In to The Wild
Pengaruh pemikiran Thoreau
Melihat Into the Wild sebenarnya kita melihat bentuk doktrinisasi dari pemikiran thoreau, dan itu tidaklah salah, apalagi yang kita harapkan dari peradaban sosial yang jauh dari nilai-nilai kebenaran?. Film Into the Wild diangkat dari kisah nyata, seorang pemuda bernama Christopher Johnson McCandles yang mengembara meninggalkan keluarga dan peradaban sosial untuk menemukan kebenaran dan ketentraman sejati. Dia pergi menjelajahi belantara benua Amerika dan singgah di pelbagai tempat seperti, Arizona, Northern California, South Dacota, bahkan dia sempat berpetualang di Cortez Sea, lalu melalui aliran sungai dia menuju Meksiko. Perjalannanya berakhir di Alaska dimana dia meninggalkan kehidupan sosial dan kembali kepada alam.
Hal ini berangkat dari goncangan dan pergolakan pemikirannya tentang kehidupan, kebenaran dan nilai kebahagiaan yang sesungguhnya. Diceritakan bahwa Chris hidup dibawah orang tua kaku, otoriter, terlalu berorientasi kepada kekayaan, dan sewenang-wenang. Tidak jarang dia melihat konflik pertengkaran antar ayah dan ibunya. Salah satu kasus yang membuat dia terpukul adalah saat dia mengetahui bahwa ayahnya sudah pernah menikah dan memiliki anak (istri sah), sehingga dia menganggap dirinya anak haram, kehilangan identitas, dan merasa apa yang dialami semasa hidupnya adalah kepalsuan. Dari semua hal itu dia melihat kehidupan keluarganya penuh dengan kebohongan, kemunafikan, kepalsuan, penderitaan dan ketertekanan batin. Jauh dari fungsi dan tujuan seharusnya yaitu sumber kebahagiaan dan kenyamanan.
Chris adalah pemuda yang cerdas, terlihat dari nilai kuliahnya amatlah istimewa, namun begitu sejatinya dia tidak menikmati kehidupan kuliahnya. Fenomena-fenomena keluarganya tidak bisa membuatnya meneguk kebahagiaan yang ada depannya. Imajinasi dan pikirannya terlihat mencari-cari kebahagiaan dan kebenaran yang sejati. Dalam perjalanan perenungannya dia banyak ditemani buku-buku karya Thoreau, Tolstoy, dan Jack Landon, kita tahu mereka adalah pemikir/ filusuf tentang moral, bahkan Thoreu dalam pemikirannya mengajak kita untuk kembali kepada konsep alam dalam memaknai hidup. "Walden or Life in the Woods” (karya Thoreau).
Setelah diwisuda dia mulai menjalankan niatnya untuk mengembara. Dia ingin hidup ditengah alam meninggalkan produk-produk sosial seperti politik, korupsi, kebohongan publik, gesekan sosial yang dirasakannya memuakkan. Dia ingin berbaur dengan alam tanpa membutuhkan pernak-pernik peradaban seperti uang dll. Dia mendonaturkan semua tabungannya kepada institusi sosial, membakar uang cash dan membuang identitas-identitasnya lalu dengan membawa peralatan sekedarnya dia menaiki mobil dan meninggalkannya di gurun Arizona. Dari situlah dia mulai berjalan kaki dan mengembara. Banyak hal dan pengalaman yang dia dapati dalam pengembaraan itu. Dia bertemu banyak orang yang memberikannya renungan-renungan baru, teman bertukar pikiran; tentang hidup, tentang survival, tentang berburu. Tidak jarang bahkan dia harus hidup bergelandangan dan kelaparan. Dia membuat nama baru baginya “Alex Supertramp” (Alek sang pengembara) berjalan menyusuri alam ditemani buku-buku tentang alam dan tanaman serta buku-buku pemikiran-pemikiran filusuf pujaannya.
