BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Tehnik Penulisan
BAB II : KERANGKA TEORI.
A. Pengertian Tema
B. Penggolongan Tema
BAB III : PEMBAHASAN.
A. Sinopsis
B. Analisis Tema
BAB IV : PENUTUP DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB. I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi orang-orang yang membaca novel tidak hanya bertujuan semata-mata mencari dan menikmati kehebatan cerita, biasanya akan segera menghadapkan diri pada pertanyaan: apa yang sebenarnya ingin diungkapkan pengarang lewat cerita itu? Atau, makna apakah yang dikandung sebuah novel dibalik cerita yang disajikan itu? Hal-hal yang dipertanyakan itu, memang, pada umumnya tidak diungkapkan secara ekplisit sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu penafsiran.[1]
Mempertanyakan makna sebuah karya, sebenarnya, juga berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentulah mengandung dan menawarkan tema, namun apa isi tema itu sundiri tak mudah ditunjukkan . ia haruslah dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan data-data yang lain, dan itu merupakan kegitan yang sering tidak mudah dilakukan. Kesulitan itu sejalan dengan kesulitan yang sering kita hadapi jika kita diminta untuk mendefinisikan tema.[2]
Tema adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari karya sastra, karena tema tersebuat adalah yang menjiwai seluruh isi dari karya sastra termasuk juga unsur-unsur di dalamnya, dalam pembuatan karya sastra semua isi karya sastra tersebut harus dijalankan atau dikembangkan sesuai tema yang telah ditentukan. Bisa diibaratkan tema adalah sebuah jalan tertentu dimana sang sopir yang diibaratkan pengarang harus membawa barang bawaan dalam mobilnya menyusuri jalan itu dan tidak boleh belok ke jalan lain. Tema inilah yang merupakan pokok pikiran, cita-cita atau pesan dari seorang pengarang yang ingin disampaikan kepada pembacanya yang mana cara penyampainya secara eksplisit, sehingga banyak sekali kasus bahwa tujuan utama ini (penyampaian pesan/ makna/ tema) tidak berhasil karena keterbatasan nalar pembaca.
Banyak sekali karya-karya sastra seperti cerpen, roman dan lain-lain yang telah dikonsumsi oleh masyarakat tapi sayangnya tidak semua makna yang terkandung didalamnya (tema) dapat dikonsumsi juga oleh mereka, karena terkadang para pembaca hanya memperhatikan kepada menariknya alur cerita tanpa menyelami apa makna yang ada di balik itu semua, mungkin karena alur ceritanya menarik seperti percintaan (dibawah lindungan ka’bah) atau menyedihkan seperti pemaksaan dalam perkawinan (Siti nurbaya) atau menegangkan seperti penindasan dan penjajahan (Gaza tertutup bagi kita)
Cerpen Gaza tertutup bagi kita adalah sebuah cerpen arab yang menggambarkan tentang kisah seseorang yang mengalami penderitaan akibat kondisi politik, penjajahan dan kejahatan kemanusiaan di jalur Gaza (Palestina) oleh orang-orang israel, dalam kisah ini diceritakan bagaimana orang-orang Israel dengan kejamnya membunuh orang Palestina dengan persenjataan yang bermacam macam, peluru berhamburan kesana kemari, setiap hari pasti ada korban yang meninggal, cerpen ini sangat menarik untuk dibaca karena memang sangat menegangkan akibat tragedi kemanusiaan yang amat memilukan itu.
Untuk itulah mungkin pada kali ini penulis akan mencoba menganalisa cerpen tersebut untuk mengeluarkan tema atau makna apa sih yang ada dibalik isi karya tersebut yang semua itu tidak diniatkan kecuali agar hanya menjadi sekedar informasi atau sumbangsih saya yang sedikit terhadap dunia kesusastraan
B. Rumusan Masalah
1. Apa tema dari cerpen yang berjudul ”Gaza Tertutup Bagi Kita” ini?
2. Termasuk pada golongan manakah tema pada cerpen yang berjudul ”Gaza Tertutup
Bagi Kita” Ini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tema dari cerpen yang berjudul ”Gaza tertutup bagi kita”ini.
