THE HOURS
“Terkekangnya kebebasan wanita”
The hours mengisahkan kepahitan kehidupan 3 wanita di era yang berbeda. Virginia Woolf, “Richmon England, 1923” perempuan yang memiliki masalah psikologis/ mental. Hari-harinya disibukkan dengan menulis sebuah novel yang diberinya judul, Mrs. Dalloway; mengisahkan kepahitan perempuan yang mungkin adalah refleksi dari kehidupannya. Lalu Laura Brown “Los Angels 1951” seorang istri politisi yang sangat dicintai oleh suaminya dan hidup sejahtera namun merasa tidak bahagia dan merasa hidup di jalan yang tidak diinginkannya. Yang terakhir adalah Clarissa Vaughan “New York, 2002” seorang editor yang hidup secara lesbian dengan pasangan wanitanya, serta membesarkan seorang anak perempuan.
Virginia Wolf hidup bersama seorang suami (publiser) terlihat tertekan dengan hidupnya dan merasa terpenjara dan kehilangan kenyamanan dan kebebasannya. Upaya dokter menurutnya hanyalah usaha semu karena tidak tahu masalah sesungguhnya yang menimpanya. Pandangan dan keadaan keperempuannya dia tuangkan dalam subuh novel “Mrs Dalloway”. Suatu ketika dia memiliki ide untuk membunuh karakter dalam novelnya, sesuatu yang juga merupakan ide untuk hidupnya sendiri. Diceritakan Virginia melakukan bunuh diri pada tahun 1941 karena sudah tidak tahan dengan penyakit dan masalah-masalah yang dideritanya.
Laura Brown, diceritakan membaca Novel “Mrs. Dalloway” karya Woolf. Ia merasa memiliki kehidupan yang mirip dengan apa yang menimpa Mrs. Dalloway. Setting berada pada hari dimana suaminya berulang tahun lalu Ia berusaha menyiapkan pesta dengan membuat kua tar. Setelah itu muncullah keinginan mengakhiri hidup di sebuah penginapan karena merasa kehidupan yang dijalaninya bukanlah yang diinginkannya. Namun akhirnya dinamika kegalauannya memutuskan membatalkan niat tersebut.
Clarissa Vaughan, hidup ber “lesbian” dengan Sally. Diceritakan akan mengadakan pesta untuk merayakan sahabatnya “Richard” yang meraih penghargaan akan novelnya. Richard mengidap penyakit Aids yang keadaannya sudah sangat memprihatinkan dan Clarissa merasa memiliki tanggung jawab untuk turut mengurusi hidupnya. Diketahui ternyata Clarissa juga tidak merasa pada jalan kebahagiaannya. Fakta cerita mengatakan ternyata kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika dia bersama Richard. Sempat disebutkan mereka pernah menjalain hubungan bersama walau sesaat di masa lalu.
