I. KEMASYARAKATAN
1. Corak kemasyarakatan
Pada umumnya masyarakat arab terbagi menjadi dua golongan, yaitu Badui dan hadzor atau kita kenal dengan masyarakat modern dan masyarakat klasik (tradisional). Masyarakat klasik umumnya adalah mereka yang tinggal di daerah padang pasir, gurun, lembah dan lainnya, sedangkan masyarakat modern (waktu itu) adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan.
Dari segi corak kehidupan kedua golongan diatas tentu berbeda, untuk masyarakat modern mereka lebih maju, rumah-rumah mereka terbuat dari batu, batu bata, dan gamping dan aksesoris kehidupannyapun sudah banyak, kuda, perhiasan-perhiasan, baju-baju sudah ada pada masyarakat tersebut, mereka banyak mengkonsumsi korma, biji-bijian, daging dan yang lainnya. Di masyarakat ini pula sudah ada pusat-pusat produktifitas seperti pembuatan pedang, pasar dan sebagainya yang merupakan sumber aktifitas masyarakat setempat dan juga tidak sedikit dari mereka yang bercocok tanam. Berbeda dengan masyarakat badui; mereka mengandalkan daging dan susu unta atau domba untuk kebutuhan pangan dan aktifitasnya terbatas pada perburuan mencari kayu sedangkan perempuan-perempuan mereka memintal kapas dan mengerjakan pekerjaan rumah.
2. Sosial Politik
a. Masyarakat Badui
Masyarakat ini terbagi dari kabilah-kabilah yang diantaranya dipilih seorang pemimpin yang dinilai mampu menjadi panutan dan mempunyai sifat-sifat yang khusus, pemimpin inilah yang memimpin mereka berperang dan sebagai ujung tombak untuk mengambil segala kebijakan masyarakat ketika terdapat permasalahan, dan diantara mereka terdapat tokoh tokoh yang bertugas untuk menjaga kerukunan dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
b. Masyarakat Modern
System sosial perpolitikan masyarakat ini berbeda dengan Badui, masyarakai ini, contohnya kaum Quraisy, diantara mereka terdapat seorang pemimpin yang mana masyarakat setempat wajib taat dan patuh terhadapnya, kepemimpinan ini tidak hanya tunggal tapi terbagi menjadi bagian-bagian yang bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing. Contoh lain di daerah yaman (Daulah Khumair) telah ada penghancuran agama oleh raja mereka (Yahudi) terhadap agama Nasrani yang berkembang pada masa itu. Selain itu telah banyak pula terdapat politik ekspansi pada waktu itu.
3. Intelektualitas
Kabilah-kabilah di arab, mereka tidak mengisolasikan diri namun mereka mengadakan interaksi dengan kabilah-kabilah lain sehingga terjadilah tranformasi ilmu diantara mereka, selain itu mereka juga suka belajar dari pengalaman, karena seringnya berperang mereka mengenali kuda-kuda mereka dari jenisnya yang lain, mereka juga tahu penyakit-penyakit hewan-hewan dan penyakit manusia sekalipun, mereka mengobatinya dengan rerumputan, mereka juga telah mengetahui bagaimana bercocok tanam yang baik juga pengetahuan lainnya yang dihasilkan dari adanya interaksi diantara mereka.
4. Kehidupan Beragama
Agama atau kepercayaan masyarakat jahiliyyah amat bermacam-macam diantaranya adalah: Yahudi, Nasroni, Watsani, Hanifi, dan Sabi’I. Agama watsani adalah yang menyembah berhala, pada masa itu banyak sekali terdapat patung berhala disana, Latta, Manat, Uzza, Hibl, adalah sekian dari patung patung yang ada, Hibl adalah patung Quraisy pertama di Arab yang dibawa oleh Umar ibnu Luhai dari balqo’ (Syam). Uzza adalah rumah ibadah bagi quraisy dan bani kinayah di daerah Wadi (antara Makkah dan Thoif) yang berbentuk pohon besar yang diatasnya terdapat bangunan dan konon bangunan ini telah dirobohkan oleh khalid bin walid, atas perintah Rosulullah, tidak jauh berbeda juga dengan latta dan manat yang juga merupakan tempat peribadatan kaum watsaniyah. Sebagian kaum arab yang lain beragama Yahudi dan kebanyakan kaum ini tinggal di Yatsrib, khoibar dan taima’ dan yang terkenal diantara mereka adalah Dzu Nawas yang telah memerangi kaum Nasrani. Tidak ketinggalan Nasrani, agama ini juga cukup mendominasi di wilayah Arab, kisah dibakarnya kaum Nasroni di Akhdud merupakan bukti bahwa sudah cukup banyak masyarakat Arab yang beragama Nasroni terutama di Najran, begitu juga daulah Ghisasanah telah didominasi oleh Nasrani dan hanya sedikit dari mereka yang beragama Hanif yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS.