2. Untuk dapat mengetahui dari golongan manakah tema pada cerpen yang berjudul
”Gaza Tertutup Bagi Kita”ini
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif dengan pendekatan intristik. Yaitu dengan menganalisa dan mengungkap tema atau makna yang tersirat dalam cerpen ini. lalu menggolongkan tema dari cerpen tersebut dari beberapa perspektif.
E. Tekhnik Penulisan -
Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan metode penelitian dan tekhnik penulisan.
Bab II : Gambaran umum tentang tema dan penggolongan tema
Bab III : Sinopsis dan analisis tema pada cerpen “Gaza Telah Tertutup bagi Kita”.
Bab IV : Penutup dan kesimpulan
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Pengertian Tema
Tema sastra adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh sastrawan dalam bentuk bahasa. Atau, pokok pikiran yang mendominasi jiwa sastrawan yang kemudian menjadi landasan utama bagi pengucapannya.[3]
Menurut Stanton dan Kenny tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Namun banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Atau jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-sub tema atau tema-tema tambahan makna yang manakah dan bagaimanakah yang dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel yang bersangkutan?[4]
Untuk menentukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema, itu sendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidak hadiran peristiwa-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang harus disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka iapun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak.[5]
B. Penggolongan Tema
Tema dapat digolongkan ke beberapa kategori yaitu penggolongan dikotomi yang bersifat tradisional atau nontradisional, penggolongan dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dan penggolongan dari tingkat keutamaannya.
1. Tema tradisional dan non tradisional.
Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema yang itu-itu saja, dalam arti ia telah lama digunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita. Contoh: kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau ditutuptutupi akan terbongkar juga. Dll.
Tema nontradisional adalah tema sebuah karya yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim, kadangkala tema seperti ini tidak seperti harapan pembaca karena melenceng, melawan arus, mengejutkan, melawan kebenaran dan lain sebagainya, contoh: kejujuran yang justru menyebabkan kehancuran.
2. Tingkatan tema menurut Shipley
Shipley dalam Dictionary Of World Literature mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan kedalam cerita. Shipley membedakan tema-tema karya sastra kedalam tingkatan-tingkatan-semuanya ada lima tingkatan-berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia.[6] Yaitu:
Pertama, tema tingkat fisik yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyaran atau ditunjukkan oleh aaktifitas fisik atau dengan kata lain lebih menekankan mobilitas fisik dari pada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Contoh: arround the world in eight days.
Kedua, tema tingkat organik, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah seksualitas. Seperti pernikahan, perselingkuhan dan lain sebagainya
Ketiga, tema tingkat sosial, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah sosial. Seperi politik, ekonomi, konflik dan lain sebagainya.
Keempat, tema tingkat egoik, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah individualitas. Seperti harga diri, martabat, egoisitas dan lain sebagainya.
Kelima, tema tingkat divine, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah hubungan manusia dengan sang pencipta. Seperti masalah religiositas, keyakinan, pandangan hidup dan lain sebagainya.
3. Tema utama dan tema tambahan
Tema seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pada hakikatnya merupakan makna yang dikandung cerita, atau secara singkat: makna cerita. Makna cerita dalam sebuah karya mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya lebih dari satu interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya kita untuk menemukan tema pokok cerita.
Tema utama (tema mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
Tema tambahan (tema minor) adalah makna tambahan yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita.
BAB. III. PEMBAHASAN
A. Sinopsis
Cerpen ”Gaza Tertutup Bagi Kita” ini merupakan cerita pendek yang ditulis oleh Laila Al-Haddad yang telah diterjemahkan dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Cerpen ini dapat dikategorikan ke dalam jenis non fiksi karena memang cerpen ini merupakan cerita pendek yang diambil dari kisah dan pengalaman seseorang dalam menjalani hidup di tengah-tengah konflik yang ada di negaranya. Gencatan senjata terjadi dimana-mana, suara tembakan peluru dan miliu menjadi hal yang biasa terdengar di telingannya walaupun memekakkan telinga.