Perjalanannya berakhir di Alaska, dia hidup ditengah alam liar. Ada mobil bekas yang tidak ada keterangan bagaimana bisa terdapat disitu dijadikannya sebagai tempat tinggal. Jika lapar dia berburu hewan dan mencari tanaman yang aman dikonsumsi. Dia telah berbaur dengan alam yang menenangkan, hidup dengan rutinitas bak manusia primitif, hidup sangat natural tanpa dikelilingi lagi hiruk-pikuk kehidupan sosial dan berjibaku dengan pernak-pernik peradaban modern yang justru kontradiktif dengan kemerdekaan sejati manusia. Pada suatu ketika alam tidak bersahabat, hewan buruan lenyap dan Chris mengalami kelaparan yang luar biasa. Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1992 dia meninggal setelah kurang lebih 2 tahun mengembara. Jasadnya ditemukan oleh pemburu 2 minggu kemudian.
Keluarga memang merupakan pondasi kehidupan manusia terutama anak. Jika baik kualitas dan kehidupan keluarga maka mentalnya akan bisa terjamin. Melihat Chris kita bisa menyimpulkan bahwa dia adalah korban kerusakan rumah tangga. Latar belakang orang tua chris yang berpendidikan, kaya raya dan terpandang justru tidak membuatnya bahagia dan justru karakteristiknya yang angkuh, munafik, otoriter dan tempramen membuat Chris depresif dan jauh dari ketenangan batin yang diharapkan. Pada situasi itu kita bisa menyimpulkan orang tua menganggap anak hanya berupa fisik dan lupa bahwa dalam diri anak terdapat pula unsur kejiwaan yang patut diperlakukan dan disikapi dengan tepat. Kemunafikan ayahnya dengan tidak mengakui istri lainnya, pertengkaran orang tua, kekakuan dan kesewenangannya telah membentuk seorang Chris menjadi pemikir dan perenung yang berusaha mencari dan menelisik kedamaian yang diidamkannya. Apa yang terjadi pada Chris adalah gejolak dari intimidasi batin yang menggumpal sehingga pada akhirnya memiliki pendirian yang tidak biasa dan sulit diterima. Dan pada keadaan dan karena itulah dia menyukai buku-buku pemikiran Thoreau, Tolstoy, dan karena pengaruhnya, dia menyimpulkan bahwa peradaban sosial dan interaksi antar individu hanyalah bencana dan sumber keresahan. Kehidupan Sosial hanyalah mesin yang memproduksi keresahan, kejahatan, kemunafikan, sifat hipokrit, dan kebohongan publik. Begitu pula materi-materi dalam kehidupan itu sendiri berpotensi mengganggu ketenangan sejati manusia; “I don’t need money, Makes People cautious”. “Tramping is too easy with all this money you paid me, my days were more exciting when I was penniless” (Chris). Seorang yang tertindas atau korban memang cenderung berpikir dan meneliti segala aspek kenapa hal itu terjadi, karena pada dasaranya manusia adalah “homo sapiens” yang selalu berusaha mencari kebahagiaan untuk dirinya, dengan menghalalkan cara sekalipun.
“I am monacrh of all I survey, My right there is none to dispute.”
“I was seated by the shore of a small pond, about a mile and a half south of the village of Concord and somewhat higher than it, in midst of an extensive wood between that town and Lincoln, and about two milesand about two miles south of that our only field known to fame, Concord Battle Ground; but I was so low in the woods that the opposite shore, half a mile off, like the rest, covered with wood, was my most distant horizon”
"There are none happy in the world but beings who enjoy freely a vast horizon"- said Damodara, when his herds required new and larger pastures”
“Every morning was a cheerful invitation to make my life of equal simplicity, and I may say innocence, with Nature herself”.