II. BAHASA
1. Bahasa Arab
Kalau kita tinjau historis agama pada masyarakat Arab terbagi menjadi dua yaitu: agama utara yaitu bahasa yang ada di Yaman, yang lebih dikenal dengan bahasa Khumairiyyah dan bahasa selatan yang ada di Hijaz, Bahrain, iraq, dan Syam, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ukiran prasasti yang ditemukan. Untuk bahasa utara telah ditemukan ukiran yang tertulis pada tahun 800 sebelum masehi yang berhuruf “musnad” dan konon bahasa ini dipakai oleh masyarakat Yaman dan untuk penulisan mereka menulisnya dengan huruf Musnad. Untuk bahasa selatan telah ditemukan ukiran anmaroh di khauron (syam) dan ukiran itu tertulis diatas kuburan umru’ul Qois pada tahun 328 M dengan Bahasa Arab berhuruf Nabat, dan yang kedua adalah ukiran Zabat yang ditemukan didaerah sebelah barat Farat (syam) yang tertulis pada tahun 512 M berbahasa Arab dan berhuruf Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara umum di wilayah selatan sedangkan Yaman masih menggunakan Bahasa Khumairiyyah tetapi tidak ada larangan bagi masyarakatnya untuk belajar bahasa selatan (Arab)
2. Macam-macam lahjah
Setiap suku di arab mempunyai lahjah berbahasa Arab yang berbeda beda namun tidak ada larangan jika diantara mereka ada yang ingin belajar atau berbicara dengan bahasa Arab Umum, seperti kabilah Bikr mereka berbicara dengan menambah ) س ( contoh: أعطيك mereka mengatakan أعطيكس , ح dibaca ع , lafadz Imalah atau yang lainnya, tetapi pada masa itu para penyair tidak pernah menggunakan lahjah tersebut, dalam syairnya mereka selalu menggunakan bahasa Arab Fushaa. (Umum)
3. Lahjah Quraisy
Kaum quraisy mempunyai lahjah khusus diantara lahjah-lahjah kabilah lain, dan konon lahjah ini sering dipelajari dan diterima oleh kabilah-kabilah lain karena mengingat kaum ini paling banyak berinterkasi dengan orang-orang Arab, dalam perdagangan maupun muamalah lainnya sehingga secara tidak langsung lahjah ini menjadi lahjah/ bahasa umum pada masyarakat setempat, karena memang lahjah ini dinilai sempurna dari lahjah-lahjah lainnya, dan setelah islam datang agama ini tetap menjadi agama yang mulia karena Alqur’an sebagai Mu’jizat Nabi menggunakan Lahjah/ bahasa ini.
III. Syair Jahili
Syair menurut masyaraakat Arab adalah sebuah jejak/atsar yang besar dimana dengan itu kita bisa memahami kehidupan masyarakat, jika kaum-kaum lain bangga dengan bangunan-bangunan megah maka Arab bangga dengan syair-syairnya, Dan bagi mereka syair menempati martabat yang amat tinggi.
Banyak sekali peneliti berusaha mengungkap hal-hal yang mendasari syair jahili tetapi dari pembahasan mereka tidak ditemukan jawaban yang kongkrit dan menyeluruh. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa syair tercipta ketika para penyair menunggang kuda karena dengan suara telapak kaki kuda mereka bisa menciptakan dasar-dasar syair, ada juga yang mengatakan bahwa yang mendasari syair adalah saja’ dan ada juga yang mengatakan bahwa yang mendasari syair adalah lagu.
