Di tengah-tengah suara bising pemain band dan nuansa remang-remang, ada dua orang menghampiriku, seorang adalah pelayan, dan seorang lagi .....
Dia menjulurkan tangannya kepadaku, memperkenalkan namanya.. namun aku tidak sempat dengar karena teriakan sexy vokalis band membuat tempat ini hiruk pikuk dengan suara nada. Dia terlihat amat santun dan sopan, parasnya cantik walaupun nuansa remang-remang agak menghambat penglihatanku, dia lembut, tidak beraura nakal seperti wanita peneman dimeja-meja bilyard kanan-kiriku, busananya indah bagiku, sangat sexy, sepatunya ber-hak tinggi, dua kaki indahnya terbalut stocking panjang berwarna hitam, roknya agak tinggi tetapi masih terlihat sopan, rambutnya lurus terurai, indah sekali..
Om, barangkali butuh teman bicara... atau teman main bilyard, “kata seorang pelayan” dia mengenalkan dan menawarkannya kepadaku.... , aku masih ragu ... nuansa-nuansa anti dunia hiburan kadang masih menggelayut dalam pikiranku. Lantunan musik juga membuatku kurang jelas mendengar tawaran sang pelayan. Semua kondisi ini membuatku menolaknya..., tapi ternyata hatiku sangat kontradiktif, ternyata sebagaian hatiku ingin bersamanya... karena sepertinya pertemuan kami sekilas menyisakan perasaan baru dan aneh yang tidak ingin segera pergi dari relung-relung jiwaku, seseorang yang aku kira berbeda dengan yang lainnya. Selanjutnya tak kusangka wanita itu mengganggu hatiku, dan ternyata aku jatuh cinta pada sosok itu, di sebuah tempat hiburan malam... tentunya dengan seorang wanita penghibur..., seorang wanita yang menjual kecantikan dan tubuh indahnya untuk menemani para penikmat dunia malam.
Akhir-akhir ini aku sering pergi ke dunia malam Jakarta, sebatas melepaskan penat atau membuang pikiran yang kacau. Aku agak melangkah keluar dari frame-frame yang selama ini aku anut. Aku agak bosan ber-agama ria dan bersufistik ria, karena aku tidak menemukan kesejatian dalam cara hidup yang aku anut ini. Keuletan beragama ria pernah kujalani hingga aku rasa sudah cukup sampai pada tataran yang lumayan tinggi, tetapi aku jatuh karena proses itu teramat berat, entah apakah aku memakai cara yang salah ataukah aku memiliki mental dan karakteristik genetikal yang kurang mendukung upaya ini.
Belakangan ini aku memang merasa kalau kecenderunganku agak bergeser, dulu aku tidak pernah bisa menaruh hatiku kepada wanita yang tidak berjilbab, hatiku hanya bisa terganggu oleh wanita yang religius dan lurus. Mungkin perubahan ini sedikit disebabkan oleh traumatis dan kekecewaaan kepada mereka. Sesuatu yang kualitasnya aku anggap seperti kemasannya, ternyata isi kemasan busana indah itu tidak sesejati kemasannya. Dua orang muslimah telah mencabik-cabik hatiku dengan rasa sakit yang tidak kalah dengan sayatan pedang malaikat maut, seorang lagi telah aku dapatkan hakekat negatifnya melalui wahyu-wahyu tuhan yang sering aku dapatkan melalui tidur-tidurku.
Lingkungan kita hidup kadang memang membentuk sebuah tipikal dan kriteria akan perempuan impian cinta kita. Aku hidup dilingkungan religius, orang tuakupun seorang religius tulen, banyak buku-buku tentang wanita sholeh menurut Islam yang aku baca. Sehingga semua itu menjadi esensi keinginan dan selanjutnya menjadi paradigma untuk menentukan tipikal perempuan dambaan hati. Aku sudah sering tenggelam dalam penafsiran materi-materi yang aku baca, dan aku sudah sering pula merasakan maha indahnya perempuan religius yang hanya tampak muka dan kedua telapak tangannya. Banyak dunia baru fiksi aku buat dalam benakku. Selanjutnya semua hal itu telah menjadi cita-cita bagiku, cita-cita berteman hidup dengan seorang muslimah sejati dan hidup beragama ria sebagai bumbu cinta kami. Tapi sepertinya hal itu semu, atau mungkin saja belum terjadi dalam riwayat hidupku, tapi pastinya aku agak lelah dan letih memikirkan itu semua.