I went to the woods because I wished to lived deliberately, to front only the essential facts of life, and see if I could not learn what it had to teach, and not, when I came to die, discover that I had not lived. I did not wish to live what was not life, living is so dear: nor did I wish to practise resignation, unless it was quite necessary
Beberapa ungkapan dalam WALDEN Chapter 2 “WHERE I LIVED, AND WHAT I LIVED FOR”
By Henry David Thoreau
Salah satu dari doktrin Thoreau adalah mengembalikan konsep kehidupan kepada konsep alam. Thoreu melihat kehidupan manusia sudah tidak lagi berpihak kepada kebenaran pasca revolusi industri eropa dimana penggiatan dalam industri dimulai. Revolusi itu tentu mengorbankan hak-hak dan kodrat sejati sebagian manusia seperti penambahan jam kerja, menjalarnya kapaitalisme, orientasi materi yang berlebih, kebijakan perbudakan yang meluas dipelopori oleh pemerintah, Serta kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang tidak berbasis keadilan dan menjadi sumber keresahan. Semua hal itu dianggap sudah jauh dari kodrat dan kesejatian manusia, sehingga diperlukan gerakan kembali kepada konsep alam. "There are none happy in the world but beings who enjoy freely a vast horizon"- said Damodara, when his herds required new and larger pastures”. Kata Thoreau mengutip Damodara (Khrisna "literature hindu")
Dari sinilah mungkin Chris terpengaruh, jika Thoreau antipati terhadap pemerintah dan sistem sosial yang diciptakannya, maka Chris mungkin antipati terhadap perlakuan dan watak orang tuanya yang sangat jauh dari nilai kebenaran dan kebahagiaan. Dan dia terinspirasi Thoreau bagaimana hidup yang nyaman adalah bersua kepada alam.
Dan jika melihat Tolstoy sebagai tokoh yang memelopori pasifisme di Rusia, “gerakan pertentangan dengan pasif” begitu pula thoreau dengan “civil disobedience”nya, Mungkin saja Chris dalam meninggalkan keluarga dan pengembaraannya adalah gerakan pasifismenya terhadap orang tuanya. Dia lebih mencari cara agar orang tuanya berpikir dan merenung tentang segala perbuatannya daripada berfrontal ria menentang.
Ahfa Rahman
04-06-2014
Pengaruh pemikiran Thoreau
Melihat Into the Wild sebenarnya kita melihat bentuk doktrinisasi dari pemikiran thoreau, dan itu tidaklah salah, apalagi yang kita harapkan dari peradaban sosial yang jauh dari nilai-nilai kebenaran?. Film Into the Wild diangkat dari kisah nyata, seorang pemuda bernama Christopher Johnson McCandles yang mengembara meninggalkan keluarga dan peradaban sosial untuk menemukan kebenaran dan ketentraman sejati. Dia pergi menjelajahi belantara benua Amerika dan singgah di pelbagai tempat seperti, Arizona, Northern California, South Dacota, bahkan dia sempat berpetualang di Cortez Sea, lalu melalui aliran sungai dia menuju Meksiko. Perjalannanya berakhir di Alaska dimana dia meninggalkan kehidupan sosial dan kembali kepada alam.
Hal ini berangkat dari goncangan dan pergolakan pemikirannya tentang kehidupan, kebenaran dan nilai kebahagiaan yang sesungguhnya. Diceritakan bahwa Chris hidup dibawah orang tua kaku, otoriter, terlalu berorientasi kepada kekayaan, dan sewenang-wenang. Tidak jarang dia melihat konflik pertengkaran antar ayah dan ibunya. Salah satu kasus yang membuat dia terpukul adalah saat dia mengetahui bahwa ayahnya sudah pernah menikah dan memiliki anak (istri sah), sehingga dia menganggap dirinya anak haram, kehilangan identitas, dan merasa apa yang dialami semasa hidupnya adalah kepalsuan. Dari semua hal itu dia melihat kehidupan keluarganya penuh dengan kebohongan, kemunafikan, kepalsuan, penderitaan dan ketertekanan batin. Jauh dari fungsi dan tujuan seharusnya yaitu sumber kebahagiaan dan kenyamanan.