Syair-syair jahili sudah ada sejak dulu kala tetapi banyak yang tidak sampai kepada kita menurut sejarah orang pertama yang syairnya sampai kepada kita adalah syair Muhalhal bin Robiah At Taghlibi dari kabilah robi’ah, karena itu kabilah ini merupakan kabilah pertama dimana diketahui adanya syair. Dan penyair-penyair lain dari kabilah ini adalah Kharits ibnu halzah, A’sya, dan Umar ibnu Kultsum dan lain-lain. Dan kabilah kedua adalah kabilah qois dan diantara penyair-penyairnya adalah Nabhighoh Adzibyani, Nabhighoh Alja’di, dan Lubaid Ibnu Robi’ah, sedangkan kabilah ketiga adalah kabilah Tamim, dan dari ketiga kabilah inilah dikatakan mulai munculnya syair dan dari ketiga kabilah ini juga syair-syair diruwatkan.
Periwayatan Syair
Periwayatan syair pada masa ini adalah dengan cara periwayatan (penghafalan perowi dan syair) bukan dengan ditulis karena tulis-menulis pada masa ini adalah masih terbatas. Dan ketika pada masa Islampun perowian syair masih kuat dan terjaga, seperti halnya Abu Bakar dia adalah perowi keturunan dan syair dan ketika terdapat konflik antara makkah dan madinah dialah yang mengumandangkan syair-syair.
Maksud-maksud/ tujuan Syair Jahili
-Untuk Puiian
-Penghinaan
ليأتينك منى منطق قذع باق كما دنس القبطية الودك
-Menampakkan belas kasihan
أيتها النفس أجملى جزعا إن الذى تحذرين قد وقعا
-Kebanggaan
وإن تسألينى فإنى امرؤ اهين اللئيم و احبو الكريما
-Kebanggaan atas kemenangan perang
متى ننقل الى قوم رحانا يكونوا فى اللقاء لها طحينا
-Untuk merayu
أفاطم قبل بينك متعينى و منعك ما سألت كأن تبينى
-Imajinasi
فصاد لنا أكحل المقلتين فحلا و أخرى مهاة نوارا
-Meminta belas kasihan
فلو غير أحوالى ارادوا نقيصتى جعلت لهم فوق العرانين ميساما
-Berhikmah
و الحمد لا يشترى الا له ثمن مما يضن به الأقوام معلوم
IV. Prosa Jahili
Prosa adalah sebuah kalam yang lafad-lafadnya terpilih, urutannya tertib dan bentuk dan ibarat-ibratnya bagus yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar dengan cara yang bagus. Kalam itu berbeda dengan kalam-kalam biasa dan macam-macamnya adalah:
- Khitobah
Adalah kalam yang ma’nanya bagus, baik susunannya kuat dan dipergunakan untuk mempengaruhi para pendengarnya. Terkadang ini digunakan untuk menyampaikan buah pikiran, memberikan irsyadat ataupun melarang tentang suatu hal (kesesatan).
Syarat-syarat khotib haruslah fasih dalam berbahasa Arab, berpenampilan menarik, bersuara lantang, banyak berintonasi dan lain-lain
- Perumpamaan/ Pribahasa
Adalah perkataan yang pada intinya adalah menyerupakan antara satu hal dengan hal yang lainnya. Terkadang hal itu dipergunakan untuk mengingatkan pembelajaran dan lain- lain
- Cerita-cerita
Adalah sebuah kalam yang menceritakan kembali hal-hal yang pernah terjadi pada masa lampau. Hal ini digunakan untuk mengingatkan tentang hikmah-hikmah atas suatu kejadian yang pernah terjadi pada masa lampau. (Ahfa R Syach)
Daftar Pustaka:
Dr. Abdul Aziz Muhammmad Al Faishol. Al Adabul Arobi Wa Tarikhuhu. 1405 H
Al Mujizu fil Adabil Arobi.