Peristiwa malam itu sempat terbawa dalam mimpiku esoknya, ketika seharian aku tidur karena capek dengan aktifitas malam itu. Apa ini cinta..., ataukah hanya rasa kagum?, dan sebenarnya pertanyaan pertamapun harus diklasifikasikan lagi... it is true love or just passion?. I don’t know exatly....., tetapi memang ada getaran yang berarti pasca pertemuan singkat itu. Dan jika memang benar cinta berarti tidak salah perkataan sebagian orang bahwa memang benar ada cinta pada pandangan pertama.
Beberapa waktu yang lalupun, ketika aku makan malam di salah satu tempat fast food, hatiku juga sempat bergetar melihat Seorang PSG tempat makan itu. Seorang wanita mungil yang penuh senyum dan berbusana ala pelayan, ah... aku agak heran dengan semua ini, apakah benar telah terjadi degradasi yang berarti dalam hatiku, ataukah aku dibimbing untuk mementingkan substansi daripada kemasan, karena barangkali hakekat sejati bisa saja berada diantara dua kelompok perempuan itu..??. mungkin saja.... aku yakin penghuni surga kelak tidak hanya didominasi oleh perempuan berkerudung... tetapi juga wanita yang sering telanjang di dunia tetapi memiliki hakekat yang sejati. Begitu juga neraka, tidak hanya didominasi oleh pelacur dan wanita penghibur, tapi juga oleh wanita muslimah yang memiliki substansi yang mengecewakan.. Allahu A’lamu bisshowab...
Hari-hari telah berlalu...tetapi pengalaman di tempat bilyard malam itu masih mengiang-ngiang dalam benakku. Beberapa waktu yang lalu aku sempat pergi ketempat itu lagi, aku penasaran dan barangkali kami berkesempatan bertemu, walaupun wajahnya ketika itu tidak terlihat dengan jelas oleh mataku. Aku hanya bermodalkan gambaran wajahnya sekilas. Ternyata benar tidak ada kesempatan.... aku lihat wanita peneman di setiap sudut tidak ada yang seperti tergambar dalam benakku, ataukah aku sudah melihat tetapi aku tidak sadar bahwa perempuan itulah yang kumaksud, aku kadang berpikir, cinta apa ini.....? , first sight juga kurang tepat, karena aku tidak mengenal jelas wajahnya atau barangkali a love in a half of first sight .. ahaha....
Hey...... siapa namamu..? ketika itu aku tidak mendengar jelas ketika engkau memperkenalkan dirimu.
Adakah masa dimana kita dapat bersua.....?
Semoga saja, aku hanya ingin mengenalmu lebih lanjut...
Karena hati ini menyukaimu dan sering merenung akan kerinduannya...
Bagiku kau penentram hati ditengah-tengah kebisingan suara musik dan lalu-lalang bola-bola di meja bilyard.
Kau muncul-tiba-tiba di hadapanku dengan sejuta keanggunan, walaupun keanggunan selama ini aku hubungkan untuk pakaian wanita islami.
Kau mengguruiku tentang arti keanggunan yang lain, keanggunan baru yang keindahannya amat diterima oleh hatiku..
Kakimu sungguh indah, terbalut oleh kain tipis panjang.. , kalau boleh aku bermetafora.. kakimu bagaikan tiang-tiang lampu yang gemerlap menghiasa Jakarta malam,
Sepatu tinggi yang kau kenakan amat manambah cantiknya, serasa kecantikanmu tertopang kuat, sehingga ragamu terlihat lebih kokoh dan anggun.
Pakaianmu indah... seindah busana para bidadari surga yang hendak melayani para suami-suaminya..., pakaianmu amat serasi dengan ragamu. Sehingga aku melihat holistika yang amat sempurna.
