Apa sebenarnya hakekat sugesti itu? Dalam pemikiranku sugesti sudah mulai manjadi Kompetitor tuhan untuk ditelaah dan dianalisa siapa sebenarnya hakekat kekuatan tertinggi di alam raya. Sugesti baru kukenal ketika aku sudah berumur 24 an, masa transisi dalam diriku ketika aku betul-betul baru mengenal diriku dari segala aspek, Kekurangan maupun keistimewaannya.
Dalam sejarah hidupku sudah mulai terasa kebenaran konsep itu walaupun ketika itu aku tidak tahu jika itu adalah teori kehidupan dan memiliki istilah. Sederhananya kalau kita meyakini hal itu bisa terjadi maka hal itu akan terjadi. Kurang lebih begitulah hal-hal yang kualami, dan tidak jauh dari konsep sugesti yang masa kini populer diwacanakan oleh para motivator “apa yang terjadi pada ruang realita adalah manifestasi dari apa yang ada dibenakmu”
Dan memang benar adanya, pada tataran realitas manusia yang memiliki kepribadian optimis akan dengan mudah melewati hidupnya dengan hasil yang positif. Seolah olah dunia yang mereka hadapi mereka bentuk dan ciptakan melalui benak mereka sendiri, berbeda dengan orang yang selalu pesimis, dia akan selalu menemui kesialan dan semakin terpuruk dalam dunia realitas. Karena mungkin dia menciptakannya dengan buruk melalui benaknya karena trauma dan penyikapan sedih (negatif) yang terus menerus.
Dalam wilayah pemikiranku tentang hakekat “tuhan”. Nampaknya dia menjadi pendatang baru yang akan memusingkan pengembaraanku mencari hakekat tuhan. Setelah sebelumnya pemikiranku sudah mulai mengerucut atau sedikit menemui kesimpulan tentang siapa “tuhan” sejati. Kita semua mengakui bahwa apa yang terjadi sejatinya tergantung apa yang kita pikirkan, jadi tidak salah kalau kita sebut bahwa kekuatan tertinggi di alam ini adalah sugesti. Lalu pertanyaannya sugesti atau tuhankah kekuatan tertinggi di alam ini.
Dalam literatur islam ada yang menunjukkan bahwa sugesti itu milik tuhan, hadits qudsi mengatakan “Inni ‘Inda Dhonni Abdi..” Sesungguhnya aku itu sesuai dengan prasangka hambaku. Begitukah..??. Kenapa setelah begitu banyak materi dan kajian tentang konsep islam dan ketuhanan tiba-tiba aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa Tuhan itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan di benak. Kenapa setelah banyak sekali konsep tentang sebab akibat, Perbuatan baik dan buruk, resiko dan imbalan dan lain sebagainya aku dihadapkan dengan kenyataan sederhana itu, seolah semua kerumitan agama terhapus. Aku jadi semakin bingung dan aku pikir antara sugesti dan tuhan tidak berkaiatan sama sekali, dua hal itu terpisah. Dan jika terpisah berarti hanya salah satu yang merupakan kekuatan tertinggi di alam ini. Dan siapakah itu?. Long Live Thinking..!!
Perihal sugesti tentang hubungannya dengan diriku, aku merasa dipermainkan. Kualitas hidupku semenjak kecil meliputi pendidikan, lingkungan, dan hambatan yang melibatkan kejiwaan dan pola pikirku membuatku selalu bermindset negatif. Kenyataan hidup yang aku alami selama ini mendidik dan membentukku untuk selalu berpikir negatif, pesimis dan traumatis. Setelah semua ini kenapa aku baru diperkenalkan kepada konsep hidup yangs sejati, “konsep sugesti”. Kenapa setelah tercebur begitu dalam aku harus merangkak ke permukaan dan belajar lagi sesuatu yang baru? ‘Keterjerumusanku sudah terlalu dalam’
Ahfa Rahman
25-10-2011
Dalam sejarah hidupku sudah mulai terasa kebenaran konsep itu walaupun ketika itu aku tidak tahu jika itu adalah teori kehidupan dan memiliki istilah. Sederhananya kalau kita meyakini hal itu bisa terjadi maka hal itu akan terjadi. Kurang lebih begitulah hal-hal yang kualami, dan tidak jauh dari konsep sugesti yang masa kini populer diwacanakan oleh para motivator “apa yang terjadi pada ruang realita adalah manifestasi dari apa yang ada dibenakmu”
Dan memang benar adanya, pada tataran realitas manusia yang memiliki kepribadian optimis akan dengan mudah melewati hidupnya dengan hasil yang positif. Seolah olah dunia yang mereka hadapi mereka bentuk dan ciptakan melalui benak mereka sendiri, berbeda dengan orang yang selalu pesimis, dia akan selalu menemui kesialan dan semakin terpuruk dalam dunia realitas. Karena mungkin dia menciptakannya dengan buruk melalui benaknya karena trauma dan penyikapan sedih (negatif) yang terus menerus.
Dalam wilayah pemikiranku tentang hakekat “tuhan”. Nampaknya dia menjadi pendatang baru yang akan memusingkan pengembaraanku mencari hakekat tuhan. Setelah sebelumnya pemikiranku sudah mulai mengerucut atau sedikit menemui kesimpulan tentang siapa “tuhan” sejati. Kita semua mengakui bahwa apa yang terjadi sejatinya tergantung apa yang kita pikirkan, jadi tidak salah kalau kita sebut bahwa kekuatan tertinggi di alam ini adalah sugesti. Lalu pertanyaannya sugesti atau tuhankah kekuatan tertinggi di alam ini.
Dalam literatur islam ada yang menunjukkan bahwa sugesti itu milik tuhan, hadits qudsi mengatakan “Inni ‘Inda Dhonni Abdi..” Sesungguhnya aku itu sesuai dengan prasangka hambaku. Begitukah..??. Kenapa setelah begitu banyak materi dan kajian tentang konsep islam dan ketuhanan tiba-tiba aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa Tuhan itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan di benak. Kenapa setelah banyak sekali konsep tentang sebab akibat, Perbuatan baik dan buruk, resiko dan imbalan dan lain sebagainya aku dihadapkan dengan kenyataan sederhana itu, seolah semua kerumitan agama terhapus. Aku jadi semakin bingung dan aku pikir antara sugesti dan tuhan tidak berkaiatan sama sekali, dua hal itu terpisah. Dan jika terpisah berarti hanya salah satu yang merupakan kekuatan tertinggi di alam ini. Dan siapakah itu?. Long Live Thinking..!!
Perihal sugesti tentang hubungannya dengan diriku, aku merasa dipermainkan. Kualitas hidupku semenjak kecil meliputi pendidikan, lingkungan, dan hambatan yang melibatkan kejiwaan dan pola pikirku membuatku selalu bermindset negatif. Kenyataan hidup yang aku alami selama ini mendidik dan membentukku untuk selalu berpikir negatif, pesimis dan traumatis. Setelah semua ini kenapa aku baru diperkenalkan kepada konsep hidup yangs sejati, “konsep sugesti”. Kenapa setelah tercebur begitu dalam aku harus merangkak ke permukaan dan belajar lagi sesuatu yang baru? ‘Keterjerumusanku sudah terlalu dalam’
Ahfa Rahman
25-10-2011