kehidupan adil jika penghitungan melibatkan akhirat karena keduanya saling berhubungan dalam membuktikan keadilan tuhan. dunia saja tidak cukup dan terkesan tidak merata antara nikmat dan derita. di akhirat mungkin ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair........
Ya.. nasib manusia memang berbeda, peluang mereka berbeda, kenyamanan manusia untuk hidup juga berbeda. Ada orang yang tertindas, terbunuh, teraniaya, ada pula orang yang hidupnya lurus dan bahagia tanpa ada hambatan yang berarti. Ada yang lahir dengan keadaan normal dan sehat, ada pula yang lahir dengan keadaan memprihatinkan, seperti cacat fisik dan lain sebagianya. Ada yang selamat dari bencana ada pula yang menjadi korban dalam bencana. Itu semua sudah diluar usaha manusia untuk mencari keamanan dan kenyamanan untuk diri mereka sendiri.
Tuhan menciptakan manusia semuanya sama, tapi itu ketika berupa embrio, setelah itu berlakulah hukum sebab akibat yang diolah oleh manusia itu sendiri. Orang yang diperlakukan dan memiliki orang terdekat yang menguntungkan dia akan menjadi orang yang beruntung pula, berbeda dengan sebaliknya. Dalam kehidupan ini berlakulah sebab akibat, dan sebab akibat tidak menimpa secara merata kepada manusia. Semuanaya bersifat kebetulan, dan tuhan hanya melihat dan memperhatikan dari arsy-Nya. Dia hanya akan membantu apabila ada upaya keras dan doa yang dikirimkan oleh hambanya. Itupun tidak sepenuhnya melegakan manusia, upaya keras dan doa hanya bisa menjelma menjadi perubahan kecil dan hiburan semata.
Itu pendapat penganut qodariah. Apalagi jabariah, sungguh tidak adil beraneka posisi dan kenyamanan manusia digerakkan sepenuhnya olehnya. Kita tidak punya pilihan untuk menjadi seperti orang lain. Semuanya mengacu kepada prinsip kebetulan.
Hal inilah yang mungkin menjadi alasan kenapa tuhan menciptakan tingkatan surga dan neraka yang berbeda-beda sehingga dia bisa membuktikan nama abadinya dalam asmaul husna (al adlu). Ataukah mungkin di akhirat ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair dengan cara yang belum kita ketahui, karena akhirat fisik atau non fisik itu merupakan rahasia yang masih diperdebatkan. wallahu ‘a’lam bisshowab
Ahfa R Syach
27-08-2009
Ya.. nasib manusia memang berbeda, peluang mereka berbeda, kenyamanan manusia untuk hidup juga berbeda. Ada orang yang tertindas, terbunuh, teraniaya, ada pula orang yang hidupnya lurus dan bahagia tanpa ada hambatan yang berarti. Ada yang lahir dengan keadaan normal dan sehat, ada pula yang lahir dengan keadaan memprihatinkan, seperti cacat fisik dan lain sebagianya. Ada yang selamat dari bencana ada pula yang menjadi korban dalam bencana. Itu semua sudah diluar usaha manusia untuk mencari keamanan dan kenyamanan untuk diri mereka sendiri.
Tuhan menciptakan manusia semuanya sama, tapi itu ketika berupa embrio, setelah itu berlakulah hukum sebab akibat yang diolah oleh manusia itu sendiri. Orang yang diperlakukan dan memiliki orang terdekat yang menguntungkan dia akan menjadi orang yang beruntung pula, berbeda dengan sebaliknya. Dalam kehidupan ini berlakulah sebab akibat, dan sebab akibat tidak menimpa secara merata kepada manusia. Semuanaya bersifat kebetulan, dan tuhan hanya melihat dan memperhatikan dari arsy-Nya. Dia hanya akan membantu apabila ada upaya keras dan doa yang dikirimkan oleh hambanya. Itupun tidak sepenuhnya melegakan manusia, upaya keras dan doa hanya bisa menjelma menjadi perubahan kecil dan hiburan semata.
Itu pendapat penganut qodariah. Apalagi jabariah, sungguh tidak adil beraneka posisi dan kenyamanan manusia digerakkan sepenuhnya olehnya. Kita tidak punya pilihan untuk menjadi seperti orang lain. Semuanya mengacu kepada prinsip kebetulan.
Hal inilah yang mungkin menjadi alasan kenapa tuhan menciptakan tingkatan surga dan neraka yang berbeda-beda sehingga dia bisa membuktikan nama abadinya dalam asmaul husna (al adlu). Ataukah mungkin di akhirat ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair dengan cara yang belum kita ketahui, karena akhirat fisik atau non fisik itu merupakan rahasia yang masih diperdebatkan. wallahu ‘a’lam bisshowab
Ahfa R Syach
27-08-2009