I. Pendahuluan
Dalam bab-bab yang terdahulu telah disebut-sebut bahwa bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Memang manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik di antara alat-alat komunikasi lainnya. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan makhluk sosial lain seperti hewan. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka, dalam setiap proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur dan tindak tutur yang selanjutnya terjadilah penyebaran bahasa.[1] Dalam kebudayaan, bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan. Pada bab ini sebenarnya kita akan membahas tentang penyebaran bahasa, namun alangkah baiknya jika saya memaparkan sedikit tentang peristiwa tutur karena itu hal mendasar yang harus diketahui para pembahas sosiolinguistik sebelum melangkah kepada bab-bab tentang tersebarnya atau hubungannya dengan masyarakat.
II. Peristiwa Tutur
Yang dimaksud dengan peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan tawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya. Bagaimana dengan percakapan di bus kota atau di kereta api yang terjadi di antara para penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan yang tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga disebut sebagai sebuah peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur, sebab pokok percakapannya tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan, dilakukan oleh orang-orang yang tidak sengaja untuk bercakap-cakap, dan menggunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat sepèrti yang disebutkan di atas.[2]
III. Tindak Tutur
Peristiwa tutur yang kita bicarakan di atas merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (Inggris: speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi.[3]
IV. Penyebaran bahasa
a. Definisi
Penyebaran bahasa adalah peristiwa berpindahnya suatu bahasa/ kata kepada orang lain (masyarakat umum), sehingga terjadi peniruan dalam pemakaiannya dan yang selanjutnya menjadi bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat.
Tidak kita pungkiri bahwasannya bahasa hanya hidup karena interaksi sosial. Tiap hari kita bergaul dengan sesama manusia baik secara langsung maupun tidak. Dalam buku sosiologi kita tahu bahwa manusia tidak bisa hidup kalau hanya sendirian, [4] dan dalam pergaulan tersebut ada peran bahasa karena itu adalah salah satu alat komunikasi, dan kita tahu tingkat derajat, akedemisi dan kemampuan masyarakat sangat berbeda dalam berbahasa, jadi orang yang lebih aktif (mampu) akan mendominasi interaksi bahasa itu sehingga bahasa itu sendiri menjadi tersebar disebabkan dengan interaksi masyarakat tersebut seperti yang telah disebutkan diatas.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
b.1. Faktor politik
Contoh yang paling klasik bagaimana sesuatu bahasa itu bisa tersebar luas di sebabkan faktor politik dan kekuasaan ialah penyebaran bahasa Inggris. Kini bahasa Inggris tersebar luas ke seluruh dunia kerana faktor penjajahan, dan kekuasaan politik yang seterusnya membawa kepada perkembangan bahasa itu menjadi bahasa ilmu dan ekonomi pada peringkat global.[5]
b.2. Faktor sosial.
Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh. Orang yang lebih aktif akan mendominasi interaksi itu. Tak heran kita apabila sesuatu bahasa lebih banyak dipakai, maka hahasa itu akan berkembang dan tersebar. Sebaliknya bahasa yang tidak banyak dipakai, kosakatanya akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan. Dan kalau hal ini berlangsung terus, maka kepunahan sesuatu bahasa sudah dapat diramalkan.[6] Dan lagi pula dalam konteks ini terdapat banyak sekali perantara-perantara yang memungkinkan tersebarnya bahasa seperti televisi, radio, koran, majalah dan lain sebagainya.
b.3. Ekonomi/ Perdagangan
Dalam kehidupan berekonomi dan perdagangan banyak sekali terdapat interaksi antar manusia, contoh konkritnya adalah ketika terjadi jual beli, tawar menawar dan lain sebagainya. Disitulah terdapat komunikasi dan kadang bahasa-bahasa seperti inilah menjadi sering dipakai masyarakat, dan yang selanjutnya memungkinkan untuk tersebarnya bahasa tersebut.
b.4. Budaya
Bahasa juga bisa tersebar melalui budaya seperti pada pertunjukan wayang, drama komedi, dan lain sebagainya, dalam hal ini bahasa tersebar melalui perantara seni, dan biasanya dalam hal ini para penikmat seni budaya tersebut sangat antusias, sehingga sangat mudah untuk tersebarnya bahasa yang sering dipakai pada aktifitas tersebut.
b.5. Migrasi.
Perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain untuk tujuan penyebaran agama, penghindaran daripada bencana alam, pencapaian taraf hidup yang lebih baik juga merupakan faktor bagaimana sesuatu bahasa itu bisa tersebar. Perpindahan atau migrasi tersebut memberikan manusia pengalaman baru sehingga mereka menemukan bahasa-bahasa lain di sekitar tempat-tempat yang baru itu, dan itu merupakan faktor utama yang bisa menyebabkan perubahan kepada suatu bahasa itu. Bahasa pendatang dan bahasa setempat lazimnya saling mempengaruhi sehingga banyak kata yang dipinjam atau terus diserap sebagai kata baru bagi bahasa-bahasa yang bertemu itu.[7]
Ahfa R Syach
2005
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004
Pateda, Mansoer. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa, 1990.
Baharom, Noresah. Penyebaran dan Perkembangan Bahasa. http://www.dbp.gov.my.
