Hari ini aku terharu...dan sangat terharu. Dua orang sahabat terbaikku telah sampai pada peraduan paling agung dalam dunia cinta. Cinta mereka telah terpatri cukup lama melewati waktu-waktu panjang hanya dengan bersepeda pelan dan penuh doa harapan. Nuansa walimah itu amat sederhana, tempatnya pun amat sederhana, makanan yang disajikanpun hanya beberapa macam, berbeda dengan pernikahan temanku seorang anak kyai pesantren Almasturiah yang amat gemerlap Dengan aneka corak hiasan dan macam hidangan. Tetapi setiap macam hidangan pada pernikahan sederhana ini terasa lebih nikmat dari yang lainnya, dan disetiap sudut tempat pesta ini tersimpan riuh tawa riang yang elok. Belum pernah aku melihat seorang ayah mempelai wanita sebahagia ini, seseorang yang pernah aku kenal dulu sebagai juru foto, mungkin dia sangat bangga karena telah bisa menikahkan anaknya. Sungguh nuansa pesta pernikahan yang amat berbeda, pesta yang tidak penuh dengan kegemerlapan, tapi pesta yang penuh rahmat dan kesejatian, kulihat beberapa malaikat menangis haru melihat pesta ini, pesta yang mengantarkan dua pasangan ini untuk berlabuh dalam sangkar emasnya. Mereka kagum dengan dua insan ini yang berani melakukan sesuatu yang penuh beban hanya untuk satu niat mulia, Ibadah......
Hatiku masih agak merinding.. dan sesekali aku hampir menangis..., aku amat terharu....!!
Oh ya... mereka aku anggap dua sahabat terbaikku karena mereka berbeda dengan rekan-rekan alumni pesantrenku yang lain. Tampaknya ilmu-ilmu yang kami kaji dulu di pesantren benar-benar menjadi pegangan hidup mereka.. , mereka amat religius.. dulu Ahmad Rasyid adalah sahabat sejatiku di pesantren, dia berhati baik, tidak jarang aku pergi bermain kerumahnya untuk belajar atau sebatas sharing.. ,dia sangat rendah diri dan sopan. Apalagi ketika beliau mulai bersekolah di LIPIA, kematangannya menjadi seorang ikhwan lebih tampak jelas. Kalau Susyanti aku baru mengenalnya di UIN Jakarta, seorang aktifis dakwah yang konsisten dengan ideologinya. Dia yang selalu menyuruhku hadir dalam pengajian Abdullah Gymnastiar di Istiqlal setiap minggu pertama setiap bulan. Seorang yang menurut beberapa rekanku adalah akhwat yang inspiratif, radikal dalam berideologi tetapi inklusif dalam bermuamalah.
Aku yakin mereka mereka memendam rasa cinta ketika dipesantren dulu, menurut seorang sahabatku, Susyanti adalah perempuan yang mampu menghanyutkan hati Ahmad Rasyid, dia sangat memukau hati sahabat lelakiku ini. Entah berapa puisi telah ia tulis untuk Susyanti, puisi tertulis atau hanya yang tertulis dalam benak. Untuk pribadi ataukah untuknya.. entahlah..., aku tidak terlalu tahu banyak tentang mereka. Dulu mereka dipertemukan dalam sebuah lembaga kesantrian. Dan setahuku Susanti dulu bertempat tinggal di rumah kos yang tidak jauh dari rumah tempat tinggal Rosyid. Aku yakin itulah masa-masa cinta pertama. Ya, kira-kira kalau dihitung sekitar delapan tahunan yang lalu. Sudah cukup lama... dan ternyata sekarang mereka mampu bersatu dalam ikatan suci tanpa proses penjalinan hubungan dan aktifitas khalwat.
Mereka melewati lorong-lorong panjang penantian ini hanya dengan lantunan doa dan perasaan tawakal..., Rasyid mungkin yakin jika cintanya diridhoi, suatu saat akan dipertemukan. Susyanti memilih tidak memikirkan cinta dan berkonsentrasi pada aktifitasnya. mereka mungkin tahu agama kurang berkenan dengan aktifitas khalwat. Sehingga mereka hanya memilih berkomunikasi hanya untuk menyambung silaturahmi dengan intensitas yang tidak terlalu sering. Mereka menjalani hidupnya masing-masing dengan positif, Seorang Rasyid belajar giat untuk mengejar LIPIAnya sedangkan susyanti berakademisi ria di fakultas pendidikan dan menjadi aktifis tulen di sebuah lembaga dakwah.
