Siang ini dan hari-hari sebelumnya aku melepaskan rindu kepada kota ini, pesawahan luas telah aku telusuri, tempat-tempat jajanan kesukaanku dulu telah aku sambangi. Rumah-rumah berderet dipinggir jalan telah aku pandang. Budaya dan karakter manusia-manusia lokal telah aku nikmati semua. Aku cukup puas lah.............., lama sekali pemandangan ini lenyap dari mataku.
Ah.... Peradaban ini mengingatkanku kepada cita-citaku dulu, cita-cita seorang pecinta yang penuh dramatisasi. Aku pernah mencintai seseorang yang kurang lebih sama hidup diatas peradaban ini. Sehingga peradaban ini pernah menjadi impian dan cita-cita untuk menjadi bumi dan pijakan cinta kami. Hatiku sedikit mengerang perih ketika indra penglihatanku menatap semua ini. Ya.... cita..cita itu telah musnah.. peradabannya masih ada, tetapi cinta ini telah musnah menjadi asap, karena gadis mungil itu telah pergi memilih hidupnya sendiri. Dan saat ini mungkin dia sedang bahagia dengan calon buah hati yang telah tertanam di rahimnya.
Aku masih seperti ini.... stagnan... , seolah-olah cita-cita ini merusak dan membunuhku. Cita-cita ini telah membuatku terkujur kaku meratap dalam hitungan tahun. Sesekali aku hembuskan nafas panjang ini.... seolah-olah melepaskan beban yang menggumpal, dan berharap ada kompensasi khusus dimasa yang akan datang.
Ahfa Rahman
01 Maret 2010