Salah satu pihak merasa sangat payah, raga dan jiwanya hanya berputar dan berkutat pada lingkaran dipusat pertemuan 3 jalan yang berbeda, berputar dan berpikir, sekali-kali mencerna, dan tidak ada kepastian jawaban, atau yang mana sebuah hakekat. Dia sesat dalam proses berpikir. Dia mungkin terlalu bodoh mengkaji kajian ini. Atau telah tertutup mata hatinya akan pengetahuan hakekat yang sudah dekat. Yang pasti suatu kepastian yang telah terjadi dia anggap salah “tidak seharusnya” tetapi perihal sebaliknya memberikan ketidak puasan dan dia anggap juga salah.
Satu pihak yang lain menjalani kehidupan yang tidak tercerna oleh logika dan mata hati para manusia yang cerdas jiwa. Kehidupan yang sudah pasti tuhan tidak merencanakan dan berharap.....
Jika manusia merasa mencekam dan kesakitan akan sebuah tragedi, dia akan memahaminya kelak sebagai pintu gerbang menuju keselamatan yang lebih dan jangka panjang. Tetapi tidak pada studi kasus ini, sangat berbeda dengan kajian pada umumnya. Rasa sakit yang dialami pada awal kasus, yang dalam analisanya memberikan happy ending justru membuatnya semakin susah dan mencekam. Seandainya ini jalanku aku seharusnya mendapatkan fasilitas lain. Atau minimal kompensasi, tapi ternyata justru sebaliknya, aku semain terjatuh kepada ketidak berdayaan yang akut.
Jika aku memang telah buta, mohon dipapah menuju jalan yang seharusnya aku lewati, jika Sudah benar mengkaji mohon didukung secara akademis dan diapresiasi. Bila salah mengkaji mohon di setujui statemen dan konsekwensi yang telah ku tuturkan.
Ahfa Rahman
06-05-2011