1. Corak kemasyarakatan
Pada umumnya masyarakat arab terbagi menjadi dua golongan, yaitu Badui dan hadzor atau kita kenal dengan masyarakat modern dan masyarakat klasik (tradisional). Masyarakat klasik umumnya adalah mereka yang tinggal di daerah padang pasir, gurun, lembah dan lainnya, sedangkan masyarakat modern (waktu itu) adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan.
Dari segi corak kehidupan kedua golongan diatas tentu berbeda, untuk masyarakat modern mereka lebih maju, rumah-rumah mereka terbuat dari batu, batu bata, dan gamping dan aksesoris kehidupannyapun sudah banyak, kuda, perhiasan-perhiasan, baju-baju sudah ada pada masyarakat tersebut, mereka banyak mengkonsumsi korma, biji-bijian, daging dan yang lainnya. Di masyarakat ini pula sudah ada pusat-pusat produktifitas seperti pembuatan pedang, pasar dan sebagainya yang merupakan sumber aktifitas masyarakat setempat dan juga tidak sedikit dari mereka yang bercocok tanam. Berbeda dengan masyarakat badui; mereka mengandalkan daging dan susu unta atau domba untuk kebutuhan pangan dan aktifitasnya terbatas pada perburuan mencari kayu sedangkan perempuan-perempuan mereka memintal kapas dan mengerjakan pekerjaan rumah.
2. Sosial Politik
a. Masyarakat Badui
Masyarakat ini terbagi dari kabilah-kabilah yang diantaranya dipilih seorang pemimpin yang dinilai mampu menjadi panutan dan mempunyai sifat-sifat yang khusus, pemimpin inilah yang memimpin mereka berperang dan sebagai ujung tombak untuk mengambil segala kebijakan masyarakat ketika terdapat permasalahan, dan diantara mereka terdapat tokoh tokoh yang bertugas untuk menjaga kerukunan dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
b. Masyarakat Modern
System sosial perpolitikan masyarakat ini berbeda dengan Badui, masyarakai ini, contohnya kaum Quraisy, diantara mereka terdapat seorang pemimpin yang mana masyarakat setempat wajib taat dan patuh terhadapnya, kepemimpinan ini tidak hanya tunggal tapi terbagi menjadi bagian-bagian yang bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing. Contoh lain di daerah yaman (Daulah Khumair) telah ada penghancuran agama oleh raja mereka (Yahudi) terhadap agama Nasrani yang berkembang pada masa itu. Selain itu telah banyak pula terdapat politik ekspansi pada waktu itu.
3. Intelektualitas
Kabilah-kabilah di arab, mereka tidak mengisolasikan diri namun mereka mengadakan interaksi dengan kabilah-kabilah lain sehingga terjadilah tranformasi ilmu diantara mereka, selain itu mereka juga suka belajar dari pengalaman, karena seringnya berperang mereka mengenali kuda-kuda mereka dari jenisnya yang lain, mereka juga tahu penyakit-penyakit hewan-hewan dan penyakit manusia sekalipun, mereka mengobatinya dengan rerumputan, mereka juga telah mengetahui bagaimana bercocok tanam yang baik juga pengetahuan lainnya yang dihasilkan dari adanya interaksi diantara mereka.
4. Kehidupan Beragama
Agama atau kepercayaan masyarakat jahiliyyah amat bermacam-macam diantaranya adalah: Yahudi, Nasroni, Watsani, Hanifi, dan Sabi’I. Agama watsani adalah yang menyembah berhala, pada masa itu banyak sekali terdapat patung berhala disana, Latta, Manat, Uzza, Hibl, adalah sekian dari patung patung yang ada, Hibl adalah patung Quraisy pertama di Arab yang dibawa oleh Umar ibnu Luhai dari balqo’ (Syam). Uzza adalah rumah ibadah bagi quraisy dan bani kinayah di daerah Wadi (antara Makkah dan Thoif) yang berbentuk pohon besar yang diatasnya terdapat bangunan dan konon bangunan ini telah dirobohkan oleh khalid bin walid, atas perintah Rosulullah, tidak jauh berbeda juga dengan latta dan manat yang juga merupakan tempat peribadatan kaum watsaniyah. Sebagian kaum arab yang lain beragama Yahudi dan kebanyakan kaum ini tinggal di Yatsrib, khoibar dan taima’ dan yang terkenal diantara mereka adalah Dzu Nawas yang telah memerangi kaum Nasrani. Tidak ketinggalan Nasrani, agama ini juga cukup mendominasi di wilayah Arab, kisah dibakarnya kaum Nasroni di Akhdud merupakan bukti bahwa sudah cukup banyak masyarakat Arab yang beragama Nasroni terutama di Najran, begitu juga daulah Ghisasanah telah didominasi oleh Nasrani dan hanya sedikit dari mereka yang beragama Hanif yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS.
