Pada dasarnya kecenderungan manusia adalah egois, egois untuk enggan mengakui kesalahan, pada dasarnya pula manusia punya kecenderungan malu, malu untuk mengakui kesalahan. Dua dasar pokok itulah yang membuat manusia tidak berani dan enggan mengakui kesalahan. Ketika manusia itu egois dan malu untuk sebuah kesalahan, dia akan lebih suka berkelit, memutar-mutar fakta atau bahkan distorsi.
Mengakui kesalahan memang berat, karena tentu itu menggadaikan harga diri. Harga diri orang akan otomatis jatuh ketika diketahui dia melakakukan kesalahan. Kecenderungan manusia untuk menjaga harga diri inilah yang membuat para pelaku kesalahan lebih memilih untuk berkelit dan tidak mengakui kesalahan. Begitu juga tentang malu, manusia tentu selalu menghindari rasa malu yang akan mengurangi harga dirinya. Sehigga dia lebih memilih lari atau menghindar dari masalah. Saya kira pelaku kesalahan dia sadar akan kesalahannya, tapi ego dan rasa malunya berusaha menutupi fakta kesalahan itu. Semuanya saya kira kembali pada konsep “manusia cenderung ingin superior dan dianggap baik pada kehidupan sosial”
Banyak manusia tidak bijak menghadapi permasalahan, dia lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain yang selanjutnya digunakan untuk mempersalahkan, dia merasa tidak ingin disalahkan karena sebenarnya tidak mampu mengemban tanggung jawab atas keasalahannya. Hal seperti itu justru memperpanjang masalah, bukan menyelesaikannya, dan semakin menyakiti orang yang terdholimi. Saya kira begitu besar dosa orang yang berperilaku semecam itu.
Lihatlah para politisi kita, mereka pandai sekali berkelit dan berdusta, padahal fakta-fakta telah mengatakan lain. Mungkin karena mereka publik figur yang tidak ingin malu didepan khalayak. Lihatlah pemuda pemudi kita dalam cinta, ketika cinta berakhir, banyak yang tersakiti, itu karena ada yang egois dalam menyikapi masalah. Tidak mau merasa salah dan malah menyalahkan. Itu egois.., kehilangan cinta sudah menyakitkan.. jangan ditambah lagi dengan kelicikan dan kepicikan.
Itulah mereka manusia yang tidak bijak dan kejam, manusia yang bijak seharusnya melihat permasalahan dengan adil dan bijaksana, dan ketika dia tahu dia melakuakan kesalahan, seyogyanya dia dengan berani mengakui kesalahan dan meminta maaf dengan baik dan penuh penyesalan. Tak perlu kita penuhi dunia ini dengan kemunafikan dan kepicikan. Kemampuan mengakui kesalahan akan lebih mengantarkan kita kepada perdamaian dan perbaikan. Sebaliknya keegoisan akan memperpanjang masalah dan semakin menyakiti orang lain.
“Qulil haqqa walaukana murron” katakanlah walau itu pahit, itu kata Muhammad. kejujuran lebih baik daripada dusta walaupun menyakitkan” itu kata orang bijak “Kejujuran itu lebih baik walaupun pahit daripada menjaga perasaan” itu kata para pecinta.
Ahfa Rahman
20-08-2011
Mengakui kesalahan memang berat, karena tentu itu menggadaikan harga diri. Harga diri orang akan otomatis jatuh ketika diketahui dia melakakukan kesalahan. Kecenderungan manusia untuk menjaga harga diri inilah yang membuat para pelaku kesalahan lebih memilih untuk berkelit dan tidak mengakui kesalahan. Begitu juga tentang malu, manusia tentu selalu menghindari rasa malu yang akan mengurangi harga dirinya. Sehigga dia lebih memilih lari atau menghindar dari masalah. Saya kira pelaku kesalahan dia sadar akan kesalahannya, tapi ego dan rasa malunya berusaha menutupi fakta kesalahan itu. Semuanya saya kira kembali pada konsep “manusia cenderung ingin superior dan dianggap baik pada kehidupan sosial”
Banyak manusia tidak bijak menghadapi permasalahan, dia lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain yang selanjutnya digunakan untuk mempersalahkan, dia merasa tidak ingin disalahkan karena sebenarnya tidak mampu mengemban tanggung jawab atas keasalahannya. Hal seperti itu justru memperpanjang masalah, bukan menyelesaikannya, dan semakin menyakiti orang yang terdholimi. Saya kira begitu besar dosa orang yang berperilaku semecam itu.
Lihatlah para politisi kita, mereka pandai sekali berkelit dan berdusta, padahal fakta-fakta telah mengatakan lain. Mungkin karena mereka publik figur yang tidak ingin malu didepan khalayak. Lihatlah pemuda pemudi kita dalam cinta, ketika cinta berakhir, banyak yang tersakiti, itu karena ada yang egois dalam menyikapi masalah. Tidak mau merasa salah dan malah menyalahkan. Itu egois.., kehilangan cinta sudah menyakitkan.. jangan ditambah lagi dengan kelicikan dan kepicikan.
Itulah mereka manusia yang tidak bijak dan kejam, manusia yang bijak seharusnya melihat permasalahan dengan adil dan bijaksana, dan ketika dia tahu dia melakuakan kesalahan, seyogyanya dia dengan berani mengakui kesalahan dan meminta maaf dengan baik dan penuh penyesalan. Tak perlu kita penuhi dunia ini dengan kemunafikan dan kepicikan. Kemampuan mengakui kesalahan akan lebih mengantarkan kita kepada perdamaian dan perbaikan. Sebaliknya keegoisan akan memperpanjang masalah dan semakin menyakiti orang lain.
“Qulil haqqa walaukana murron” katakanlah walau itu pahit, itu kata Muhammad. kejujuran lebih baik daripada dusta walaupun menyakitkan” itu kata orang bijak “Kejujuran itu lebih baik walaupun pahit daripada menjaga perasaan” itu kata para pecinta.
Ahfa Rahman
20-08-2011