Ujung gaun bawah yang kau gunakan berada tidak jauh dari pangkal atas kakimu, ujung gaun bagian tangan juga berada jauh dari pergelangan tangan, kalau tidak salah gaunmu berwarna coklat muda, gaun yang amat indah dimataku, gaun itu mengingatkanku kepada gaun-gaun yang sering dikenakan oleh perempuan penghibur di bar-bar ternama di kota-kota besar Dunia.
Lekuk setiap sudut tubuhmu amat terlihat jelas, gaun yang kau gunakan tidak mampu menyembunyikannya, aku yakin tubuh-tubuh wanita surga tidak jauh sepertimu, keindahan dan seni tubuh yang akan menenggelamkan kesadaran para penikmat dunia malam dan membuatnya hanyut dalam sejuta gairah dan hasrat.
Jika Umruul Qais “sastrawan arab klasik” pernah menggambarkan dada kekasih pujaannya seperti kaca yang amat bening, maka aku gambarkan pinggulmu seperti indahnya jambu air merah muda yang ranum, buah ranum yang diguyur hujan lebat, sehingga tampak tetesan-tetesan indah disetiap bidangnya.
Raut wajahmu lembut.. tetapi bersinar terang bak gemerlap lampu menghiasi malam Jakarta, Kulit wajahmu putih dan halus, sehalus botol minuman disetiap pojok bar, senyummu ceria bagaikan senyum para pelayan tamu dikawasan Vegas, pipimu indah halus menonjol, sehalus jalan besar yang menghubungkan kawasan Kemang menuju Gatsoe, matamu bulat tapi cukup sendu jika aku menatapnya, sepertinya matamu lebih bulat dan bersinar daripada bola-bola yang berserakan di atas meja bilyard, Rambutmu hitam lurus terurai bebas, dan jika tertiup angin aku membayangkan rambutmu akan berloncat-loncat liar dan bebas, bagaikan sorak-sorak ceria para penikmat malam di tempat-tempat clubing dan karaoke ibukota.
I wanna to say.... I Like u’r world, And I Like u so much... , God bless us and may he meet us some day later... I Just wanna know more about u, and I wanna tell some thing..what’s going on my hearth lately.., after that.. every thing will depand on u.......
Ahfa Rahman
21-05-2009
Dia menjulurkan tangannya kepadaku, memperkenalkan namanya.. namun aku tidak sempat dengar karena teriakan sexy vokalis band membuat tempat ini hiruk pikuk dengan suara nada. Dia terlihat amat santun dan sopan, parasnya cantik walaupun nuansa remang-remang agak menghambat penglihatanku, dia lembut, tidak beraura nakal seperti wanita peneman dimeja-meja bilyard kanan-kiriku, busananya indah bagiku, sangat sexy, sepatunya ber-hak tinggi, dua kaki indahnya terbalut stocking panjang berwarna hitam, roknya agak tinggi tetapi masih terlihat sopan, rambutnya lurus terurai, indah sekali..
Om, barangkali butuh teman bicara... atau teman main bilyard, “kata seorang pelayan” dia mengenalkan dan menawarkannya kepadaku.... , aku masih ragu ... nuansa-nuansa anti dunia hiburan kadang masih menggelayut dalam pikiranku. Lantunan musik juga membuatku kurang jelas mendengar tawaran sang pelayan. Semua kondisi ini membuatku menolaknya..., tapi ternyata hatiku sangat kontradiktif, ternyata sebagaian hatiku ingin bersamanya... karena sepertinya pertemuan kami sekilas menyisakan perasaan baru dan aneh yang tidak ingin segera pergi dari relung-relung jiwaku, seseorang yang aku kira berbeda dengan yang lainnya. Selanjutnya tak kusangka wanita itu mengganggu hatiku, dan ternyata aku jatuh cinta pada sosok itu, di sebuah tempat hiburan malam... tentunya dengan seorang wanita penghibur..., seorang wanita yang menjual kecantikan dan tubuh indahnya untuk menemani para penikmat dunia malam.