Susah membaca apa yang ingin disampaikan oleh sutradara film ini, mungkin juga karena literaturku tentang perempuan dan feminisme sangat minim. Namun sederhana saja saya ingin menyimpulkan bahwa film ini ingin menyampaikan tentang posisi perempuan dalam kaitan dengan pilihan dan kebebasan hidupnya. film ini ingin menjelaskan bahwa peluang perempuan dalam mengekspresikan dan merealisasikan pilihannya adalah sangat sempit dibandingkan laki-laki dikarenakan oleh budaya dan sistem sosial serta fungsi-fungsinya yang telah umum. Salah satu ekspresi yang dicontohkan dalam film ini adalah orientasi seksual. Virginia dan Laura diceritakan heteroseksual, namun jelas dalam dua cerita perempuan ini seperti memiliki orientasi lesbian, sehingga kehidupan heteroseksualnya adalah keterpaksaan dan kebohongan. Fakta ini bisa kita lihat dengan adanya adegan ciuman mesra dan mendalam dua tokoh ini dengan sesama jenisnya. Hal ini disebabkan karena mereka hidup di era lampau yang mungkin ekspresi lesbianitas masih sangat tabu dan tidak dimungkinkan secara kondisi sosial waktu itu. Berbeda dengan setting Calarissa (kekinian/ modern) yang mungkin sudah banyak ekspresi dan kebebasan hidup menurut orientasi seksualnya. Dalam segmen Clarissa diceritakan hidup secara lesbian namun ternyata dia merasa banar-benar hidup ketika berhubungan dengan penulis novel “Richard” (heteroseksual). Disini lebih menyoroti ketidak berdayaannya secara fungsi dan perasaaan. Terlihat dia tidak punya pilihan dan merasa terjebak untuk mengurusi keadaan Richard yang sakit, karena terjebak oleh perasaannya. “ketika perempuan sudah mencintai, segalanya akan diberikan”
Film ini ingin menyadarkan kita bahwa apa yang dijalani wanita-wanita adalah belum tentu keinginan dan kebahagiaan yang didambakan perempuan itu sendiri, wanita kadang terkekang kebebasannya. Wanita adalah makhluk yang mampu menyimpan teka teki dan lebih memiliki kemampuan untuk menerima takdir dan keadannya. Kita melihat 3 adegan perempuan melakukan fungsinya dengan sama-sama menyiapkan pesta, pesta yang berkesan kebahagiaan, namun sejatinya mereka memendam pilu pada perasaannya. Hati perempuan adalah sedalam samudera, “a woman’s heart is a deep ocean of secrets” (Rose, Titanic 1997). Hati perempuan sangatlah susah dijelaskan dan dimengerti. Gambaran novel-novel rumit dan berat dalam cerita itu mungkin adalah gambaran kerumitan perasaan perempuan yang susah dibaca oleh logika, tak tampak, terkesan sederhana tapi sejatinya adalah sesuatu yang besar. Seperti digambarkan dalam film ini bahwa resikonya adalah kematian “bunuh diri”.
Ahfa Rahman
09-05-2014
“Terkekangnya kebebasan wanita”
The hours mengisahkan kepahitan kehidupan 3 wanita di era yang berbeda. Virginia Woolf, “Richmon England, 1923” perempuan yang memiliki masalah psikologis/ mental. Hari-harinya disibukkan dengan menulis sebuah novel yang diberinya judul, Mrs. Dalloway; mengisahkan kepahitan perempuan yang mungkin adalah refleksi dari kehidupannya. Lalu Laura Brown “Los Angels 1951” seorang istri politisi yang sangat dicintai oleh suaminya dan hidup sejahtera namun merasa tidak bahagia dan merasa hidup di jalan yang tidak diinginkannya. Yang terakhir adalah Clarissa Vaughan “New York, 2002” seorang editor yang hidup secara lesbian dengan pasangan wanitanya, serta membesarkan seorang anak perempuan.
Virginia Wolf hidup bersama seorang suami (publiser) terlihat tertekan dengan hidupnya dan merasa terpenjara dan kehilangan kenyamanan dan kebebasannya. Upaya dokter menurutnya hanyalah usaha semu karena tidak tahu masalah sesungguhnya yang menimpanya. Pandangan dan keadaan keperempuannya dia tuangkan dalam subuh novel “Mrs Dalloway”. Suatu ketika dia memiliki ide untuk membunuh karakter dalam novelnya, sesuatu yang juga merupakan ide untuk hidupnya sendiri. Diceritakan Virginia melakukan bunuh diri pada tahun 1941 karena sudah tidak tahan dengan penyakit dan masalah-masalah yang dideritanya.
Laura Brown, diceritakan membaca Novel “Mrs. Dalloway” karya Woolf. Ia merasa memiliki kehidupan yang mirip dengan apa yang menimpa Mrs. Dalloway. Setting berada pada hari dimana suaminya berulang tahun lalu Ia berusaha menyiapkan pesta dengan membuat kua tar. Setelah itu muncullah keinginan mengakhiri hidup di sebuah penginapan karena merasa kehidupan yang dijalaninya bukanlah yang diinginkannya. Namun akhirnya dinamika kegalauannya memutuskan membatalkan niat tersebut.
