Menerjemahkan dari artikel berjudul "washfu naaqidil adab"
Seperti yang kita ketahui kritik adalah pekerjaan yang sangat penting yaitu pekerjaan yang berupa pengamatan terhadap sesuatu lalu memberikan penilaian terhadapnya, maka seorang kritikus sastra, ia mengamati/ menganalisa terhadap karya sastra dan memberikan penilaian terhadap karya sastra itu,
Dan penilaian itu mempunyai pengaruh terhadap khalayak umum, untuk itulah pekerjaan ini tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki ketrampilan/ sifat-sifat tertentu yang memungkinkan dia mampu melakukan pekerjaan itu dengan cara yang benar. Dan ketrampilan-ketrampilan/ sifat-sifat tertentu itu adalah:
1. Bakat kritik dan rasa
sesungguhnya hal pertama yang harus dimiliki seorang kritikus adalah bakat kritik dan rasa (dzauq)
Bakat kritik adalah kemampuan yang diberikan Allah kepada sebagian manusia, dengan hal itu mereka mampu mengamati/ menganalisa sesuatu hal dengan pengamatan/ analisa yang tepat dan akurat sehingga tersingkaplah kelemahan-kelemahan yang tersembunyi dan mampu merasakan keindahan-keindahan yang tampak maupun yang tidak tampak/ tersembunyi, dan mampu membedakan hal-hal yang hampir sama, serta mampu mengetahui perbedaan-perbedaaan yang tidak mudah di tangkap oleh kasat mata.
Benar! Semua manusia memang sama-sama memiliki kemampuan untuk menganalisa dan membedakan serta membandingkan, tetapi orang-orang yang memiliki bakat kritiklah yang memiliki kemampuan yang lebih daripada orang-orang pada umumnya, jika sekirannya ada kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dan memanfaatkan hal itu, niscaya mereka akan menjadi kritikus sastra yang handal.
Dan mengenai dzauq, hal itu adalah kemampuan khusus yang membuat seseorang menjadi pintar, dia akan mampu dengan baik dalam berupaya dan memilih dan sangat memperhatikan akan kecocokan warna, suara, dan bentuknya dan juga dia tahu akan ketidak cocokan diantaranya
Dalam wilayah kritik sastra kemampuan dzauq (rasa) melengkapi bakat dan kedua hal itu sangat berkaitan sekali, barang siapa yang dikaruniai bakat berupa kemampuan untuk merasakan kelemahan-kelemahan yang tersembunyi dan keindahannya secara tepat maka dia juga akan butuh terhadap kepiawaian dalam memilih dan merangkai kata. Seorang kritikus ketika sedang melakukan analisa/ kritik terhadap karya sastra maka bakat dan dzauq (rasa) yang dimilikinya akan bersama sama berperan dalam menyingkap perbedaan-perbedaaan kecil diantara ma’na yang satu dengan yang lainnya, antara satu bentuk dengan bentuk yang lainnya, dan juga dalam mengetahui perbedaan antara lafadz-lafadz yang didengar oleh telinga serta mengetahui teratur ataupun ketidak cocokan susunan kata-katanya dalam sebuah kalimat.
Maka dzauq adalah kemampuan/ sifat yang amat penting dan harus dimiliki oleh seorang kritikus, karena hal itu sangat berkaitan dan melengkapi kemampuan bakat yang selanjutnya bersama-sama menyelami karya-karya sastra, dan membantu para penikmat/ pembaca menyelami karya sastra itu dengan penyelaman/ penghayatan yang benar.
2. Memiliki wawasan dan pengalaman
berwawasan dan berpengalaman adalah merupakan salah satu sifat wajib bagi seorang kritikus, seorang kritikus harus memiliki wawasan yang luas, beraneka, dan tentu dari segala bidang; bidang-bidang yang terpenting adalah
- Wawasan tentang kritik
dengan itulah seorang kritikus mengetahui dasar-dasar kritik dan metodenya, mengetahui bagaimana menganalisa sebuah naskah sastra dan mengambil kesimpulan tentang sifat dan karakteristiknya lalu memberi penilaian terhadapnya, selain juga kritikus juga diharapkan agar mengenal peninggalan/ bekas-bekas kritik arab, gerakan-gerakan kritik pada masa-masanya dan pandangan-pandangan tentang kritik yang urgen di dunia
- Wawasan tentang sastra
sastra adalah wilayah dan tema dari kritik itu sendiri, maka wajiblah seorang kritikus mengetahui seni-seni sastra dan kaidah-kaidahnya, contohnya jika seorang kritikus ingin menganalisa/ mengkritik Qasidah, maka ia harus mengetahui dasar-dasar syair, kaidah arudh, dan dia juga harus banyak tahu tentang peninggalan-peninggalan/ bekas syair arab, contoh juga ketika seorang kritikus ingin menganalisa/ mengkritik Qissah maka dia harus menguasai kaidah-kaidah Qissah dan dasar-dasar seninya, dan pandangan-pandangan moderennya. Dan seperti inilah pada seni-seni sastra yang lainnya
- Wawasan kebalaghohan
Dialah yang banyak membantu dalam mengetahui kefashihan lafadz-lafadz, ibarat-ibarat, dan susunan-susunan penjelas yang sangat dibutuhkan pada sastra arab, juga dalam mengetahui kandungan muhassinat badi’iyyah yang terdapat dalam naskah, maka balaghoh adalah salah satu bagian dari kritik arab