Chris adalah pemuda yang cerdas, terlihat dari nilai kuliahnya amatlah istimewa, namun begitu sejatinya dia tidak menikmati kehidupan kuliahnya. Fenomena-fenomena keluarganya tidak bisa membuatnya meneguk kebahagiaan yang ada depannya. Imajinasi dan pikirannya terlihat mencari-cari kebahagiaan dan kebenaran yang sejati. Dalam perjalanan perenungannya dia banyak ditemani buku-buku karya Thoreau, Tolstoy, dan Jack Landon, kita tahu mereka adalah pemikir/ filusuf tentang moral, bahkan Thoreu dalam pemikirannya mengajak kita untuk kembali kepada konsep alam dalam memaknai hidup. "Walden or Life in the Woods” (karya Thoreau).
Setelah diwisuda dia mulai menjalankan niatnya untuk mengembara. Dia ingin hidup ditengah alam meninggalkan produk-produk sosial seperti politik, korupsi, kebohongan publik, gesekan sosial yang dirasakannya memuakkan. Dia ingin berbaur dengan alam tanpa membutuhkan pernak-pernik peradaban seperti uang dll. Dia mendonaturkan semua tabungannya kepada institusi sosial, membakar uang cash dan membuang identitas-identitasnya lalu dengan membawa peralatan sekedarnya dia menaiki mobil dan meninggalkannya di gurun Arizona. Dari situlah dia mulai berjalan kaki dan mengembara. Banyak hal dan pengalaman yang dia dapati dalam pengembaraan itu. Dia bertemu banyak orang yang memberikannya renungan-renungan baru, teman bertukar pikiran; tentang hidup, tentang survival, tentang berburu. Tidak jarang bahkan dia harus hidup bergelandangan dan kelaparan. Dia membuat nama baru baginya “Alex Supertramp” (Alek sang pengembara) berjalan menyusuri alam ditemani buku-buku tentang alam dan tanaman serta buku-buku pemikiran-pemikiran filusuf pujaannya.
Perjalanannya berakhir di Alaska, dia hidup ditengah alam liar. Ada mobil bekas yang tidak ada keterangan bagaimana bisa terdapat disitu dijadikannya sebagai tempat tinggal. Jika lapar dia berburu hewan dan mencari tanaman yang aman dikonsumsi. Dia telah berbaur dengan alam yang menenangkan, hidup dengan rutinitas bak manusia primitif, hidup sangat natural tanpa dikelilingi lagi hiruk-pikuk kehidupan sosial dan berjibaku dengan pernak-pernik peradaban modern yang justru kontradiktif dengan kemerdekaan sejati manusia. Pada suatu ketika alam tidak bersahabat, hewan buruan lenyap dan Chris mengalami kelaparan yang luar biasa. Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1992 dia meninggal setelah kurang lebih 2 tahun mengembara. Jasadnya ditemukan oleh pemburu 2 minggu kemudian.
Keluarga memang merupakan pondasi kehidupan manusia terutama anak. Jika baik kualitas dan kehidupan keluarga maka mentalnya akan bisa terjamin. Melihat Chris kita bisa menyimpulkan bahwa dia adalah korban kerusakan rumah tangga. Latar belakang orang tua chris yang berpendidikan, kaya raya dan terpandang justru tidak membuatnya bahagia dan justru karakteristiknya yang angkuh, munafik, otoriter dan tempramen membuat Chris depresif dan jauh dari ketenangan batin yang diharapkan. Pada situasi itu kita bisa menyimpulkan orang tua menganggap anak hanya berupa fisik dan lupa bahwa dalam diri anak terdapat pula unsur kejiwaan yang patut diperlakukan dan disikapi dengan tepat. Kemunafikan ayahnya dengan tidak mengakui istri lainnya, pertengkaran orang tua, kekakuan dan kesewenangannya telah membentuk seorang Chris menjadi pemikir dan perenung yang berusaha mencari dan menelisik kedamaian yang diidamkannya. Apa yang terjadi pada Chris adalah gejolak dari intimidasi batin yang menggumpal sehingga pada akhirnya memiliki pendirian yang tidak biasa dan sulit diterima. Dan pada keadaan dan karena itulah dia menyukai buku-buku pemikiran Thoreau, Tolstoy, dan karena pengaruhnya, dia menyimpulkan bahwa peradaban sosial dan interaksi antar individu hanyalah bencana dan sumber keresahan. Kehidupan Sosial hanyalah mesin yang memproduksi keresahan, kejahatan, kemunafikan, sifat hipokrit, dan kebohongan publik. Begitu pula materi-materi dalam kehidupan itu sendiri berpotensi mengganggu ketenangan sejati manusia; “I don’t need money, Makes People cautious”. “Tramping is too easy with all this money you paid me, my days were more exciting when I was penniless” (Chris). Seorang yang tertindas atau korban memang cenderung berpikir dan meneliti segala aspek kenapa hal itu terjadi, karena pada dasaranya manusia adalah “homo sapiens” yang selalu berusaha mencari kebahagiaan untuk dirinya, dengan menghalalkan cara sekalipun.