Aku ingat pesan Susyanti kepadaku dulu, sebuah pesan yang bagiku penting dan berarti, dia pernah berkata; seandainya kita suka atau ada seseorang yang menyukai kita dan seandainya itu mungkin jodoh, mengharaplah kepada Allah untuk menjauhkan jarak diantara kita saat ini, dan mempertemukan dihari esok pada waktunya dengan sejuta kemudahan. Hal itu sering aku jadikan tema doaku dalam setiap kesempatan. Dan terbukti doa yang selalu susyanti panjatkan tersebut terkabul tanpa syarat oleh tuhan. Dia tidak pernah berjarak terlalu dekat dengan Rasyid pada masa-masa perjuangan, bahkan masing-masing diantara mereka tidak sempat menemukan cinta yang lain. Kadang aku iri, dulu aku pernah mencintai wanita yang menurutku baik, segala usaha sudah aku lakukan, tetapi selalu ada saja rintangan yang memisahkan, lafadz qosam sudah aku gunakan semuanya untuk meyakinkan bahwa aku tulus bukan seperti pemahaman terbalik yang diyakininya. Keringat, air mata, bahkan darah sudah sering keluar dari ragaku. Dan sekarang kami harus menjalani hidup dengan terpisah jauh dengan beberapa goresan tersisa dalam hati. Berbeda dengan mereka, mereka dipertemukan dalam sebuah waktu yang tepat tanpa ada satupun halangan yang berarti. Aku masih ingat ketika sahabatku Rasyid berkunjung ke kediamanku dengan seorang sahabatku yang lain akhir tahun 2009 yang lalu, dia belum memiliki rencana sama sekali untuk pernikahannya hari ini, kita hanya mengobrol tentang teman-teman lama, setelah sampai pada pembicaraan tentang Susyanti saya hanya sedikit memberi tahu bahwa Susyanti mungkin pantas untuknya, dia belum memiliki calon pasangan hidup atau lelaki yang dekat dengannya. dan aku juga sampaikan bahwa dulu dia pernah berkata kepadaku bahwa target menikah adalah sekitar umur 25 tahun, dan saat itu mungkin hampir sekali mendekati target itu, jadi aku pikir apa salahnya aku sedikit menggiring mereka ke arah itu. Siapa tahu mereka jodoh.....
Akhirnya hari ini semuanya terbukti, mereka berdua duduk di atas singgsana cinta berbalut busana emas islami yang sedikit bercorak pakaian adat setempat. Ruang singgasana mereka tidak terlalu luas dan amat sederhana, tetapi aku yakin kebahagiaan mereka kelak akan seluas istana nabi Sulaiman. Hidangan pesta ini sederhana, tetapi aku yakin rezeki yang dilimpahkan kepadanya kelak akan berjuta-juta kali lipat dari pesta ini. Tamu pesta ini tidak sebanyak pesta pernikahan Nia Ramadani, tetapi aku yakin mereka kelak menjadi tumpuan dan bermanfaat bagi jutaan orang diluar sana. Allhumma amin....
Gerimis hujan berjatuhan tertib dari langit sana... langitpun tidak terlalu mendung, alam ini terlihat menguning. Aku tahu .. , alam tersenyum haru dan menitikkan air mata melihat pernikahan ini.. , pernikahan sederhana yang penuh dengan ridho tuhan.. pernikahan dan puncak cinta yang lebih indah daripada pesta-pesta pernikahan besar diluar sana. Persatuan jiwa yang lebih murni daripada persatuan jiwa dengan proses perjalanan panjang dengan bumbu aktifitas khalwat, zina hati, dan zina mata, bahkan hubungan pra nikah... , pernikahan sejati tanpa ada cinta masa lalu pada masing-masing mereka.