- Wawasan berbahasa
Khususnya nahwu dan shorof, dengan keduanya seorang kritikus mampu mengetahui kebenaran ibarat, dan istiqomahnya kalimat, dan memastikan segala perbedaan yang ada di antara keduanya, karena keluar dari kaedah tersebut (Nahwu dan Shorof) bisa mengakibatkan rusaknya makna dan menghilangkan keindahan karya sastra
- Wawasan Islam
Tabiat dari pekerjaan seorang kritikus adalah memberikan penilaian terhadap ide-ide, makna-makna karya sastra melalui susunan-susunannya, maka agar penilaian sang kritikus muslim terhadap karya sastra tersebut benar, dan juga agar pendapat-pendapatnya selamat dari pengaruh-pengaruh yang fasid maka dia harus menambah wawasan keislamannya
Lalu mengenai pengalaman praktek, seorang kritikus harus memiliki hal itu agar dia mampu menjadi seorang kritikus yang handal, pengalaman itulah yang akan membedakan antara kritikus yang amatiran dengan kritikus yang professional, dan hal itulah yang menentukan betul atau salahnya penilaian dia terhadap karya sastra di mata para sastrawan dan masyarakat umum, biasanya para kritikus mendapat pengalaman yang luas dengan membaca tentang hal ihwal kritik, dan banyak berlatih (praktek)
3. Adil dan tidak membeda-bedakan
Adil dan tidak membeda bedakan adalah sifat yang wajib dimiliki oleh orang muslim pada umumnya, dan khususnya orang yang ingin memberikan penilaian, dan kritikus adalah salah satu dari mereka. Maka dari itu seorang kritikus ketika ingin mengkritik harus jauh sifat tidak menerima karena tidak sesuai dengan dirinya, terlalu membagus-baguskan, tapi dia harus menilai unsur-unsur karya sastra itu sesuai dengan sifat asli yang dimilikinya, lalu juga menerangkan kesimpulannya (hasil kritik) dan menjelaskan sebab-sebab yang melatarbelakangi penilaian itu-baik ataupun buruknya, selain itu juga agar dijaga dari penilaian yang terlalu memuji,dan sebaliknya penilaian yang terlalu menghina.
Ahfa R Syach
2006
Seperti yang kita ketahui kritik adalah pekerjaan yang sangat penting yaitu pekerjaan yang berupa pengamatan terhadap sesuatu lalu memberikan penilaian terhadapnya, maka seorang kritikus sastra, ia mengamati/ menganalisa terhadap karya sastra dan memberikan penilaian terhadap karya sastra itu,
Dan penilaian itu mempunyai pengaruh terhadap khalayak umum, untuk itulah pekerjaan ini tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki ketrampilan/ sifat-sifat tertentu yang memungkinkan dia mampu melakukan pekerjaan itu dengan cara yang benar. Dan ketrampilan-ketrampilan/ sifat-sifat tertentu itu adalah:
1. Bakat kritik dan rasa
sesungguhnya hal pertama yang harus dimiliki seorang kritikus adalah bakat kritik dan rasa (dzauq)
Bakat kritik adalah kemampuan yang diberikan Allah kepada sebagian manusia, dengan hal itu mereka mampu mengamati/ menganalisa sesuatu hal dengan pengamatan/ analisa yang tepat dan akurat sehingga tersingkaplah kelemahan-kelemahan yang tersembunyi dan mampu merasakan keindahan-keindahan yang tampak maupun yang tidak tampak/ tersembunyi, dan mampu membedakan hal-hal yang hampir sama, serta mampu mengetahui perbedaan-perbedaaan yang tidak mudah di tangkap oleh kasat mata.
Benar! Semua manusia memang sama-sama memiliki kemampuan untuk menganalisa dan membedakan serta membandingkan, tetapi orang-orang yang memiliki bakat kritiklah yang memiliki kemampuan yang lebih daripada orang-orang pada umumnya, jika sekirannya ada kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dan memanfaatkan hal itu, niscaya mereka akan menjadi kritikus sastra yang handal.
Dan mengenai dzauq, hal itu adalah kemampuan khusus yang membuat seseorang menjadi pintar, dia akan mampu dengan baik dalam berupaya dan memilih dan sangat memperhatikan akan kecocokan warna, suara, dan bentuknya dan juga dia tahu akan ketidak cocokan diantaranya
Dalam wilayah kritik sastra kemampuan dzauq (rasa) melengkapi bakat dan kedua hal itu sangat berkaitan sekali, barang siapa yang dikaruniai bakat berupa kemampuan untuk merasakan kelemahan-kelemahan yang tersembunyi dan keindahannya secara tepat maka dia juga akan butuh terhadap kepiawaian dalam memilih dan merangkai kata. Seorang kritikus ketika sedang melakukan analisa/ kritik terhadap karya sastra maka bakat dan dzauq (rasa) yang dimilikinya akan bersama sama berperan dalam menyingkap perbedaan-perbedaaan kecil diantara ma’na yang satu dengan yang lainnya, antara satu bentuk dengan bentuk yang lainnya, dan juga dalam mengetahui perbedaan antara lafadz-lafadz yang didengar oleh telinga serta mengetahui teratur ataupun ketidak cocokan susunan kata-katanya dalam sebuah kalimat.