Clarissa Vaughan, hidup ber “lesbian” dengan Sally. Diceritakan akan mengadakan pesta untuk merayakan sahabatnya “Richard” yang meraih penghargaan akan novelnya. Richard mengidap penyakit Aids yang keadaannya sudah sangat memprihatinkan dan Clarissa merasa memiliki tanggung jawab untuk turut mengurusi hidupnya. Diketahui ternyata Clarissa juga tidak merasa pada jalan kebahagiaannya. Fakta cerita mengatakan ternyata kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika dia bersama Richard. Sempat disebutkan mereka pernah menjalain hubungan bersama walau sesaat di masa lalu.
Susah membaca apa yang ingin disampaikan oleh sutradara film ini, mungkin juga karena literaturku tentang perempuan dan feminisme sangat minim. Namun sederhana saja saya ingin menyimpulkan bahwa film ini ingin menyampaikan tentang posisi perempuan dalam kaitan dengan pilihan dan kebebasan hidupnya. film ini ingin menjelaskan bahwa peluang perempuan dalam mengekspresikan dan merealisasikan pilihannya adalah sangat sempit dibandingkan laki-laki dikarenakan oleh budaya dan sistem sosial serta fungsi-fungsinya yang telah umum. Salah satu ekspresi yang dicontohkan dalam film ini adalah orientasi seksual. Virginia dan Laura diceritakan heteroseksual, namun jelas dalam dua cerita perempuan ini seperti memiliki orientasi lesbian, sehingga kehidupan heteroseksualnya adalah keterpaksaan dan kebohongan. Fakta ini bisa kita lihat dengan adanya adegan ciuman mesra dan mendalam dua tokoh ini dengan sesama jenisnya. Hal ini disebabkan karena mereka hidup di era lampau yang mungkin ekspresi lesbianitas masih sangat tabu dan tidak dimungkinkan secara kondisi sosial waktu itu. Berbeda dengan setting Calarissa (kekinian/ modern) yang mungkin sudah banyak ekspresi dan kebebasan hidup menurut orientasi seksualnya. Dalam segmen Clarissa diceritakan hidup secara lesbian namun ternyata dia merasa banar-benar hidup ketika berhubungan dengan penulis novel “Richard” (heteroseksual). Disini lebih menyoroti ketidak berdayaannya secara fungsi dan perasaaan. Terlihat dia tidak punya pilihan dan merasa terjebak untuk mengurusi keadaan Richard yang sakit, karena terjebak oleh perasaannya. “ketika perempuan sudah mencintai, segalanya akan diberikan”
Film ini ingin menyadarkan kita bahwa apa yang dijalani wanita-wanita adalah belum tentu keinginan dan kebahagiaan yang didambakan perempuan itu sendiri, wanita kadang terkekang kebebasannya. Wanita adalah makhluk yang mampu menyimpan teka teki dan lebih memiliki kemampuan untuk menerima takdir dan keadannya. Kita melihat 3 adegan perempuan melakukan fungsinya dengan sama-sama menyiapkan pesta, pesta yang berkesan kebahagiaan, namun sejatinya mereka memendam pilu pada perasaannya. Hati perempuan adalah sedalam samudera, “a woman’s heart is a deep ocean of secrets” (Rose, Titanic 1997). Hati perempuan sangatlah susah dijelaskan dan dimengerti. Gambaran novel-novel rumit dan berat dalam cerita itu mungkin adalah gambaran kerumitan perasaan perempuan yang susah dibaca oleh logika, tak tampak, terkesan sederhana tapi sejatinya adalah sesuatu yang besar. Seperti digambarkan dalam film ini bahwa resikonya adalah kematian “bunuh diri”.
Ahfa Rahman
09-05-2014