Akhirnya aku pamit meninggalkan pesta ini.... aku susuri lorong kecil tempat ini menuju jalan besar.. kulihat malaikat berjubel dan berjejer melihat pesta ini. Diantara mereka membawa bunga berwarna-warni, diantara mereka yang lain membawa titipan tuhan, sebuah kado pernikahan dari tuhan untuk mereka. Kado itu terbungkus dengan emas murni, disetiap sisi terdapat hiasan permata dan batu safir hijau yang mengkilau. Serpihan kristal juga tampak menghiasi di setiap empat bidangnya. Dan kotak kecil ini semakin cantik dan anggun karena tertali dengan pita sutra berwarna perak. Mungkin tuhan sengaja mengambil bahan-bahan ini dari hiasan-hiasan surga pilihan..., aku sempat menanyakan isinya kepada seorang malaikat, dan sesegera aku begitu takjub karena isi kado tersebut adalah.... Jaminan sakinah, mawaddah, dan rahmah....
Ahfa Rahman
2010
Hatiku masih agak merinding.. dan sesekali aku hampir menangis..., aku amat terharu....!!
Oh ya... mereka aku anggap dua sahabat terbaikku karena mereka berbeda dengan rekan-rekan alumni pesantrenku yang lain. Tampaknya ilmu-ilmu yang kami kaji dulu di pesantren benar-benar menjadi pegangan hidup mereka.. , mereka amat religius.. dulu Ahmad Rasyid adalah sahabat sejatiku di pesantren, dia berhati baik, tidak jarang aku pergi bermain kerumahnya untuk belajar atau sebatas sharing.. ,dia sangat rendah diri dan sopan. Apalagi ketika beliau mulai bersekolah di LIPIA, kematangannya menjadi seorang ikhwan lebih tampak jelas. Kalau Susyanti aku baru mengenalnya di UIN Jakarta, seorang aktifis dakwah yang konsisten dengan ideologinya. Dia yang selalu menyuruhku hadir dalam pengajian Abdullah Gymnastiar di Istiqlal setiap minggu pertama setiap bulan. Seorang yang menurut beberapa rekanku adalah akhwat yang inspiratif, radikal dalam berideologi tetapi inklusif dalam bermuamalah.
Aku yakin mereka mereka memendam rasa cinta ketika dipesantren dulu, menurut seorang sahabatku, Susyanti adalah perempuan yang mampu menghanyutkan hati Ahmad Rasyid, dia sangat memukau hati sahabat lelakiku ini. Entah berapa puisi telah ia tulis untuk Susyanti, puisi tertulis atau hanya yang tertulis dalam benak. Untuk pribadi ataukah untuknya.. entahlah..., aku tidak terlalu tahu banyak tentang mereka. Dulu mereka dipertemukan dalam sebuah lembaga kesantrian. Dan setahuku Susanti dulu bertempat tinggal di rumah kos yang tidak jauh dari rumah tempat tinggal Rosyid. Aku yakin itulah masa-masa cinta pertama. Ya, kira-kira kalau dihitung sekitar delapan tahunan yang lalu. Sudah cukup lama... dan ternyata sekarang mereka mampu bersatu dalam ikatan suci tanpa proses penjalinan hubungan dan aktifitas khalwat.
Mereka melewati lorong-lorong panjang penantian ini hanya dengan lantunan doa dan perasaan tawakal..., Rasyid mungkin yakin jika cintanya diridhoi, suatu saat akan dipertemukan. Susyanti memilih tidak memikirkan cinta dan berkonsentrasi pada aktifitasnya. mereka mungkin tahu agama kurang berkenan dengan aktifitas khalwat. Sehingga mereka hanya memilih berkomunikasi hanya untuk menyambung silaturahmi dengan intensitas yang tidak terlalu sering. Mereka menjalani hidupnya masing-masing dengan positif, Seorang Rasyid belajar giat untuk mengejar LIPIAnya sedangkan susyanti berakademisi ria di fakultas pendidikan dan menjadi aktifis tulen di sebuah lembaga dakwah.
