Selanjutnya aku beranjak menyusuri sepanjang jalan sekedar melepas penat dan kesepian, berjalan terus menyusuri ibukota yang semakin sepi. aku lihat di setiap trotoar terdapat para pengemis yang berjejer dengan jarak 10 meter antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengharapkan THR ala pengemis dari orang-orang yang barangkali ingin bersedekah di malam ‘Id yang mulia. Sungguh pemandangan yang memilukan dan mengganggu stabilitas perasaanku. Perjalanan aku hentikan di sebuah toserba kecil, aku membeli sebungkus rokok dan sebuah es krim, siapa tahu 2 benda itu bisa menawar kesepianku, dimana ketika itu semua orang berkumpul mesra dengan sanak saudaranya. Aku segera beranjak pulang menuju istana kediamanku, tak lama setelah itu asap mulai mengepul, batang-batang rokok itu sedikit memberiku rasa pusing sehingga aku bisa sedikit melupakan impian kebahagiaanku.
Tidak berbeda dengan hari-hari kelamku. Pada malam ini angan panjangku beraktifitas seperti biasa, mengangankan sebuah dunia cinta yang tidak pernah dan tidak akan pernah diciptakan oleh tuhan. Kali ini anganku berlatar hari-hari lebaran. Dimana aku dengannya menikamati suara takbir nan merdu meneduhkan qalbu, kami mempersiapkan sesuatu untuk merayakan hari esok nan penuh kemenangan. Senyuman tak jarang menghiasai paras wajah kami karena kami telah mampu dengan cukup baik melaksanakan puasa ramadhan. Kami pulang ke kampung halaman melewati jalan panjang eksotis untuk bertemu orang tua dan mertua kami. Kami sungguh bahagia ketika itu, nuansa asesoris agama yang indah kami elaborasikan dengan agungnya cinta kami, sungguh indah….dan teramat indah….
wahai zat yang sering diagungkan oleh hambamu..!!, berkenankah engkau menciptakan takdir..?? “izinkanlah kami berdua menikmati suara takbir bersama-sama dengan penuh cinta dan sayang pada malam-malam “id selanjutnya”
Ahfa Rahman
15 Maret 2010