Maka dzauq adalah kemampuan/ sifat yang amat penting dan harus dimiliki oleh seorang kritikus, karena hal itu sangat berkaitan dan melengkapi kemampuan bakat yang selanjutnya bersama-sama menyelami karya-karya sastra, dan membantu para penikmat/ pembaca menyelami karya sastra itu dengan penyelaman/ penghayatan yang benar.
2. Memiliki wawasan dan pengalaman
berwawasan dan berpengalaman adalah merupakan salah satu sifat wajib bagi seorang kritikus, seorang kritikus harus memiliki wawasan yang luas, beraneka, dan tentu dari segala bidang; bidang-bidang yang terpenting adalah
- Wawasan tentang kritik
dengan itulah seorang kritikus mengetahui dasar-dasar kritik dan metodenya, mengetahui bagaimana menganalisa sebuah naskah sastra dan mengambil kesimpulan tentang sifat dan karakteristiknya lalu memberi penilaian terhadapnya, selain juga kritikus juga diharapkan agar mengenal peninggalan/ bekas-bekas kritik arab, gerakan-gerakan kritik pada masa-masanya dan pandangan-pandangan tentang kritik yang urgen di dunia
- Wawasan tentang sastra
sastra adalah wilayah dan tema dari kritik itu sendiri, maka wajiblah seorang kritikus mengetahui seni-seni sastra dan kaidah-kaidahnya, contohnya jika seorang kritikus ingin menganalisa/ mengkritik Qasidah, maka ia harus mengetahui dasar-dasar syair, kaidah arudh, dan dia juga harus banyak tahu tentang peninggalan-peninggalan/ bekas syair arab, contoh juga ketika seorang kritikus ingin menganalisa/ mengkritik Qissah maka dia harus menguasai kaidah-kaidah Qissah dan dasar-dasar seninya, dan pandangan-pandangan moderennya. Dan seperti inilah pada seni-seni sastra yang lainnya
- Wawasan kebalaghohan
Dialah yang banyak membantu dalam mengetahui kefashihan lafadz-lafadz, ibarat-ibarat, dan susunan-susunan penjelas yang sangat dibutuhkan pada sastra arab, juga dalam mengetahui kandungan muhassinat badi’iyyah yang terdapat dalam naskah, maka balaghoh adalah salah satu bagian dari kritik arab
- Wawasan berbahasa
Khususnya nahwu dan shorof, dengan keduanya seorang kritikus mampu mengetahui kebenaran ibarat, dan istiqomahnya kalimat, dan memastikan segala perbedaan yang ada di antara keduanya, karena keluar dari kaedah tersebut (Nahwu dan Shorof) bisa mengakibatkan rusaknya makna dan menghilangkan keindahan karya sastra
- Wawasan Islam
Tabiat dari pekerjaan seorang kritikus adalah memberikan penilaian terhadap ide-ide, makna-makna karya sastra melalui susunan-susunannya, maka agar penilaian sang kritikus muslim terhadap karya sastra tersebut benar, dan juga agar pendapat-pendapatnya selamat dari pengaruh-pengaruh yang fasid maka dia harus menambah wawasan keislamannya
Lalu mengenai pengalaman praktek, seorang kritikus harus memiliki hal itu agar dia mampu menjadi seorang kritikus yang handal, pengalaman itulah yang akan membedakan antara kritikus yang amatiran dengan kritikus yang professional, dan hal itulah yang menentukan betul atau salahnya penilaian dia terhadap karya sastra di mata para sastrawan dan masyarakat umum, biasanya para kritikus mendapat pengalaman yang luas dengan membaca tentang hal ihwal kritik, dan banyak berlatih (praktek)
3. Adil dan tidak membeda-bedakan
Adil dan tidak membeda bedakan adalah sifat yang wajib dimiliki oleh orang muslim pada umumnya, dan khususnya orang yang ingin memberikan penilaian, dan kritikus adalah salah satu dari mereka. Maka dari itu seorang kritikus ketika ingin mengkritik harus jauh sifat tidak menerima karena tidak sesuai dengan dirinya, terlalu membagus-baguskan, tapi dia harus menilai unsur-unsur karya sastra itu sesuai dengan sifat asli yang dimilikinya, lalu juga menerangkan kesimpulannya (hasil kritik) dan menjelaskan sebab-sebab yang melatarbelakangi penilaian itu-baik ataupun buruknya, selain itu juga agar dijaga dari penilaian yang terlalu memuji,dan sebaliknya penilaian yang terlalu menghina.
Ahfa R Syach
2006