Rumah Karya

  • Beranda
  • Puisi
  • Prosa
    • Tentang Uswah
    • Tentang Aku dan Jean
    • Tentang Perempuan
    • Prosa Teologis
    • Prosa Erotis
    • Untuk Cinta
    • Refleksi
  • Renungan
  • Esai
  • Resensi Film
  • Fotografi
  • Desain Grafis
  • Penulis
    • Galeri

Obat Penenang

4/26/2014

0 Comments

 
Lagi-lagi artis mengkonsumsi narkoba…, Aku jadi berpikir, apakah jiwa mereka sudah begitu remuk dan pesakitan sehingga mereka butuh obat penenang, obat yang membuat mereka melayang dan melupakan masalah. Finansial sudah bukan masalah lagi bagi mereka, kasih sayang dan cinta bisa mereka dapatkan dimana saja, apakah mereka lelah bekerja, sehingga menjadikan ini pelariannya..? Memang kita tidak mungkin mengetahui masalah orang, setiap manusia dalam dimensi, tingkat, dan berbagai macam derajatanya memiliki masalahnya sendiri, tapi apakah sekelas mereka harus juga mengkonsumsi barang ciptaan tuhan yang manfaat haqiqinya adalah penenang jiwa bagi mereka yang sakit dengan pantauan dan legitimasi para dokter. Kalaupun mereka punya masalah, masalahnya menurutku rendah, banyak orang biasa disana terpikul beban finansial, kesepian, hampa tanpa cinta, stigma negatif masyarakat, hubungan tidak harmonis dengan keluarga. Mereka tidak memiliki masalah prinsipil ini, atau kenapa mereka tidak mengimbangi keduniawian mereka dengan hubungan transendental (Agama), sehingga ketenangan mereka terjamin oleh tuhan.

Aku berijtihad bahwa narkoba sudah tidak lagi menjadi barang haram untukku, aku telah berada pada tingkatan dan titik stress dan depresi terparah dalam histori kehidupanku. Semuanya rumit seperti benang kusut, semua adegan masalah berkesinambungan saling mendukung membentuk tragedi maha memilukan. Tragedi yang dahsyat, tragedi maha menyiksa, dan mencabik-cabik harga diri. Satu adegan ku ingat aku menjerit dan tersiksa, harus dinetralkan dengan benturan benturan keras, aku hanya termangu meratapi fakta hidupku yang sangat mencabik dan menyayat, mengandai-andai sesuatu. Aku melewati hidup dengan mengisolasi diri di kamarku, seolah dunia luar jika aku melihatnya mereka mencambuk dan menyakitiku, dunia luar penuh kenangan dan memori tentang suatu perjalanan yang tak selesai, suatu hal yang kusesali dan kubenci sehingga segala memorinya juga kubenci.

Aku susah sekali tidur, jika tidurpun hanya fisikku saja yang terpejam, pikiranku seperti tidak tidur, dan ketika bangun aku merasa melakukan sebuah tidur, lemas, sakit, dan amat menyiksa, itu hari hariku. Aku tidak lagi mampu 100 % melihat dunia dan menjalaninya, aku hanya hidup dan sadar 30 % saja, selebihnya disantap oleh kesakitanku, keletihan pikiranku yang tak pernah istirahat, urat-uratku yang rutin menegang, dan kejiwaan dan kenormalanku yang goncang.

Aku tidak yakin bisa menjalani lagi hari-hariku kedepan, Aku sudah tidak mugkin mampu berusaha lagi, usaha-usahaku selalu kandas diterjang angin, sudah sering aku jatuh dan bangkit, namun selalu dijatuhkan kembali ketika sudah bangkit, dan aku yakin akan terus menerus seperti itu. Aku tidak mampu lagi berdinamika, kegamanagan, kegelisahan dan kerancuan batinku sudah tiada penawar guna menenangkan dan menstabilkan jiwaku,

Agama sebagai sandaran terakhir sudah tidak lagi efektif, justru agama salah satu penyebab masalah dan kegoncanganku, mereka berfatwa “sholat adalah penenang jiwa” tapi justru sholat menambah masalahku, membebaniku keletihan, dan merusak kewajaran kejiwaanku, mereka beranggapan masalahku bermula dari “sholat”, tapi sebenarnya kerancuan kejiwaanku yang menjejalkan masalah-masalah dan merusak dinamika kemanusiaanku, termasuk “tentang agama“

Dalam ruang tertutupku aku seperti orang gila, atau mungkin aku memang sudah gila, semua menyiksa dan menggoncangkan pikiranku. Aku adalah orang gila yang masih sadar, sehingga rasa sakit-sakit harus kurasakan, lebih nikmat menjadi gila sekalian, karena disitu tiada lagi penderitaan..,

Aku amat butuh penenang, aku butuh obat yang mengantarku tidur nyenyak, aku memimpikan ada ladang ganja disamping kamarku, kupetik daun-daun terbaiknya lalu kujemur dibawah matahari, ketika kering kurajut kertas dan kubuat rokok, kujadikan daun itu sebagai tembakau, lalu kunyalakan salah satu ujungnya dengan api, kuhisap dari ujung satunya, lalu kumenanti sebuah transformasi, perpindahan darimana aku berpijak menuju realitas baru, dunia tenang, nyaman dan jernih, bumi yang menentramkan, bumi yang menyenangkan, bumi yang menenangkan….          
 
Ahfa Rahman
27 Jan 2013


 

0 Comments



Leave a Reply.

    Author

    Ahfa Rahman

    Archives

    June 2014
    April 2014

    Refleksi

    All
    > Ada Yang Tidak..
    > Aku Adalah Jalan
    > Aku Bersama..
    > Aku Dalam Ibarat
    > Aku Ingin Ruang Hampa
    > Aku Pasrah Kepadamu
    > Ambivalensi
    > Dilema
    > Dimana Titik Kebenaran..
    > Dunia
    > Hanya Tinggal Separuh
    > Harapan
    > Impian Untuk Tidur
    > Kebimbangan
    > Lapar
    > Masalah Yang Menyeret..
    > Mereka Cepat..
    > Obat Penenang
    > Pelacurpun...
    > Rumahku Nerakaku
    > Sendiri
    > Seperti Tinja
    > Statemen Pemberontakan
    > Tentang Sebuah Akad..
    > Tentang Seorang..
    > Tersesat
    > The Dreamland
    > They Are Too Strong

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.