Hidup adalah ilusi, aku memandangnya seperti itu. Dan itu adalah sebuah kesimpualan dari banyak pengamatan, menurut christopher mccandles “into the wild” materi, popularitas, kemewahan adalah sesuatu yang menutupi kebahagiaan yang sebenarnya.
Keadan lahiriah sesuatu atau sesorang tidaklah merupakan cermin dari kualitas haqiqinya, realitas kehidupan yang terlihat adalah ilusi, hanya palsu, asumsi salah, dan fitnah...., aku beranggapan jika manusia melakukan sebuah penilaian kepada sesuatu yang lain maka dia telah melakukan sebuah subjektifitas, ibarat melakukan sebuah pengamatan ruang luas hanya dari lubang kunci,
Pencapaian sesuatu di dunia ini tidak didapat dengan cara dan jarak yang sama, keadaan manusia tidak lurus berada dalam satu line starting untuk berlari menuju “prestasi’ konvensional hidup. Apa yang tepat menjadi dasar penilaian dalam kehidupan ini, hasil ataukah proses? Ternyata mayoritas manusia di dunia adalah masyarakat kelas rendah secara kebijaksanaan, terbukti di alam ini, hasil menjadi standar keberhasilan atau pujian orang, Katakanlah orang itu mapan, apakah dia telah melakukan sebuah tingkat effort paling tinggi diantara lainnya? Keadaan orang berbeda-beda, peluangnya tidak sama, problematika hidupnya tidak sama, pengaruh baik-buruk kehidupannya tidak sama, apakah bijak kalau kita menilai orang menurut teori hasil?
Menilai baik seseorang sama saja dengan melakukan sebuah diskriminasi dan ketidak adilan kepada pihak yang kamu hina, ibarat bagaimana bisa kita menilai orang itu sukses, hanya karena orang tuanya mampu, menikmati pendidikan dan lingkungan yang hangat, bagaimana bisa kita menilai orang itu gagal, padahal dia dari keluarga tak mampu, lingkungan yang keras dan tidak hangat.
Dalam hidup ini ada hukum kausalitas, dan kita tidak punya pilihan untuk berada pada penyebab positif, yang selanjutnya melahirkan akibat-akibat positif, kita di sebar di berbagai macam kondisi, dan berbagai macam kategori prestasi dan kesuksesan. Realitas yang terlihat adalah semu dan bukan merupakan kualitas intrinsiknya, apakah pencapaian tertentu sesorang menunjukkan prestasi sejatinya, mungkin saja dia beruntung menggapai itu dengan satu dua langkah, pasti ada orang lain yang telah berlari berkilo2 tetapi belum mendapatkan pencapaian itu. Ataukah apakah kita pantas menghina orang gila, mungkin saja dia mengalami nasib hidup yang maha berat, bisa saja kita juga seperti dia jika mengalami problema yang serupa, ataukah kita memuji pejabat? Bisa aja dia pemalas namun memiliki relasi dan uang sehingga bisa menjangkau jabatan dengan nepotisme. Apakah kita harus menertawakan pengangguran? Bisa saja dia pelajar rajin dan berprestasi namun memiliki emosional dan psikologis yang buruk akibat kekerasan lingkungan masa kecilnya.
Jika kita merasa lebih baik pada sesuatu, maka kita hanyalah beruntung, karena percayalah usahamu berawal dari satu titik, dan titik itu tidak dimiliki semua orang, dan jika kita merasa tidak lebih baik pada sesuatu percayalah kamu tidak beruntung, karena kesalahanmu pastilah berawal dari satu titik dan tidak titik itu tidak dimiliki semua orang,
Begitulah fakta-fakta kehidupan, Dari fakta2 ini, apakah pantas kita memuji dan menghina? Jika anda menilai maka anda memfitnah...
Ahfa Rahman
23-12-2012
Keadan lahiriah sesuatu atau sesorang tidaklah merupakan cermin dari kualitas haqiqinya, realitas kehidupan yang terlihat adalah ilusi, hanya palsu, asumsi salah, dan fitnah...., aku beranggapan jika manusia melakukan sebuah penilaian kepada sesuatu yang lain maka dia telah melakukan sebuah subjektifitas, ibarat melakukan sebuah pengamatan ruang luas hanya dari lubang kunci,
Pencapaian sesuatu di dunia ini tidak didapat dengan cara dan jarak yang sama, keadaan manusia tidak lurus berada dalam satu line starting untuk berlari menuju “prestasi’ konvensional hidup. Apa yang tepat menjadi dasar penilaian dalam kehidupan ini, hasil ataukah proses? Ternyata mayoritas manusia di dunia adalah masyarakat kelas rendah secara kebijaksanaan, terbukti di alam ini, hasil menjadi standar keberhasilan atau pujian orang, Katakanlah orang itu mapan, apakah dia telah melakukan sebuah tingkat effort paling tinggi diantara lainnya? Keadaan orang berbeda-beda, peluangnya tidak sama, problematika hidupnya tidak sama, pengaruh baik-buruk kehidupannya tidak sama, apakah bijak kalau kita menilai orang menurut teori hasil?
Menilai baik seseorang sama saja dengan melakukan sebuah diskriminasi dan ketidak adilan kepada pihak yang kamu hina, ibarat bagaimana bisa kita menilai orang itu sukses, hanya karena orang tuanya mampu, menikmati pendidikan dan lingkungan yang hangat, bagaimana bisa kita menilai orang itu gagal, padahal dia dari keluarga tak mampu, lingkungan yang keras dan tidak hangat.
Dalam hidup ini ada hukum kausalitas, dan kita tidak punya pilihan untuk berada pada penyebab positif, yang selanjutnya melahirkan akibat-akibat positif, kita di sebar di berbagai macam kondisi, dan berbagai macam kategori prestasi dan kesuksesan. Realitas yang terlihat adalah semu dan bukan merupakan kualitas intrinsiknya, apakah pencapaian tertentu sesorang menunjukkan prestasi sejatinya, mungkin saja dia beruntung menggapai itu dengan satu dua langkah, pasti ada orang lain yang telah berlari berkilo2 tetapi belum mendapatkan pencapaian itu. Ataukah apakah kita pantas menghina orang gila, mungkin saja dia mengalami nasib hidup yang maha berat, bisa saja kita juga seperti dia jika mengalami problema yang serupa, ataukah kita memuji pejabat? Bisa aja dia pemalas namun memiliki relasi dan uang sehingga bisa menjangkau jabatan dengan nepotisme. Apakah kita harus menertawakan pengangguran? Bisa saja dia pelajar rajin dan berprestasi namun memiliki emosional dan psikologis yang buruk akibat kekerasan lingkungan masa kecilnya.
Jika kita merasa lebih baik pada sesuatu, maka kita hanyalah beruntung, karena percayalah usahamu berawal dari satu titik, dan titik itu tidak dimiliki semua orang, dan jika kita merasa tidak lebih baik pada sesuatu percayalah kamu tidak beruntung, karena kesalahanmu pastilah berawal dari satu titik dan tidak titik itu tidak dimiliki semua orang,
Begitulah fakta-fakta kehidupan, Dari fakta2 ini, apakah pantas kita memuji dan menghina? Jika anda menilai maka anda memfitnah...
Ahfa Rahman
23-12-2012