Akhir-akhir ini aku sering pergi ke dunia malam Jakarta, sebatas melepaskan penat atau membuang pikiran yang kacau. Aku agak melangkah keluar dari frame-frame yang selama ini aku anut. Aku agak bosan ber-agama ria dan bersufistik ria, karena aku tidak menemukan kesejatian dalam cara hidup yang aku anut ini. Keuletan beragama ria pernah kujalani hingga aku rasa sudah cukup sampai pada tataran yang lumayan tinggi, tetapi aku jatuh karena proses itu teramat berat, entah apakah aku memakai cara yang salah ataukah aku memiliki mental dan karakteristik genetikal yang kurang mendukung upaya ini.
Belakangan ini aku memang merasa kalau kecenderunganku agak bergeser, dulu aku tidak pernah bisa menaruh hatiku kepada wanita yang tidak berjilbab, hatiku hanya bisa terganggu oleh wanita yang religius dan lurus. Mungkin perubahan ini sedikit disebabkan oleh traumatis dan kekecewaaan kepada mereka. Sesuatu yang kualitasnya aku anggap seperti kemasannya, ternyata isi kemasan busana indah itu tidak sesejati kemasannya. Dua orang muslimah telah mencabik-cabik hatiku dengan rasa sakit yang tidak kalah dengan sayatan pedang malaikat maut, seorang lagi telah aku dapatkan hakekat negatifnya melalui wahyu-wahyu tuhan yang sering aku dapatkan melalui tidur-tidurku.
Lingkungan kita hidup kadang memang membentuk sebuah tipikal dan kriteria akan perempuan impian cinta kita. Aku hidup dilingkungan religius, orang tuakupun seorang religius tulen, banyak buku-buku tentang wanita sholeh menurut Islam yang aku baca. Sehingga semua itu menjadi esensi keinginan dan selanjutnya menjadi paradigma untuk menentukan tipikal perempuan dambaan hati. Aku sudah sering tenggelam dalam penafsiran materi-materi yang aku baca, dan aku sudah sering pula merasakan maha indahnya perempuan religius yang hanya tampak muka dan kedua telapak tangannya. Banyak dunia baru fiksi aku buat dalam benakku. Selanjutnya semua hal itu telah menjadi cita-cita bagiku, cita-cita berteman hidup dengan seorang muslimah sejati dan hidup beragama ria sebagai bumbu cinta kami. Tapi sepertinya hal itu semu, atau mungkin saja belum terjadi dalam riwayat hidupku, tapi pastinya aku agak lelah dan letih memikirkan itu semua.
Peristiwa malam itu sempat terbawa dalam mimpiku esoknya, ketika seharian aku tidur karena capek dengan aktifitas malam itu. Apa ini cinta..., ataukah hanya rasa kagum?, dan sebenarnya pertanyaan pertamapun harus diklasifikasikan lagi... it is true love or just passion?. I don’t know exatly....., tetapi memang ada getaran yang berarti pasca pertemuan singkat itu. Dan jika memang benar cinta berarti tidak salah perkataan sebagian orang bahwa memang benar ada cinta pada pandangan pertama.
Beberapa waktu yang lalupun, ketika aku makan malam di salah satu tempat fast food, hatiku juga sempat bergetar melihat Seorang PSG tempat makan itu. Seorang wanita mungil yang penuh senyum dan berbusana ala pelayan, ah... aku agak heran dengan semua ini, apakah benar telah terjadi degradasi yang berarti dalam hatiku, ataukah aku dibimbing untuk mementingkan substansi daripada kemasan, karena barangkali hakekat sejati bisa saja berada diantara dua kelompok perempuan itu..??. mungkin saja.... aku yakin penghuni surga kelak tidak hanya didominasi oleh perempuan berkerudung... tetapi juga wanita yang sering telanjang di dunia tetapi memiliki hakekat yang sejati. Begitu juga neraka, tidak hanya didominasi oleh pelacur dan wanita penghibur, tapi juga oleh wanita muslimah yang memiliki substansi yang mengecewakan.. Allahu A’lamu bisshowab...
