Aku berijtihad bahwa narkoba sudah tidak lagi menjadi barang haram untukku, aku telah berada pada tingkatan dan titik stress dan depresi terparah dalam histori kehidupanku. Semuanya rumit seperti benang kusut, semua adegan masalah berkesinambungan saling mendukung membentuk tragedi maha memilukan. Tragedi yang dahsyat, tragedi maha menyiksa, dan mencabik-cabik harga diri. Satu adegan ku ingat aku menjerit dan tersiksa, harus dinetralkan dengan benturan benturan keras, aku hanya termangu meratapi fakta hidupku yang sangat mencabik dan menyayat, mengandai-andai sesuatu. Aku melewati hidup dengan mengisolasi diri di kamarku, seolah dunia luar jika aku melihatnya mereka mencambuk dan menyakitiku, dunia luar penuh kenangan dan memori tentang suatu perjalanan yang tak selesai, suatu hal yang kusesali dan kubenci sehingga segala memorinya juga kubenci.
Aku susah sekali tidur, jika tidurpun hanya fisikku saja yang terpejam, pikiranku seperti tidak tidur, dan ketika bangun aku merasa melakukan sebuah tidur, lemas, sakit, dan amat menyiksa, itu hari hariku. Aku tidak lagi mampu 100 % melihat dunia dan menjalaninya, aku hanya hidup dan sadar 30 % saja, selebihnya disantap oleh kesakitanku, keletihan pikiranku yang tak pernah istirahat, urat-uratku yang rutin menegang, dan kejiwaan dan kenormalanku yang goncang.
Aku tidak yakin bisa menjalani lagi hari-hariku kedepan, Aku sudah tidak mugkin mampu berusaha lagi, usaha-usahaku selalu kandas diterjang angin, sudah sering aku jatuh dan bangkit, namun selalu dijatuhkan kembali ketika sudah bangkit, dan aku yakin akan terus menerus seperti itu. Aku tidak mampu lagi berdinamika, kegamanagan, kegelisahan dan kerancuan batinku sudah tiada penawar guna menenangkan dan menstabilkan jiwaku,
Agama sebagai sandaran terakhir sudah tidak lagi efektif, justru agama salah satu penyebab masalah dan kegoncanganku, mereka berfatwa “sholat adalah penenang jiwa” tapi justru sholat menambah masalahku, membebaniku keletihan, dan merusak kewajaran kejiwaanku, mereka beranggapan masalahku bermula dari “sholat”, tapi sebenarnya kerancuan kejiwaanku yang menjejalkan masalah-masalah dan merusak dinamika kemanusiaanku, termasuk “tentang agama“
Dalam ruang tertutupku aku seperti orang gila, atau mungkin aku memang sudah gila, semua menyiksa dan menggoncangkan pikiranku. Aku adalah orang gila yang masih sadar, sehingga rasa sakit-sakit harus kurasakan, lebih nikmat menjadi gila sekalian, karena disitu tiada lagi penderitaan..,
Aku amat butuh penenang, aku butuh obat yang mengantarku tidur nyenyak, aku memimpikan ada ladang ganja disamping kamarku, kupetik daun-daun terbaiknya lalu kujemur dibawah matahari, ketika kering kurajut kertas dan kubuat rokok, kujadikan daun itu sebagai tembakau, lalu kunyalakan salah satu ujungnya dengan api, kuhisap dari ujung satunya, lalu kumenanti sebuah transformasi, perpindahan darimana aku berpijak menuju realitas baru, dunia tenang, nyaman dan jernih, bumi yang menentramkan, bumi yang menyenangkan, bumi yang menenangkan….
Ahfa Rahman
27 Jan 2013