Dalam bab-bab yang terdahulu telah disebut-sebut bahwa bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Memang manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik di antara alat-alat komunikasi lainnya. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan makhluk sosial lain seperti hewan. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka, dalam setiap proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur dan tindak tutur yang selanjutnya terjadilah penyebaran bahasa.[1] Dalam kebudayaan, bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan. Pada bab ini sebenarnya kita akan membahas tentang penyebaran bahasa, namun alangkah baiknya jika saya memaparkan sedikit tentang peristiwa tutur karena itu hal mendasar yang harus diketahui para pembahas sosiolinguistik sebelum melangkah kepada bab-bab tentang tersebarnya atau hubungannya dengan masyarakat.
II. Peristiwa Tutur
Yang dimaksud dengan peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan tawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya. Bagaimana dengan percakapan di bus kota atau di kereta api yang terjadi di antara para penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan yang tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga disebut sebagai sebuah peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur, sebab pokok percakapannya tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan, dilakukan oleh orang-orang yang tidak sengaja untuk bercakap-cakap, dan menggunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat sepèrti yang disebutkan di atas.[2]
III. Tindak Tutur
Peristiwa tutur yang kita bicarakan di atas merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (Inggris: speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi.[3]
IV. Penyebaran bahasa
a. Definisi
Penyebaran bahasa adalah peristiwa berpindahnya suatu bahasa/ kata kepada orang lain (masyarakat umum), sehingga terjadi peniruan dalam pemakaiannya dan yang selanjutnya menjadi bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat.
Tidak kita pungkiri bahwasannya bahasa hanya hidup karena interaksi sosial. Tiap hari kita bergaul dengan sesama manusia baik secara langsung maupun tidak. Dalam buku sosiologi kita tahu bahwa manusia tidak bisa hidup kalau hanya sendirian, [4] dan dalam pergaulan tersebut ada peran bahasa karena itu adalah salah satu alat komunikasi, dan kita tahu tingkat derajat, akedemisi dan kemampuan masyarakat sangat berbeda dalam berbahasa, jadi orang yang lebih aktif (mampu) akan mendominasi interaksi bahasa itu sehingga bahasa itu sendiri menjadi tersebar disebabkan dengan interaksi masyarakat tersebut seperti yang telah disebutkan diatas.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
b.1. Faktor politik
Contoh yang paling klasik bagaimana sesuatu bahasa itu bisa tersebar luas di sebabkan faktor politik dan kekuasaan ialah penyebaran bahasa Inggris. Kini bahasa Inggris tersebar luas ke seluruh dunia kerana faktor penjajahan, dan kekuasaan politik yang seterusnya membawa kepada perkembangan bahasa itu menjadi bahasa ilmu dan ekonomi pada peringkat global.[5]
b.2. Faktor sosial.
Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh. Orang yang lebih aktif akan mendominasi interaksi itu. Tak heran kita apabila sesuatu bahasa lebih banyak dipakai, maka hahasa itu akan berkembang dan tersebar. Sebaliknya bahasa yang tidak banyak dipakai, kosakatanya akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan. Dan kalau hal ini berlangsung terus, maka kepunahan sesuatu bahasa sudah dapat diramalkan.[6] Dan lagi pula dalam konteks ini terdapat banyak sekali perantara-perantara yang memungkinkan tersebarnya bahasa seperti televisi, radio, koran, majalah dan lain sebagainya.
b.3. Ekonomi/ Perdagangan
Dalam kehidupan berekonomi dan perdagangan banyak sekali terdapat interaksi antar manusia, contoh konkritnya adalah ketika terjadi jual beli, tawar menawar dan lain sebagainya. Disitulah terdapat komunikasi dan kadang bahasa-bahasa seperti inilah menjadi sering dipakai masyarakat, dan yang selanjutnya memungkinkan untuk tersebarnya bahasa tersebut.
b.4. Budaya
Bahasa juga bisa tersebar melalui budaya seperti pada pertunjukan wayang, drama komedi, dan lain sebagainya, dalam hal ini bahasa tersebar melalui perantara seni, dan biasanya dalam hal ini para penikmat seni budaya tersebut sangat antusias, sehingga sangat mudah untuk tersebarnya bahasa yang sering dipakai pada aktifitas tersebut.
b.5. Migrasi.
Perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain untuk tujuan penyebaran agama, penghindaran daripada bencana alam, pencapaian taraf hidup yang lebih baik juga merupakan faktor bagaimana sesuatu bahasa itu bisa tersebar. Perpindahan atau migrasi tersebut memberikan manusia pengalaman baru sehingga mereka menemukan bahasa-bahasa lain di sekitar tempat-tempat yang baru itu, dan itu merupakan faktor utama yang bisa menyebabkan perubahan kepada suatu bahasa itu. Bahasa pendatang dan bahasa setempat lazimnya saling mempengaruhi sehingga banyak kata yang dipinjam atau terus diserap sebagai kata baru bagi bahasa-bahasa yang bertemu itu.[7]
Ahfa R Syach
2005
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004
Pateda, Mansoer. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa, 1990.
Baharom, Noresah. Penyebaran dan Perkembangan Bahasa. http://www.dbp.gov.my.