Cintaku ada, mulia, dan eksis, tetapi sungguh tragis, hamba cintaku tak pernah mengimani wujud, keesaaan dan kekekalannya.
Dia lebih mengimani cinta yang sementara, cinta permainan, dan cinta yang tidak betul-betul haqiqi.
Dia terperdaya oleh kitab-kitab palsu dan belum sempurna. Dia terhipnotis oleh budaya jahiliyah cinta yang maha menghanyutkan dan menghancurkan. Sayang ketika itu tidak ada malaikat yang berkenan menyampaikan wahyu cintaku...
Ingatkah engkau de.. Pada awal cinta itu mulai bersemi, engkau lebih meng-imani orang-orang disekelilingmu, engkau sama sekali tidak percaya firman-firmanku yang terucap melalui lisan yang jujur dan suci.
Lalu dogma-dogma itu membuatmu memilih jalan lain, menuju tuhan cinta fiksi, sebuah jalan yang ketika itu membahagiakanmu, namun selalu berakhir dengan tragis dan cuma-cuma.
Tetapi ternyata cintaku maha penyabar dan pemaaf. Dia bertawakal dalam perihnya penantian dan harapan. Dia selalu menangis menunggu harapan itu muncul lagi dengan doa-doa syahdu kepada sang tuhan sejati.
Lalu datang kesempatan itu, entah kesempatan ataukah hanya persepsi sepihak..? aku tidak tahu, tapi cintaku selalu ulet untuk menggapai harapannya.
Ingatkah engkau de’...., ternyata sekali lagi engkau tidak mengimani cinta itu. Cinta yang mulia itu kau anggap sebagai hari pembalasan, walaupun air mataku telah berhamburan untuk meyakinkanmu. Sungguh tragis dan konyol. Sebuah fenomena yang membuatku gelap akan sinar terang cinta.
Engkau tetap memilih jalanmu, dan ternyata itulah jalan yang kau pilih. Kami semua menangis akan kabar dan keadaanmu disana.., sungguh nama harummu telah pudar tertiup angin dan takkan pernah kembali.... sungguh sangat disayangkan de......, sungguh sangat disayangkan.....
Kalau itu memang jalanmu de....... selalu berbahagialah dalam jalanmu itu.....
Ahfa Rahman
27 Agustus 2009