Aku ingat pesan Susyanti kepadaku dulu, sebuah pesan yang bagiku penting dan berarti, dia pernah berkata; seandainya kita suka atau ada seseorang yang menyukai kita dan seandainya itu mungkin jodoh, mengharaplah kepada Allah untuk menjauhkan jarak diantara kita saat ini, dan mempertemukan dihari esok pada waktunya dengan sejuta kemudahan. Hal itu sering aku jadikan tema doaku dalam setiap kesempatan. Dan terbukti doa yang selalu susyanti panjatkan tersebut terkabul tanpa syarat oleh tuhan. Dia tidak pernah berjarak terlalu dekat dengan Rasyid pada masa-masa perjuangan, bahkan masing-masing diantara mereka tidak sempat menemukan cinta yang lain. Kadang aku iri, dulu aku pernah mencintai wanita yang menurutku baik, segala usaha sudah aku lakukan, tetapi selalu ada saja rintangan yang memisahkan, lafadz qosam sudah aku gunakan semuanya untuk meyakinkan bahwa aku tulus bukan seperti pemahaman terbalik yang diyakininya. Keringat, air mata, bahkan darah sudah sering keluar dari ragaku. Dan sekarang kami harus menjalani hidup dengan terpisah jauh dengan beberapa goresan tersisa dalam hati. Berbeda dengan mereka, mereka dipertemukan dalam sebuah waktu yang tepat tanpa ada satupun halangan yang berarti. Aku masih ingat ketika sahabatku Rasyid berkunjung ke kediamanku dengan seorang sahabatku yang lain akhir tahun 2009 yang lalu, dia belum memiliki rencana sama sekali untuk pernikahannya hari ini, kita hanya mengobrol tentang teman-teman lama, setelah sampai pada pembicaraan tentang Susyanti saya hanya sedikit memberi tahu bahwa Susyanti mungkin pantas untuknya, dia belum memiliki calon pasangan hidup atau lelaki yang dekat dengannya. dan aku juga sampaikan bahwa dulu dia pernah berkata kepadaku bahwa target menikah adalah sekitar umur 25 tahun, dan saat itu mungkin hampir sekali mendekati target itu, jadi aku pikir apa salahnya aku sedikit menggiring mereka ke arah itu. Siapa tahu mereka jodoh.....
Akhirnya hari ini semuanya terbukti, mereka berdua duduk di atas singgsana cinta berbalut busana emas islami yang sedikit bercorak pakaian adat setempat. Ruang singgasana mereka tidak terlalu luas dan amat sederhana, tetapi aku yakin kebahagiaan mereka kelak akan seluas istana nabi Sulaiman. Hidangan pesta ini sederhana, tetapi aku yakin rezeki yang dilimpahkan kepadanya kelak akan berjuta-juta kali lipat dari pesta ini. Tamu pesta ini tidak sebanyak pesta pernikahan Nia Ramadani, tetapi aku yakin mereka kelak menjadi tumpuan dan bermanfaat bagi jutaan orang diluar sana. Allhumma amin....
Gerimis hujan berjatuhan tertib dari langit sana... langitpun tidak terlalu mendung, alam ini terlihat menguning. Aku tahu .. , alam tersenyum haru dan menitikkan air mata melihat pernikahan ini.. , pernikahan sederhana yang penuh dengan ridho tuhan.. pernikahan dan puncak cinta yang lebih indah daripada pesta-pesta pernikahan besar diluar sana. Persatuan jiwa yang lebih murni daripada persatuan jiwa dengan proses perjalanan panjang dengan bumbu aktifitas khalwat, zina hati, dan zina mata, bahkan hubungan pra nikah... , pernikahan sejati tanpa ada cinta masa lalu pada masing-masing mereka.
Akhirnya aku pamit meninggalkan pesta ini.... aku susuri lorong kecil tempat ini menuju jalan besar.. kulihat malaikat berjubel dan berjejer melihat pesta ini. Diantara mereka membawa bunga berwarna-warni, diantara mereka yang lain membawa titipan tuhan, sebuah kado pernikahan dari tuhan untuk mereka. Kado itu terbungkus dengan emas murni, disetiap sisi terdapat hiasan permata dan batu safir hijau yang mengkilau. Serpihan kristal juga tampak menghiasi di setiap empat bidangnya. Dan kotak kecil ini semakin cantik dan anggun karena tertali dengan pita sutra berwarna perak. Mungkin tuhan sengaja mengambil bahan-bahan ini dari hiasan-hiasan surga pilihan..., aku sempat menanyakan isinya kepada seorang malaikat, dan sesegera aku begitu takjub karena isi kado tersebut adalah.... Jaminan sakinah, mawaddah, dan rahmah....
Ahfa Rahman
2010