Perstiwa ini terjadi di Gaza, sejarah yang bercerita bahwa sejak dulu Gaza merupakan tanah Palestina. Pada abad ke-13 SM oleh orang-orang Palestina. Gaza telah dijadikan kota pelabuhan penting. Namun apa yang terjadi sekarang ini? Gaza menjadi daerah yang sangat berbahaya. Di tanah Palestina itu, tentara Israel dapat dengan sesuka hati menebarkan kematian dan penganiayaan.
Setiap saat kematian itu datang dengan cara yang tidak diduga. Kematian itu bisa datang ketika mereka sedang berkumpul dengan anggota keluarga. Kematian itu bisa juga datang ketika mereka berdiri di pinggir jalan. Bagi mereka mati itu bukanlah sebuah terminasi, tapi garis transisi untuk memulai hidup baru di alam yang baru. Karena itu kematian adalah sebuah kehormatan. Penganiayaan terjadi di setiap ruas jalan ketika warga melakukan perlawanan. Dan kematian bagi warga Palestina bukanlah suatu hal yang menakutkan dan bukan pula sesuatu yang harus dihindari.
Demi kebebasan mereka rela mati, demi martabat bangsa dan negara mereka ikhlas mati. Dan demi negara Palestina mereka mengorbankan nyawa mereka. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pertikaian dan perang di tanah Palestina ini. Diantaranya adalah faktor politik negara dan agama yang tak kunjung padam selama bertahun-tahun belakangan ini, sehingga menyebabkan munculnya multi konflik lainnya yang terjadi dalam peristiwa ini.
B. Analisis Tema
Cerita ini banyak sekali memuat tentang tragedi-tragedi kemanusian seperti pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan lain sebagainya, latar belakang dari kejadian itu semua adalah penjajahan oleh orang-orang Israel yang tentu memiliki maksud dan kepentingan tertentu, kurang lebih kalau kita tengok kembali sejarah krisis politik itu salah satunya disebabkan oleh perebutan daerah yang masing-masing kelompok memiliki prinsip kepemilikan daerah tersebut, orang-orang israel beserta tentaranya yang mendapat dukungan negara-negara barat lebih mendominasi konflik tersebut, mereka dipersenjatai dengan persenjataan lengkap sehingga dengan mudah bisa melenyapkan orang-orang Palestina dengan mudah yang notabennya adalah orang-orang yang lemah dan tidak memiliki persenjataan kecuali ketapel dan batu.
Berdasarkan komentar di atas, saya membuat kesimpulan bahwasannya cerita ini mengandung sebuah tema (makna) yaitu ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” alasan saya kenapa memilih tema ini adalah karena memang alur dari cerita ini adalah sebuah konflik yang berkepanjangan dan tidak berimbang. Untuk itulah saya sebut penjajahan, lalu juga didalamnya terdapat penindasan yang teramat kejam oleh bangsa Israel yang tidak bisa lagi diterima oleh hati nurani, dan tentu segala sesuatu tersebut didasari oleh sebuah kepentingan ddan yang selanjutnya menyebabkan penderitan sekelompok orang. Nah empat point itulah yang saya pikir mendasari secara umum seluruh isi cerpen tersebut termasuk unsur-unsur intrinstik didalamnya, sehingga pada alur cerita tidak lebih dari konflik, pembunuhan, penyerangan, penculikan, yang diluar batas kemanusiaan.
Setelah menemukan tema dari cerpen ini selanjutnya tema ini akan saya golongkan ke berbagai sudut, pertama dari sudut dikotomi (tradisional atau nontradisional) berdasarkan analisa saya menilai bahwa tema dari cerpen ini bersifat tradisional karena tema ini masih sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca atau lebih identik dengan hal yang wajar dan seharusnya terjadi (sesuai dengan kebenaran), karena memang pada cerpen ini kita dituntut untuk simpati terhadap orang-orang palestina yang serba menderita dan mengutuk orang-orang Israel, lain halnya dengan tema nontradisional yang mungkin mendukung ketidak benaran (bukan mendukung kebaikan) mungkin akan saya kategorikan tema ini ketema nontradisional jika tema dan alur cerita dari cerpen ini adalah dukungan kita atau simpati kita atau apresisi kita terhadap kegiatan orang-orang dan tentara Israel, tapi ternyata itu tidak.