II. BAHASA
1. Bahasa Arab
Kalau kita tinjau historis agama pada masyarakat Arab terbagi menjadi dua yaitu: agama utara yaitu bahasa yang ada di Yaman, yang lebih dikenal dengan bahasa Khumairiyyah dan bahasa selatan yang ada di Hijaz, Bahrain, iraq, dan Syam, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ukiran prasasti yang ditemukan. Untuk bahasa utara telah ditemukan ukiran yang tertulis pada tahun 800 sebelum masehi yang berhuruf “musnad” dan konon bahasa ini dipakai oleh masyarakat Yaman dan untuk penulisan mereka menulisnya dengan huruf Musnad. Untuk bahasa selatan telah ditemukan ukiran anmaroh di khauron (syam) dan ukiran itu tertulis diatas kuburan umru’ul Qois pada tahun 328 M dengan Bahasa Arab berhuruf Nabat, dan yang kedua adalah ukiran Zabat yang ditemukan didaerah sebelah barat Farat (syam) yang tertulis pada tahun 512 M berbahasa Arab dan berhuruf Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara umum di wilayah selatan sedangkan Yaman masih menggunakan Bahasa Khumairiyyah tetapi tidak ada larangan bagi masyarakatnya untuk belajar bahasa selatan (Arab)
2. Macam-macam lahjah
Setiap suku di arab mempunyai lahjah berbahasa Arab yang berbeda beda namun tidak ada larangan jika diantara mereka ada yang ingin belajar atau berbicara dengan bahasa Arab Umum, seperti kabilah Bikr mereka berbicara dengan menambah ) س ( contoh: أعطيك mereka mengatakan أعطيكس , ح dibaca ع , lafadz Imalah atau yang lainnya, tetapi pada masa itu para penyair tidak pernah menggunakan lahjah tersebut, dalam syairnya mereka selalu menggunakan bahasa Arab Fushaa. (Umum)
3. Lahjah Quraisy
Kaum quraisy mempunyai lahjah khusus diantara lahjah-lahjah kabilah lain, dan konon lahjah ini sering dipelajari dan diterima oleh kabilah-kabilah lain karena mengingat kaum ini paling banyak berinterkasi dengan orang-orang Arab, dalam perdagangan maupun muamalah lainnya sehingga secara tidak langsung lahjah ini menjadi lahjah/ bahasa umum pada masyarakat setempat, karena memang lahjah ini dinilai sempurna dari lahjah-lahjah lainnya, dan setelah islam datang agama ini tetap menjadi agama yang mulia karena Alqur’an sebagai Mu’jizat Nabi menggunakan Lahjah/ bahasa ini.
III. Syair Jahili
Syair menurut masyaraakat Arab adalah sebuah jejak/atsar yang besar dimana dengan itu kita bisa memahami kehidupan masyarakat, jika kaum-kaum lain bangga dengan bangunan-bangunan megah maka Arab bangga dengan syair-syairnya, Dan bagi mereka syair menempati martabat yang amat tinggi.
Banyak sekali peneliti berusaha mengungkap hal-hal yang mendasari syair jahili tetapi dari pembahasan mereka tidak ditemukan jawaban yang kongkrit dan menyeluruh. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa syair tercipta ketika para penyair menunggang kuda karena dengan suara telapak kaki kuda mereka bisa menciptakan dasar-dasar syair, ada juga yang mengatakan bahwa yang mendasari syair adalah saja’ dan ada juga yang mengatakan bahwa yang mendasari syair adalah lagu.
