Kemanusiawian
“Reruntuhan sejuta keanggunan…”
Kau berwarna hijau…., diantara reruntuhan keanggunan yang berwarna warni, kau tidak bertempat di ruang sentral atau lokasi strategis, tapi di sebuah lorong ujung. Dalam perjalanan manusiawiku sebelum menuju singgasanamu, aku sudah banyak menelan keindahan reruntuhan-reruntuhan itu, tapi perjalanan kenikmatan ini berakhir di sebuah lorong ujung, dimana kau berdiri didepan singgasana yang tidak terlalu megah dan komersil, tapi keindahanmulah yang mengakhiri perjalana liar manusiawiku. Kau salah satu bongkahan indah diantara bongkahan-bongkahan yang berpacu padu menstimulasi sejuta kemanusiawian
Indah sekali…, naluri seni dan manusiawiku memberimu nilai A+ hari ini. Kau adalah raga terindah diantara reruntuhan-reruntuhan raga indah yang berserakan. Nyaris amat sempurna……, ukiran raga murnimu terlihat jelas dan tak kurang sedikitpun.. hanya warnanya saja tidak aku dapatkan semuanya, karena warna kulitmu bagian sentral telah kau kemas dengan kain menggairahkan berwarna hijau. Hijau yang amat gemerlap…, hijau yang memberiku nikotin dan candu yang memaksaku sejenak mengkaji dan menghayati maha indahnya sepotong raga melalui teori kemanusiawian
Aku terbang dalam hasrat manusiawiku, menghirup aura keindahanmu melalui media manusiawiku, terbang tinggi menuju ruang tak bernama, ruang abstrak, sebuah dimensi diantara kesadaran dan ketidaksadaran. dimensi yang mengilusikan kemanusiawianku telah bertemu pujaannya.
Manusiawiku amat mengerang mengagumimu. Serasa hari ini berbeda sekali dengan hari-hari nerakaku yang lainnya. Kau terlalu indah untuk dilupakan dan terlalu mubadzir untuk dibuang dari dimensiku. Kau membuat jiwaku mengerang kesakitan berkepanjangan sepanjang hari ini..
Kau ukiran tuhan paling sempurna diantara ukiran-ukiran ditaman patung bernyawa. Kau berhasil menyelimuti ragamu dengan asesoris-asesoris indah. Serasa ragamu menyerupai botol mix max rasa cocktail, Belum lagi karaktermu sebagai patung bernyawa amat serasi menurut subjektifitas penilaianku. Sungguh sebuah integritas, integritas keindahan yang dilihat dari sudut pandang kemanusiawian.
Terlalau tabu jika menggambarkan bentuk ukiranmu wahai ratu …, bahkan aku sudah menganggap diriku agak gila dengan imajinasi aneh ini. Tapi yang pasti kemanusiawianku terus bergetar… dan tampaknya tuhan kali ini amat sempurna mengukir setiap detil bagian dari patung bernyawanya.
Kau bukan rasku… kau kaum bangsa china, aku tidak mengenalmu, apalagi mengetahui namamu….tapi kemanusiawian ini tampaknya telah menjelma menjadi sebuah rasa sayang, ya.. aku menyayangimu melalui media kemanusiawian.
Terima kasih hari ini…. , mampirlah jika kau berkenan ke dimensiku malam ini…, manusiawiku masih merindumu dan ingin mendapat penawar dari kegalauannya hari ini. Biarkan dia lancang menikmatimu…. Karena hanya pada sebuah dimensi…, dimensi kemanusiawian…..
Ahfa Rahman
15, 2009
“Reruntuhan sejuta keanggunan…”
Kau berwarna hijau…., diantara reruntuhan keanggunan yang berwarna warni, kau tidak bertempat di ruang sentral atau lokasi strategis, tapi di sebuah lorong ujung. Dalam perjalanan manusiawiku sebelum menuju singgasanamu, aku sudah banyak menelan keindahan reruntuhan-reruntuhan itu, tapi perjalanan kenikmatan ini berakhir di sebuah lorong ujung, dimana kau berdiri didepan singgasana yang tidak terlalu megah dan komersil, tapi keindahanmulah yang mengakhiri perjalana liar manusiawiku. Kau salah satu bongkahan indah diantara bongkahan-bongkahan yang berpacu padu menstimulasi sejuta kemanusiawian
Indah sekali…, naluri seni dan manusiawiku memberimu nilai A+ hari ini. Kau adalah raga terindah diantara reruntuhan-reruntuhan raga indah yang berserakan. Nyaris amat sempurna……, ukiran raga murnimu terlihat jelas dan tak kurang sedikitpun.. hanya warnanya saja tidak aku dapatkan semuanya, karena warna kulitmu bagian sentral telah kau kemas dengan kain menggairahkan berwarna hijau. Hijau yang amat gemerlap…, hijau yang memberiku nikotin dan candu yang memaksaku sejenak mengkaji dan menghayati maha indahnya sepotong raga melalui teori kemanusiawian
Aku terbang dalam hasrat manusiawiku, menghirup aura keindahanmu melalui media manusiawiku, terbang tinggi menuju ruang tak bernama, ruang abstrak, sebuah dimensi diantara kesadaran dan ketidaksadaran. dimensi yang mengilusikan kemanusiawianku telah bertemu pujaannya.
Manusiawiku amat mengerang mengagumimu. Serasa hari ini berbeda sekali dengan hari-hari nerakaku yang lainnya. Kau terlalu indah untuk dilupakan dan terlalu mubadzir untuk dibuang dari dimensiku. Kau membuat jiwaku mengerang kesakitan berkepanjangan sepanjang hari ini..
Kau ukiran tuhan paling sempurna diantara ukiran-ukiran ditaman patung bernyawa. Kau berhasil menyelimuti ragamu dengan asesoris-asesoris indah. Serasa ragamu menyerupai botol mix max rasa cocktail, Belum lagi karaktermu sebagai patung bernyawa amat serasi menurut subjektifitas penilaianku. Sungguh sebuah integritas, integritas keindahan yang dilihat dari sudut pandang kemanusiawian.
Terlalau tabu jika menggambarkan bentuk ukiranmu wahai ratu …, bahkan aku sudah menganggap diriku agak gila dengan imajinasi aneh ini. Tapi yang pasti kemanusiawianku terus bergetar… dan tampaknya tuhan kali ini amat sempurna mengukir setiap detil bagian dari patung bernyawanya.
Kau bukan rasku… kau kaum bangsa china, aku tidak mengenalmu, apalagi mengetahui namamu….tapi kemanusiawian ini tampaknya telah menjelma menjadi sebuah rasa sayang, ya.. aku menyayangimu melalui media kemanusiawian.
Terima kasih hari ini…. , mampirlah jika kau berkenan ke dimensiku malam ini…, manusiawiku masih merindumu dan ingin mendapat penawar dari kegalauannya hari ini. Biarkan dia lancang menikmatimu…. Karena hanya pada sebuah dimensi…, dimensi kemanusiawian…..
Ahfa Rahman
15, 2009