Yang kedua dari sisi tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dari kelima tingkatan pengalaman jiwa menurut Shipley, tema cerpen ini adalah tema tingkat sosial, karena memang cerpen ini berbicara tentang keadaan sosial di daerah Gaza yang sedang mengalami krisis politik dan kita tahu hal-hal yang bersifat politik adalah hal-hal yang berbau sosial. Dan cerpen ini juga menyingkap bagaimana interaksi sosial dan kehidupan bermasyarakat antara orang Palestina dengan orang Palestina itu sendiri maupun dengan orang-orang Israel yang dibungkus dengan sebuah konflik, jadi tidak diragukan lagi bahwa tema dari cerpen ini merupakan tema tingkat sosial jika dilihat menurut tingkatan pengalaman jiwa menurut Shipley.
Yang ketiga adalah dari tingkat keutamaannya. Kalau dari sisi ini sudah jelas bahwa tema utama (tema mayor) dari cerpen ini adalah ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” seperti yang telah dibahas diatas, karena saya pikir itulah yang menjiwai dan yang menyetir serta yang mengembangkan isi cerita cerpen ini, lalu mengenai tema tambahan (tema minor) saya kira ada beberapa tema, diantaranya adalah perang di jalan Allah (jihad) adalah pekerjaan yang mulia dan peperangan yang tidak seimbang, dua tema tersebut saya anggap merupakan tema tambahan karena memang ada pada sebagian alur cerita dan kurang mewakili makna seluruh cerita, tema perang di jalan Allah (jihad) misalkan dia hanya berbicara tentang jihad, kita kurang tahu jihad untuk apa, ekspansi ataukah membela diri. Juga dengan tema peperangan yang kurang seimbang karena memang bukan hanya peperangan yang ada pada cerita ini tapi juga keadaan individual yang mengalami tekanan dan penderitaan, jadi mungkin tema ini kurang mewakili seluruh cerita, sedangkan tema ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” yang kita pilih sebagai tema mayor sangat mewakili seluruh isi cerita sekaligus memaknainya sebagai peperangan, penjajahan, kesengsaraan individual, dan unsur-unsur politik didalamnya.
BAB. IV. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Demikianlah analisa tema terhadap cerpen yang berjudul ”Gaza telah tertutup bagi kita” kesimpulannya adalah bahwa tema dari cerpen ini adalah ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” lalu tema ini dipandang dari sudut dikotomi merupakan tema tradisional karena memang membela pada hal kebenaran dan bukan sebaliknya, sedangkan dari sudut pandang pengalaman jiwa menurut shipley tema ini merupakan tema tingkat sosial karena didalamnya menjelaskan tentang keadaan sosial dibawah tekanan penjajahan. Lalu yang terakhir dipandang dari sisi tingkat keutamaan, tema utama dari cerpen ini adalah seperti yang disebutkan di atas yaitu ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” karen itu yang mewakili dan menjiwai seluruh isi cerita dan tema tambahannya diantaranya adalah ” perang di jalan Allah (jihad) adalah pekerjaan yang mulia dan peperangan yang tidak seimbang. Kedua tema tersebut hanya ada pada sebagian alur cerita saja. (Ahfa R Syach)
Daftra Pustaka
Nurgiyantoro Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2002
Muzakki Akhmad. Kesusastraan Arab “Pengantar Teori Dan Terapan”
Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2006
[1] Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2002), h. 66.
[2] Ibid.
[3] Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab ‘Pengantar Teori Dan Terapan” (Jogjakarta: Ar Ruzz Media 2006), h. 85.
[4] Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2002), h. 67.
[5] Ibid. h. 68.
[6] Ibid. h. 80
Ahfa Rahman
2006
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Tehnik Penulisan
BAB II : KERANGKA TEORI.
