Tak ada kata yang pantas kita uacapkan selain ”luar biasa” kepada film trilogi karya Richard Linklater. Trilogi unik karena setiap film dengan sekuelnya, masing-masing berjarak 9 tahun. Kita semua tahu 3 film ini merupakan film dialog. Dialog tentang segala aspek dan dimensi kehidupan, dialog kultural, kepercayaan, filsafat, metafisik, seni, cinta, dinamika kehidupan dsb. Dialog itulah yang merupakan kekuatan dari film ini. Richard membuat dua tokoh berkarakter cerdas, yang dengan kemistrinya mampu membuat suasana manarik dan membuat dialog-dialog kuatnya asyik untuk ditelaah dan dinikmati. 3 film ini memiliki adegan yang sederhana, hanya adegan dialog dan menyusuri berbagai tempat. Ini adalah film tentang pemikiran dan perenungan dan dialog-dialog itulah adegannya. Dan yang membuat hidup adalah kemistri dan kemesraan yang dibangun 2 karakter utama yang begitu natural dan indah.
Jika kita melihat pengklasifikasi trilogi ini menjadi 3 bagian bersama alur ceritanya. 3 film ini merefleksikan fase-fase kehidupan cinta manusia. Film pertama kita melihat sebuah gairah masa muda, dimana cinta, gelora, dan energi yang kuat. Penuhnya ide-ide romantis dan masa pencarian jati diri. Kita melihat semangat dan gelora Celine dan Jesse ketika bertemu dan saling tertarik di kereta lalu dengan mengambil keputusan besar Celine menerima ajakan jesse untuk turun di Viena, (tujuan perjalanan Jesse). Lalu mereka mengelilingi sudut kota Vienna dan bercengkrama tentang banyak hal, dengan ketertarikan dan gairah tersembunyi pada masing2 mereka. Lalu perjalanan romantika mereka berakhir di taman luas pada malam hari dan menuntaskan gelora mereka dengan bercinta. Ini adalah gambaran-gambaran masa muda yang tak lepas dari arus geloranya yang menggebu, melihat cinta dari sudut keindahannya dan menikmatinya, melihat cinta dari sudut dan kaca pandang yang sederhana. Cinta adalah cinta, cinta adalah keindahan dan untuk dinikmati. Masa ketika cinta dan seksualitas menjadi kebutuhan mendasar. Masa pencarian jati diri dan mencari apa itu makna cinta yang sebenarnya. Jesse dan Celine dalam segmen ini masih terlihat tampan dan cantik, terlihat berenergi dan bergairah.
Jika kita melihat pengklasifikasi trilogi ini menjadi 3 bagian bersama alur ceritanya. 3 film ini merefleksikan fase-fase kehidupan cinta manusia. Film pertama kita melihat sebuah gairah masa muda, dimana cinta, gelora, dan energi yang kuat. Penuhnya ide-ide romantis dan masa pencarian jati diri. Kita melihat semangat dan gelora Celine dan Jesse ketika bertemu dan saling tertarik di kereta lalu dengan mengambil keputusan besar Celine menerima ajakan jesse untuk turun di Viena, (tujuan perjalanan Jesse). Lalu mereka mengelilingi sudut kota Vienna dan bercengkrama tentang banyak hal, dengan ketertarikan dan gairah tersembunyi pada masing2 mereka. Lalu perjalanan romantika mereka berakhir di taman luas pada malam hari dan menuntaskan gelora mereka dengan bercinta. Ini adalah gambaran-gambaran masa muda yang tak lepas dari arus geloranya yang menggebu, melihat cinta dari sudut keindahannya dan menikmatinya, melihat cinta dari sudut dan kaca pandang yang sederhana. Cinta adalah cinta, cinta adalah keindahan dan untuk dinikmati. Masa ketika cinta dan seksualitas menjadi kebutuhan mendasar. Masa pencarian jati diri dan mencari apa itu makna cinta yang sebenarnya. Jesse dan Celine dalam segmen ini masih terlihat tampan dan cantik, terlihat berenergi dan bergairah.
