Aku sebagai pelakupun agak tidak bisa lagi mengingat tragedi itu, dan susah mengartikulasikan keadalam bahasa, karena memang teramat abstrak, seakan-akan keadaan jiwa itu tidak dikenal dan belum pernah terjadi di dunia.., keadaan yang membuatku seperti manusia setengah sadar dengan mengemban sejuta lara batin selama berbulan-bulan kedepan..
Aku pernah jatuh keadalam keadaan ketidakmampuan yang akut, untuk mencapai suatu karya indah sang sutradara dunia, lingkungan sosial dan pembentukan karakterku sebagai salah satu jenis ciptaannya, tidak benar dan banyak kesalahan, sehingga aku tumbuh menjadi manusia yang unik dan berbeda dari konvensional. Karya indah sang sutradara dunia itu begitu membuatku terhipnotis dan dan menciptakan daya dorong yang kuat untuk menggapainya, namun keadaan ketidakmampuan yang akut itu memaksaku diam seribu bahasa dan membiasakanku menikmati karya itu setelah aku transformasikan kedalam dimensi lain “angan”.
Semakin hari penyakit akut itu semakin menjadi-jadi terbawa oleh lingkungan yang kurang bersahabat. Aku semakin liar memainkan dunia fiksi yang pada hakekatnya tidak berarti apa-apa dan sebenarnya memicu tingkat bahaya yang lebih tinggi. Tetapi aku hanya berpikir sesaat ketika itu, yang penting kenikmatan itu bisa aku teguk walaupaun hanya dalam ilusi.
Suatu saat aku mendapatkan tawaran untuk menikmati karya itu dalam ruang realitas, ruang kehidupan sebenarnya, susah bagiku untuk percaya pada awalnya.. tapi itulah yang terjadi. Aku mulai mencari petunjuk melalui media spiritual karena aku anggap itu masalah teramat serius yang akan mengikatku kapanpun juga. Aku mulai berspiritual ria memohon dukungan kepada penguasa alam untuk mengamini keinginan ini. Aku mulai gila dan semakin gila terhadap tawaran itu, karena selama masa itu aku meyakinkan diriku bahwa hal itu bagiku adalah pertama dan terakhir, dan dengan rajinnya aku membuatnya teramat mengakar dalam jiwa ini.
Ternyata sang pemberi tawaran menarik tawarannya kembali dengan berbagai alasan setelah aku terjembab pada keadaan mabuk dan kecanduan. Ya.. kecanduan akan tawaran itu, tawaran itu telah menjadi bagaikan udara bagiku... aku sangat membutuhkan dan tidak ada penggantinya.
...................................................., titik-titik itu bermakna keadaan yang amat menyakitkan, aku letih dan bosan jika mendeskripsikannya, intinya nuansa kepedihan batin yang amat menyayat-nyayat, hal itu adalah rasa sakit peringkat kedua yang pernah kurasakan setelah rasa sakit yang aku gambarkan pada paragraf pertama.
Aku mulai “skip” melewati hari-hariku selanjutnya,
Ahfa Rahman
23 - 08- 2010