“I am monacrh of all I survey, My right there is none to dispute.”
“I was seated by the shore of a small pond, about a mile and a half south of the village of Concord and somewhat higher than it, in midst of an extensive wood between that town and Lincoln, and about two milesand about two miles south of that our only field known to fame, Concord Battle Ground; but I was so low in the woods that the opposite shore, half a mile off, like the rest, covered with wood, was my most distant horizon”
"There are none happy in the world but beings who enjoy freely a vast horizon"- said Damodara, when his herds required new and larger pastures”
“Every morning was a cheerful invitation to make my life of equal simplicity, and I may say innocence, with Nature herself”.
I went to the woods because I wished to lived deliberately, to front only the essential facts of life, and see if I could not learn what it had to teach, and not, when I came to die, discover that I had not lived. I did not wish to live what was not life, living is so dear: nor did I wish to practise resignation, unless it was quite necessary
Beberapa ungkapan dalam WALDEN Chapter 2 “WHERE I LIVED, AND WHAT I LIVED FOR”
By Henry David Thoreau
Salah satu dari doktrin Thoreau adalah mengembalikan konsep kehidupan kepada konsep alam. Thoreu melihat kehidupan manusia sudah tidak lagi berpihak kepada kebenaran pasca revolusi industri eropa dimana penggiatan dalam industri dimulai. Revolusi itu tentu mengorbankan hak-hak dan kodrat sejati sebagian manusia seperti penambahan jam kerja, menjalarnya kapaitalisme, orientasi materi yang berlebih, kebijakan perbudakan yang meluas dipelopori oleh pemerintah, Serta kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang tidak berbasis keadilan dan menjadi sumber keresahan. Semua hal itu dianggap sudah jauh dari kodrat dan kesejatian manusia, sehingga diperlukan gerakan kembali kepada konsep alam. "There are none happy in the world but beings who enjoy freely a vast horizon"- said Damodara, when his herds required new and larger pastures”. Kata Thoreau mengutip Damodara (Khrisna "literature hindu")
Dari sinilah mungkin Chris terpengaruh, jika Thoreau antipati terhadap pemerintah dan sistem sosial yang diciptakannya, maka Chris mungkin antipati terhadap perlakuan dan watak orang tuanya yang sangat jauh dari nilai kebenaran dan kebahagiaan. Dan dia terinspirasi Thoreau bagaimana hidup yang nyaman adalah bersua kepada alam.
Dan jika melihat Tolstoy sebagai tokoh yang memelopori pasifisme di Rusia, “gerakan pertentangan dengan pasif” begitu pula thoreau dengan “civil disobedience”nya, Mungkin saja Chris dalam meninggalkan keluarga dan pengembaraannya adalah gerakan pasifismenya terhadap orang tuanya. Dia lebih mencari cara agar orang tuanya berpikir dan merenung tentang segala perbuatannya daripada berfrontal ria menentang.
Ahfa Rahman
04-06-2014