Hari-hari telah berlalu...tetapi pengalaman di tempat bilyard malam itu masih mengiang-ngiang dalam benakku. Beberapa waktu yang lalu aku sempat pergi ketempat itu lagi, aku penasaran dan barangkali kami berkesempatan bertemu, walaupun wajahnya ketika itu tidak terlihat dengan jelas oleh mataku. Aku hanya bermodalkan gambaran wajahnya sekilas. Ternyata benar tidak ada kesempatan.... aku lihat wanita peneman di setiap sudut tidak ada yang seperti tergambar dalam benakku, ataukah aku sudah melihat tetapi aku tidak sadar bahwa perempuan itulah yang kumaksud, aku kadang berpikir, cinta apa ini.....? , first sight juga kurang tepat, karena aku tidak mengenal jelas wajahnya atau barangkali a love in a half of first sight .. ahaha....
Hey...... siapa namamu..? ketika itu aku tidak mendengar jelas ketika engkau memperkenalkan dirimu.
Adakah masa dimana kita dapat bersua.....?
Semoga saja, aku hanya ingin mengenalmu lebih lanjut...
Karena hati ini menyukaimu dan sering merenung akan kerinduannya...
Bagiku kau penentram hati ditengah-tengah kebisingan suara musik dan lalu-lalang bola-bola di meja bilyard.
Kau muncul-tiba-tiba di hadapanku dengan sejuta keanggunan, walaupun keanggunan selama ini aku hubungkan untuk pakaian wanita islami.
Kau mengguruiku tentang arti keanggunan yang lain, keanggunan baru yang keindahannya amat diterima oleh hatiku..
Kakimu sungguh indah, terbalut oleh kain tipis panjang.. , kalau boleh aku bermetafora.. kakimu bagaikan tiang-tiang lampu yang gemerlap menghiasa Jakarta malam,
Sepatu tinggi yang kau kenakan amat manambah cantiknya, serasa kecantikanmu tertopang kuat, sehingga ragamu terlihat lebih kokoh dan anggun.
Pakaianmu indah... seindah busana para bidadari surga yang hendak melayani para suami-suaminya..., pakaianmu amat serasi dengan ragamu. Sehingga aku melihat holistika yang amat sempurna.
Ujung gaun bawah yang kau gunakan berada tidak jauh dari pangkal atas kakimu, ujung gaun bagian tangan juga berada jauh dari pergelangan tangan, kalau tidak salah gaunmu berwarna coklat muda, gaun yang amat indah dimataku, gaun itu mengingatkanku kepada gaun-gaun yang sering dikenakan oleh perempuan penghibur di bar-bar ternama di kota-kota besar Dunia.
Lekuk setiap sudut tubuhmu amat terlihat jelas, gaun yang kau gunakan tidak mampu menyembunyikannya, aku yakin tubuh-tubuh wanita surga tidak jauh sepertimu, keindahan dan seni tubuh yang akan menenggelamkan kesadaran para penikmat dunia malam dan membuatnya hanyut dalam sejuta gairah dan hasrat.
Jika Umruul Qais “sastrawan arab klasik” pernah menggambarkan dada kekasih pujaannya seperti kaca yang amat bening, maka aku gambarkan pinggulmu seperti indahnya jambu air merah muda yang ranum, buah ranum yang diguyur hujan lebat, sehingga tampak tetesan-tetesan indah disetiap bidangnya.
Raut wajahmu lembut.. tetapi bersinar terang bak gemerlap lampu menghiasi malam Jakarta, Kulit wajahmu putih dan halus, sehalus botol minuman disetiap pojok bar, senyummu ceria bagaikan senyum para pelayan tamu dikawasan Vegas, pipimu indah halus menonjol, sehalus jalan besar yang menghubungkan kawasan Kemang menuju Gatsoe, matamu bulat tapi cukup sendu jika aku menatapnya, sepertinya matamu lebih bulat dan bersinar daripada bola-bola yang berserakan di atas meja bilyard, Rambutmu hitam lurus terurai bebas, dan jika tertiup angin aku membayangkan rambutmu akan berloncat-loncat liar dan bebas, bagaikan sorak-sorak ceria para penikmat malam di tempat-tempat clubing dan karaoke ibukota.
I wanna to say.... I Like u’r world, And I Like u so much... , God bless us and may he meet us some day later... I Just wanna know more about u, and I wanna tell some thing..what’s going on my hearth lately.., after that.. every thing will depand on u.......
Ahfa Rahman
21-05-2009