Dia penebar rasa damai dan kelembutan. Dia adalah sosok seorang ibu yang memberikan kasih sayang kepada seluruh insan. Dia selalu menyinari alam dengan senyuman khas, sebuah senyuman teramat manis yang tak pernah pudar sepanjang masa.
Dia sosok seorang ratu. Insan terpilih diantara rakyat jelata. Dia merupakan salah satu putri terbaik yang dimiliki oleh pesantren yang suci. Dia amat berhati mulia dan rendah hati. Matanya lentik menebar benih-benih cinta. Perangainya terpuji panutan para selir dan pelayan.
Dari jauh dia terlihat amat menarik. Pakaiannya bersih dan begitu rapi. Langkahnya pelan menuju tugas dan kewajiban. Perasaanya tipis penuh dengan sayang dan iba. Semuanya menyukainya.., semua mengagumi kesantunannya. Dia merupakan uswah bagi para penuntut ilmu dan penghuni rumah suci.
Aku merupakan salah satu pengagumnya. Seorang pengagum dari golongan jelata yang penuh keburukan dan penghinaan. Seseorang yang beperangai buruk dan penuh keterbatasan.
Seseorang yang tidak pernah tersenyum dan bahagia dengan kehidupannya. Seseorang yang diselimuti oleh problema individual dan merupakan ladang hinaan bagi orang-orang yang berbahagia.
Aku adalah orang yang jarang dihormati dan dikagumi. Orang yang lesu dan selalu membuat redup segala suasana. Orang yang berwatak keras tapi penakut dan penangis.
Aku adalah orang yang terlihat lusuh, kumuh dan beraura negatif. Orang yang tidak mampu menjadi panutan bagi semua orang. Orang yang selalu terisolir dari pergaulan dan persahabatan. Manusia sombong yang penuh dengan kelemahan.
Tapi tidak salah dan tidak melanggar kode etik manapun jika aku mengaguminya, menyukainya, bahkan mencintainya. Ketika itu, aku mengenalnya dan menyukainya berawal dari sebuah nama. Nama yang indah dan bermakna. Aku yakin akan sosoknya walaupun mata ini belum pernah termenganga kepadanya.
Tapi amat salah dan melanggar norma jika kami bersatu. Karena bangsawan dan rakyat jelata selamanya akan terpisah oleh ruang dan jarak. Jarak yang begitu jauh dan ruang kebahagiaan yang sungguh berbeda. Dia berhak untuk segalanya dan memiliki banyak pilihan, sedangkan aku hanya sekedarnya dan harus melalui jalan yang telah ditentukan.
Terima kasih permaisuri... pengalaman cintaku kepadamu sangat indah dan memberiku banyak pelajaran. Banyak hikmah yang kupetik untuk bekal masa depanku. Mohon maaf atas segala kelancangan dan ketidaktahumaluan.
Semoga engkau abadi dalam singgasanamu yang agung....
Ahfa Rahman
27 Agustus 2009