A. Pengertian Tema
B. Penggolongan Tema
BAB III : PEMBAHASAN.
A. Sinopsis
B. Analisis Tema
BAB IV : PENUTUP DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB. I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi orang-orang yang membaca novel tidak hanya bertujuan semata-mata mencari dan menikmati kehebatan cerita, biasanya akan segera menghadapkan diri pada pertanyaan: apa yang sebenarnya ingin diungkapkan pengarang lewat cerita itu? Atau, makna apakah yang dikandung sebuah novel dibalik cerita yang disajikan itu? Hal-hal yang dipertanyakan itu, memang, pada umumnya tidak diungkapkan secara ekplisit sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu penafsiran.[1]
Mempertanyakan makna sebuah karya, sebenarnya, juga berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentulah mengandung dan menawarkan tema, namun apa isi tema itu sundiri tak mudah ditunjukkan . ia haruslah dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan data-data yang lain, dan itu merupakan kegitan yang sering tidak mudah dilakukan. Kesulitan itu sejalan dengan kesulitan yang sering kita hadapi jika kita diminta untuk mendefinisikan tema.[2]
Tema adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari karya sastra, karena tema tersebuat adalah yang menjiwai seluruh isi dari karya sastra termasuk juga unsur-unsur di dalamnya, dalam pembuatan karya sastra semua isi karya sastra tersebut harus dijalankan atau dikembangkan sesuai tema yang telah ditentukan. Bisa diibaratkan tema adalah sebuah jalan tertentu dimana sang sopir yang diibaratkan pengarang harus membawa barang bawaan dalam mobilnya menyusuri jalan itu dan tidak boleh belok ke jalan lain. Tema inilah yang merupakan pokok pikiran, cita-cita atau pesan dari seorang pengarang yang ingin disampaikan kepada pembacanya yang mana cara penyampainya secara eksplisit, sehingga banyak sekali kasus bahwa tujuan utama ini (penyampaian pesan/ makna/ tema) tidak berhasil karena keterbatasan nalar pembaca.
Banyak sekali karya-karya sastra seperti cerpen, roman dan lain-lain yang telah dikonsumsi oleh masyarakat tapi sayangnya tidak semua makna yang terkandung didalamnya (tema) dapat dikonsumsi juga oleh mereka, karena terkadang para pembaca hanya memperhatikan kepada menariknya alur cerita tanpa menyelami apa makna yang ada di balik itu semua, mungkin karena alur ceritanya menarik seperti percintaan (dibawah lindungan ka’bah) atau menyedihkan seperti pemaksaan dalam perkawinan (Siti nurbaya) atau menegangkan seperti penindasan dan penjajahan (Gaza tertutup bagi kita)
Cerpen Gaza tertutup bagi kita adalah sebuah cerpen arab yang menggambarkan tentang kisah seseorang yang mengalami penderitaan akibat kondisi politik, penjajahan dan kejahatan kemanusiaan di jalur Gaza (Palestina) oleh orang-orang israel, dalam kisah ini diceritakan bagaimana orang-orang Israel dengan kejamnya membunuh orang Palestina dengan persenjataan yang bermacam macam, peluru berhamburan kesana kemari, setiap hari pasti ada korban yang meninggal, cerpen ini sangat menarik untuk dibaca karena memang sangat menegangkan akibat tragedi kemanusiaan yang amat memilukan itu.
Untuk itulah mungkin pada kali ini penulis akan mencoba menganalisa cerpen tersebut untuk mengeluarkan tema atau makna apa sih yang ada dibalik isi karya tersebut yang semua itu tidak diniatkan kecuali agar hanya menjadi sekedar informasi atau sumbangsih saya yang sedikit terhadap dunia kesusastraan
B. Rumusan Masalah
1. Apa tema dari cerpen yang berjudul ”Gaza Tertutup Bagi Kita” ini?
2. Termasuk pada golongan manakah tema pada cerpen yang berjudul ”Gaza Tertutup
Bagi Kita” Ini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tema dari cerpen yang berjudul ”Gaza tertutup bagi kita”ini.
