Aku kembali mengundangmu hadir dalam teater angan-anganku, memintamu memerankan tokoh protagonis mendampingiku sebagai tokoh utama, sebuah film cinta dan drama, tentang sebuah hubungan cinta kasih rumah tangga yang harmonis dan perfeksionis.
Aura dan keanggunanmu masih begitu memikat hatiku, walaupun dalam teater itu kau kembali dengan keadan tidak utuh lagi, tidak seperti dulu yang sempurna dan anggun. Tapi cintaku tak berubah sejengkal semut sekalipun, masih utuh dan hangat seperti sedia kala.
Harapanku dan impianku adalah meneduhkanmu dan menjadi miracle bagi kehidupanmu, orang tuamu, sanak saudaramu dan masyarakat disekitarmu, mengembalikan kehormatan dan keseganan yang mungkin telah hilang atau pernah melebur. Sembari mempersembahkan kekuatan cinta tak terkira kepadamu wahai dinda dan mengantarkanmu kepada senyum dan kebahagiaan batin dalam fase-fase kehidupanmu selanjutnya.
Memberikan tawa dan keriangan dalam rumahmu, memuaskan dan mencukupi kebutuhan kasih sayangmu, cinta dan geloramu, finansial dan kebutuhanmu, dan segala aksesoris dan marchendise kehidupan lahir batinmu. Membelai dan mendekap wajahmu, menyandarkan pada dinding sanubariku, dan menuturkan kata-kata lembut penenang keresahanmu.
Menciummu sebagai bukti kasihku dan memimpinmu sebagai bukti tanggung jawabku, menyodorkan ketulusan dan bakti pada orang tuamu, dan limpahan kasih sayang untuk putri terkasihmu. Itulah aku saat ini dengan harapan dan ketulusanku serta niatku
Sebuah utopia dramatis, lebih dramatis dari paragraf-paragraf diatas sekalipun. Sebuah cerita cinta dan drama yang mungin hanya ada dalam teater anganku, tak akan pernah terealisasi dalam realitas nyata. Sebenarnya aku tidak berani berharap, hanya ingin meminjam bayanganmu saja untuk kucintai dan kucumbu dalam anganku..
Ahfa Rahman
06-06-2012