dari orang-orang yang barangkali ingin bersedekah di malam ‘Id yang mulia. Sungguh pemandangan yang memilukan dan mengganggu stabilitas perasaanku. Perjalanan aku hentikan di sebuah toserba kecil, aku membeli sebungkus rokok dan sebuah es krim, siapa tahu 2 benda itu bisa menawar kesepianku, dimana ketika itu semua orang berkumpul mesra dengan sanak saudaranya. Aku segera beranjak pulang menuju istana kediamanku, tak lama setelah itu asap mulai mengepul, batang-batang rokok itu sedikit memberiku rasa pusing sehingga aku bisa sedikit melupakan impian kebahagiaanku.

Tidak berbeda dengan hari-hari kelamku. Pada malam ini angan panjangku beraktifitas seperti biasa, mengangankan sebuah dunia cinta yang tidak pernah dan tidak akan pernah diciptakan oleh tuhan. Kali ini anganku berlatar hari-hari lebaran. Dimana aku dengannya menikamati suara takbir nan merdu meneduhkan qalbu, kami mempersiapkan sesuatu untuk merayakan hari esok nan penuh kemenangan. Senyuman tak jarang menghiasai paras wajah kami  karena kami telah mampu dengan cukup baik melaksanakan puasa ramadhan. Kami pulang ke kampung halaman melewati jalan panjang eksotis untuk bertemu orang tua dan mertua kami. Kami sungguh bahagia ketika itu, nuansa asesoris agama yang indah kami elaborasikan dengan agungnya cinta kami, sungguh indah….dan teramat indah….

wahai zat yang sering diagungkan oleh hambamu..!!, berkenankah engkau menciptakan takdir..?? “izinkanlah kami berdua menikmati suara takbir bersama-sama dengan penuh cinta dan sayang pada malam-malam “id selanjutnya”

Ahfa Rahman
15 Maret 2010
0 Comments



Leave a Reply.

    Author

    Ahfa Rahman Syah

    Archives

    April 2014

    Tentang Uswah

    All
    > Aku Bermimpi Indah..
    > Aku Masih Merasa..
    > Aku Pernah Yakin..
    > Antara Agama...
    > Antara Cinta...
    > Cerita Yang Terus..
    > Cinta Yang Tak Pernah..
    > Cita-Cita Ini....
    > Dia Adalah Bangsawan
    > Fatamorgana 1
    > Fatamorgana 2
    > Imperialisasi Cinta
    > Kami Terpisah..
    > Kaum Hawa
    > Kebiasaan Yang Maha..
    > Kesunyian Dalam Takbir
    > Ketika Mereka..
    > Ketika Waktu..
    > Kuingin Menyalurkan..
    > Last Letter To Uswah
    > Mencari Dan Mencerna..
    > Mencintainya Seperti..
    > Pertanyaan Besar..
    > Revalina...
    > Tak Berdaya
    > Tentang Perasaan
    > Tentang Picik..
    > Tidak Berani Berharap
    > Untuk Dia...

Powered by Create your own unique website with customizable templates.