2. Untuk dapat mengetahui dari golongan manakah tema pada cerpen yang berjudul
”Gaza Tertutup Bagi Kita”ini
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif dengan pendekatan intristik. Yaitu dengan menganalisa dan mengungkap tema atau makna yang tersirat dalam cerpen ini. lalu menggolongkan tema dari cerpen tersebut dari beberapa perspektif.
E. Tekhnik Penulisan -
Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan metode penelitian dan tekhnik penulisan.
Bab II : Gambaran umum tentang tema dan penggolongan tema
Bab III : Sinopsis dan analisis tema pada cerpen “Gaza Telah Tertutup bagi Kita”.
Bab IV : Penutup dan kesimpulan
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Pengertian Tema
Tema sastra adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh sastrawan dalam bentuk bahasa. Atau, pokok pikiran yang mendominasi jiwa sastrawan yang kemudian menjadi landasan utama bagi pengucapannya.[3]
Menurut Stanton dan Kenny tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Namun banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Atau jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-sub tema atau tema-tema tambahan makna yang manakah dan bagaimanakah yang dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel yang bersangkutan?[4]
Untuk menentukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema, itu sendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidak hadiran peristiwa-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang harus disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka iapun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak.[5]
B. Penggolongan Tema
Tema dapat digolongkan ke beberapa kategori yaitu penggolongan dikotomi yang bersifat tradisional atau nontradisional, penggolongan dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dan penggolongan dari tingkat keutamaannya.
1. Tema tradisional dan non tradisional.
Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema yang itu-itu saja, dalam arti ia telah lama digunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita. Contoh: kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau ditutuptutupi akan terbongkar juga. Dll.
Tema nontradisional adalah tema sebuah karya yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim, kadangkala tema seperti ini tidak seperti harapan pembaca karena melenceng, melawan arus, mengejutkan, melawan kebenaran dan lain sebagainya, contoh: kejujuran yang justru menyebabkan kehancuran.
2. Tingkatan tema menurut Shipley
Shipley dalam Dictionary Of World Literature mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan kedalam cerita. Shipley membedakan tema-tema karya sastra kedalam tingkatan-tingkatan-semuanya ada lima tingkatan-berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia.[6] Yaitu:
Pertama, tema tingkat fisik yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyaran atau ditunjukkan oleh aaktifitas fisik atau dengan kata lain lebih menekankan mobilitas fisik dari pada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Contoh: arround the world in eight days.
Kedua, tema tingkat organik, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah seksualitas. Seperti pernikahan, perselingkuhan dan lain sebagainya
Ketiga, tema tingkat sosial, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah sosial. Seperi politik, ekonomi, konflik dan lain sebagainya.
Keempat, tema tingkat egoik, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah individualitas. Seperti harga diri, martabat, egoisitas dan lain sebagainya.
Kelima, tema tingkat divine, yaitu tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah hubungan manusia dengan sang pencipta. Seperti masalah religiositas, keyakinan, pandangan hidup dan lain sebagainya.
3. Tema utama dan tema tambahan
Tema seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pada hakikatnya merupakan makna yang dikandung cerita, atau secara singkat: makna cerita. Makna cerita dalam sebuah karya mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya lebih dari satu interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya kita untuk menemukan tema pokok cerita.
Tema utama (tema mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
Tema tambahan (tema minor) adalah makna tambahan yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita.
BAB. III. PEMBAHASAN
A. Sinopsis
Cerpen ”Gaza Tertutup Bagi Kita” ini merupakan cerita pendek yang ditulis oleh Laila Al-Haddad yang telah diterjemahkan dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Cerpen ini dapat dikategorikan ke dalam jenis non fiksi karena memang cerpen ini merupakan cerita pendek yang diambil dari kisah dan pengalaman seseorang dalam menjalani hidup di tengah-tengah konflik yang ada di negaranya. Gencatan senjata terjadi dimana-mana, suara tembakan peluru dan miliu menjadi hal yang biasa terdengar di telingannya walaupun memekakkan telinga.