Syair-syair jahili sudah ada sejak dulu kala tetapi banyak yang tidak sampai kepada kita menurut sejarah orang pertama yang syairnya sampai kepada kita adalah syair Muhalhal bin Robiah At Taghlibi dari kabilah robi’ah, karena itu kabilah ini merupakan kabilah pertama dimana diketahui adanya syair. Dan penyair-penyair lain dari kabilah ini adalah Kharits ibnu halzah, A’sya, dan Umar ibnu Kultsum dan lain-lain. Dan kabilah kedua adalah kabilah qois dan diantara penyair-penyairnya adalah Nabhighoh Adzibyani, Nabhighoh Alja’di, dan Lubaid Ibnu Robi’ah, sedangkan kabilah ketiga adalah kabilah Tamim, dan dari ketiga kabilah inilah dikatakan mulai munculnya syair dan dari ketiga kabilah ini juga syair-syair diruwatkan.
Periwayatan Syair
Periwayatan syair pada masa ini adalah dengan cara periwayatan (penghafalan perowi dan syair) bukan dengan ditulis karena tulis-menulis pada masa ini adalah masih terbatas. Dan ketika pada masa Islampun perowian syair masih kuat dan terjaga, seperti halnya Abu Bakar dia adalah perowi keturunan dan syair dan ketika terdapat konflik antara makkah dan madinah dialah yang mengumandangkan syair-syair.
Maksud-maksud/ tujuan Syair Jahili
-Untuk Puiian
-Penghinaan
ليأتينك منى منطق قذع باق كما دنس القبطية الودك
-Menampakkan belas kasihan
أيتها النفس أجملى جزعا إن الذى تحذرين قد وقعا
-Kebanggaan
وإن تسألينى فإنى امرؤ اهين اللئيم و احبو الكريما
-Kebanggaan atas kemenangan perang
متى ننقل الى قوم رحانا يكونوا فى اللقاء لها طحينا
-Untuk merayu
أفاطم قبل بينك متعينى و منعك ما سألت كأن تبينى
-Imajinasi
فصاد لنا أكحل المقلتين فحلا و أخرى مهاة نوارا
-Meminta belas kasihan
فلو غير أحوالى ارادوا نقيصتى جعلت لهم فوق العرانين ميساما
-Berhikmah
و الحمد لا يشترى الا له ثمن مما يضن به الأقوام معلوم
IV. Prosa Jahili
Prosa adalah sebuah kalam yang lafad-lafadnya terpilih, urutannya tertib dan bentuk dan ibarat-ibratnya bagus yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar dengan cara yang bagus. Kalam itu berbeda dengan kalam-kalam biasa dan macam-macamnya adalah:
- Khitobah
Adalah kalam yang ma’nanya bagus, baik susunannya kuat dan dipergunakan untuk mempengaruhi para pendengarnya. Terkadang ini digunakan untuk menyampaikan buah pikiran, memberikan irsyadat ataupun melarang tentang suatu hal (kesesatan).
Syarat-syarat khotib haruslah fasih dalam berbahasa Arab, berpenampilan menarik, bersuara lantang, banyak berintonasi dan lain-lain
- Perumpamaan/ Pribahasa
Adalah perkataan yang pada intinya adalah menyerupakan antara satu hal dengan hal yang lainnya. Terkadang hal itu dipergunakan untuk mengingatkan pembelajaran dan lain- lain
- Cerita-cerita
Adalah sebuah kalam yang menceritakan kembali hal-hal yang pernah terjadi pada masa lampau. Hal ini digunakan untuk mengingatkan tentang hikmah-hikmah atas suatu kejadian yang pernah terjadi pada masa lampau. (Ahfa R Syach)
Daftar Pustaka:
Dr. Abdul Aziz Muhammmad Al Faishol. Al Adabul Arobi Wa Tarikhuhu. 1405 H
Al Mujizu fil Adabil Arobi.