Perstiwa ini terjadi di Gaza, sejarah yang bercerita bahwa sejak dulu Gaza merupakan tanah Palestina. Pada abad ke-13 SM oleh orang-orang Palestina. Gaza telah dijadikan kota pelabuhan penting. Namun apa yang terjadi sekarang ini? Gaza menjadi daerah yang sangat berbahaya. Di tanah Palestina itu, tentara Israel dapat dengan sesuka hati menebarkan kematian dan penganiayaan.
Setiap saat kematian itu datang dengan cara yang tidak diduga. Kematian itu bisa datang ketika mereka sedang berkumpul dengan anggota keluarga. Kematian itu bisa juga datang ketika mereka berdiri di pinggir jalan. Bagi mereka mati itu bukanlah sebuah terminasi, tapi garis transisi untuk memulai hidup baru di alam yang baru. Karena itu kematian adalah sebuah kehormatan. Penganiayaan terjadi di setiap ruas jalan ketika warga melakukan perlawanan. Dan kematian bagi warga Palestina bukanlah suatu hal yang menakutkan dan bukan pula sesuatu yang harus dihindari.
Demi kebebasan mereka rela mati, demi martabat bangsa dan negara mereka ikhlas mati. Dan demi negara Palestina mereka mengorbankan nyawa mereka. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pertikaian dan perang di tanah Palestina ini. Diantaranya adalah faktor politik negara dan agama yang tak kunjung padam selama bertahun-tahun belakangan ini, sehingga menyebabkan munculnya multi konflik lainnya yang terjadi dalam peristiwa ini.
B. Analisis Tema
Cerita ini banyak sekali memuat tentang tragedi-tragedi kemanusian seperti pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan lain sebagainya, latar belakang dari kejadian itu semua adalah penjajahan oleh orang-orang Israel yang tentu memiliki maksud dan kepentingan tertentu, kurang lebih kalau kita tengok kembali sejarah krisis politik itu salah satunya disebabkan oleh perebutan daerah yang masing-masing kelompok memiliki prinsip kepemilikan daerah tersebut, orang-orang israel beserta tentaranya yang mendapat dukungan negara-negara barat lebih mendominasi konflik tersebut, mereka dipersenjatai dengan persenjataan lengkap sehingga dengan mudah bisa melenyapkan orang-orang Palestina dengan mudah yang notabennya adalah orang-orang yang lemah dan tidak memiliki persenjataan kecuali ketapel dan batu.
Berdasarkan komentar di atas, saya membuat kesimpulan bahwasannya cerita ini mengandung sebuah tema (makna) yaitu ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” alasan saya kenapa memilih tema ini adalah karena memang alur dari cerita ini adalah sebuah konflik yang berkepanjangan dan tidak berimbang. Untuk itulah saya sebut penjajahan, lalu juga didalamnya terdapat penindasan yang teramat kejam oleh bangsa Israel yang tidak bisa lagi diterima oleh hati nurani, dan tentu segala sesuatu tersebut didasari oleh sebuah kepentingan ddan yang selanjutnya menyebabkan penderitan sekelompok orang. Nah empat point itulah yang saya pikir mendasari secara umum seluruh isi cerpen tersebut termasuk unsur-unsur intrinstik didalamnya, sehingga pada alur cerita tidak lebih dari konflik, pembunuhan, penyerangan, penculikan, yang diluar batas kemanusiaan.
Setelah menemukan tema dari cerpen ini selanjutnya tema ini akan saya golongkan ke berbagai sudut, pertama dari sudut dikotomi (tradisional atau nontradisional) berdasarkan analisa saya menilai bahwa tema dari cerpen ini bersifat tradisional karena tema ini masih sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca atau lebih identik dengan hal yang wajar dan seharusnya terjadi (sesuai dengan kebenaran), karena memang pada cerpen ini kita dituntut untuk simpati terhadap orang-orang palestina yang serba menderita dan mengutuk orang-orang Israel, lain halnya dengan tema nontradisional yang mungkin mendukung ketidak benaran (bukan mendukung kebaikan) mungkin akan saya kategorikan tema ini ketema nontradisional jika tema dan alur cerita dari cerpen ini adalah dukungan kita atau simpati kita atau apresisi kita terhadap kegiatan orang-orang dan tentara Israel, tapi ternyata itu tidak.
Yang kedua dari sisi tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dari kelima tingkatan pengalaman jiwa menurut Shipley, tema cerpen ini adalah tema tingkat sosial, karena memang cerpen ini berbicara tentang keadaan sosial di daerah Gaza yang sedang mengalami krisis politik dan kita tahu hal-hal yang bersifat politik adalah hal-hal yang berbau sosial. Dan cerpen ini juga menyingkap bagaimana interaksi sosial dan kehidupan bermasyarakat antara orang Palestina dengan orang Palestina itu sendiri maupun dengan orang-orang Israel yang dibungkus dengan sebuah konflik, jadi tidak diragukan lagi bahwa tema dari cerpen ini merupakan tema tingkat sosial jika dilihat menurut tingkatan pengalaman jiwa menurut Shipley.
Yang ketiga adalah dari tingkat keutamaannya. Kalau dari sisi ini sudah jelas bahwa tema utama (tema mayor) dari cerpen ini adalah ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” seperti yang telah dibahas diatas, karena saya pikir itulah yang menjiwai dan yang menyetir serta yang mengembangkan isi cerita cerpen ini, lalu mengenai tema tambahan (tema minor) saya kira ada beberapa tema, diantaranya adalah perang di jalan Allah (jihad) adalah pekerjaan yang mulia dan peperangan yang tidak seimbang, dua tema tersebut saya anggap merupakan tema tambahan karena memang ada pada sebagian alur cerita dan kurang mewakili makna seluruh cerita, tema perang di jalan Allah (jihad) misalkan dia hanya berbicara tentang jihad, kita kurang tahu jihad untuk apa, ekspansi ataukah membela diri. Juga dengan tema peperangan yang kurang seimbang karena memang bukan hanya peperangan yang ada pada cerita ini tapi juga keadaan individual yang mengalami tekanan dan penderitaan, jadi mungkin tema ini kurang mewakili seluruh cerita, sedangkan tema ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” yang kita pilih sebagai tema mayor sangat mewakili seluruh isi cerita sekaligus memaknainya sebagai peperangan, penjajahan, kesengsaraan individual, dan unsur-unsur politik didalamnya.
BAB. IV. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Demikianlah analisa tema terhadap cerpen yang berjudul ”Gaza telah tertutup bagi kita” kesimpulannya adalah bahwa tema dari cerpen ini adalah ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” lalu tema ini dipandang dari sudut dikotomi merupakan tema tradisional karena memang membela pada hal kebenaran dan bukan sebaliknya, sedangkan dari sudut pandang pengalaman jiwa menurut shipley tema ini merupakan tema tingkat sosial karena didalamnya menjelaskan tentang keadaan sosial dibawah tekanan penjajahan. Lalu yang terakhir dipandang dari sisi tingkat keutamaan, tema utama dari cerpen ini adalah seperti yang disebutkan di atas yaitu ”kejamnya penjajahan dan hilangnya hati nurani karena adanya kepentingan tertentu yang menyebabkan penderitaan manusia” karen itu yang mewakili dan menjiwai seluruh isi cerita dan tema tambahannya diantaranya adalah ” perang di jalan Allah (jihad) adalah pekerjaan yang mulia dan peperangan yang tidak seimbang. Kedua tema tersebut hanya ada pada sebagian alur cerita saja. (Ahfa R Syach)
Daftra Pustaka
Nurgiyantoro Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2002
Muzakki Akhmad. Kesusastraan Arab “Pengantar Teori Dan Terapan”
Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2006
[1] Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2002), h. 66.
[2] Ibid.
[3] Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab ‘Pengantar Teori Dan Terapan” (Jogjakarta: Ar Ruzz Media 2006), h. 85.
[4] Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2002), h. 67.
[5] Ibid. h. 68.
[6] Ibid. h. 80
Ahfa Rahman
2006