Melompat ke sekuelnya “before sunset” kita disuguhkan drama dan dialog yang lebih emosional. Disini banyak muncul unsur-unsur penyesalan. Diceritakan Jesse menulis dan menerbitkan novel tentang cintanya di Before Sunrise, yang salah satu tujuannya untuk menemukan Celine, karena diceritakan sebelumnya mereka berjanji bertemu 6 bulan kemudian pasca pertemuan di Before Sunrise namun Celine tidak dapat menepati janji itu. Pertemuan itu menurut saya romantis, disela-sela memaparkan tentang bukunya di forum bedah bukunya, Jesse menengok ke dinding kaca dan mendapati Celine yang juga hadir setelah mendapatkan informasi kedatangan Jesse dan Celine sendiri telah membaca karya jesse. Setelah itu mereka berlepas rindu dengan ekspresi sekedarnya lalu mulailah dialog-dialog tentang penyesalan, tentang luapan emosi, tentang kekecewaan, tentang ratapan dan keluh kesah keadaan masing-masing. Mereka merasa kehidupan yang mereka alami bukanlah kebahagiaan yang sejati. Mereka merasa salah dalam memilih jalan hidupnya. Diceritakan Jesse telah menikah dan memiliki anak dengan perempuan yang tidak dicintainya. Begitu pula celine juga merasa belum menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Jesse mengandai mungkin saja jika Celine bisa hadir dalam janji pertemuan itu mungkin mereke bisa menikah, dan hidup bahagia bersamanya. Berbeda dengan Celine yang mengangap apa yang terjadi adalah takdir. Dalam fase ini memang manusia cenderung mengalami kebimbangan dan kegalauan apakah mereka sudah tepat pada jalan hidupnya. Muncul perasaan-perasaan penyesalan dan pengandaian-pengadaian tentang pilihan hidup yang lain. Masa-masa dimana kita mendapati hasil/ atau akibat dari pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang kita ambil pada masa sebelumnya. Masa dimana kita mulai merenung dan melihat sesuatu dari sudut yang lebih luas, lebih realistis, dan lebih bijaksana tentunya. Mereka menyadari sesuatu hal ternyata rumit dan penuh dilematika, sangat jauh berbeda dengan cara pandangnya dimasa muda. Pada fase ini manusia harus memilih anatar dua kemungkinan, apakah menerima dan melanjutkan hidupnya yang telah dipilih atau menyeberang ke jalan lain yang tentu memiliki banyak resiko. (fase memutuskan).
Lalu beranjak kepada sekuel terakhirnya “Before Midnight”. Kita melihat realitas dalam hidup berpasangan “rumah tangga”; anak, finansial, konflik, perselingkuhan, kejenuhan dan lain sebagainya. Awal cerita sebagian kita mungkin kaget dengan keputusan Jesse di film sebelumnya bahwa dia memilih menetap di rumah Celine dan membatalkan penerbangan. Dari hubungan asmara mereka melahirkan dua anak perempuan kembar dan pada akhirnya Jesse menceraikan istrinya dan berumah tangga dengan Celine. Dia memilih dan berpihak kepada keyakinannya bahwa apa yang telah dilakukannya (sebelum Celine) adalah salah dan bukan jalan hidup terbaiknya, sehingga dia menyeberang jalan yang sudah pasti memberikan banyak resiko dan mengorbankan berbagai hal, termasuk anaknya, “Hank”. Film ini mengisahkan perjalananan mereka ke Yunani, dan berdialog dan bercengkrama dengan kolega dan teman-temannya. Berbeda dengan dua film sebelumnya yang poros dialog hanya muncul dari Jesse dan Celine saja, dalam film ini melibatkan tokoh-tokoh lain yang juga berhasil membuat dialog yang kuat dan menarik, walaupun setelah itu poros dialog kembali kembali dua tokoh utamanya. Dialog mereka di hotel sebenarnya adalah inti cerita tentang fase perjalanan cinta mereka, dan inilah realitas “fase berumah tangga” seperti; “munculnya hal-hal kecil sebagai sumber perselisihan” seperti yang kita lihat tentang ketersinggungan dan perbedaan persepsi tentang perkataan Celine kepada Hank “good luck with your mother” yang dipersepsikan oleh Jesse bahwa itu bermaksud menjelekkan ibunya, namun celine menganggap itu perkataan bisa tanpa ada tendensi tertentu. Dari situlah muncul konflik dan pertengkaran yang akhirnya membuka cerita hubungan rumah tangga mereka selama ini, tentang berbagai macam konflik, perselingkuhan, perbedaan persepsi. dsb. Disinilah penggambaran bahwa rumah tangga sesuatu hal yang sangat sensitif dan mudah sekali memicu konflik. Inilah fase akhir dalam cinta yaitu menjalani (hidup berumah tangga) dengan pilihan kita. Kehidupan yang penuh dinamika, penuh drama dan dilematika.
Itulah 3 film yang merefleksikan fase-fase dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan cinta. Masa muda, awal mereka mencari jati diri, masa penuh romantisme, melihat cinta bagai melihat bentuk mobil yang indah dan elegant, hanya indahnya saja. Setelahnya kita akan sampai pada fase dewasa, fase memilih dan menentukan, fase kebimbangan dan kegalauan. Cara pandang kita sudah lebih luas dan realistis tentang hidup dan cinta itu sendiri. Masa yang menyadarkan kita bahwa mobil yang diibaratkan cinta itu tidak terdiri dari bentuknya saja namun memiliki bagian-bagian yang tidak menyenangkan; kabel-kabel rumit, perangkat-perangkat panas, zat-zat kotor, dsb. Dan yang terakhir adalah fase menjalani pilihan kita, realitas rumah tangga dengan dengan sejuta potensinya, konflik, perselisihan, dsb. Jika dikembalikan ke ibarat mobil, berumah tangga seperti menaiki mobil, kadang kita nyaman kadang mobil kita rusak. kita bisa memilih memerbaiki atau tidak, memberbaiki dibengkel yang bagus atau tidak.
Ahfa Rahman
30-04-2014
Itulah 3 film yang merefleksikan fase-fase dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan cinta. Masa muda, awal mereka mencari jati diri, masa penuh romantisme, melihat cinta bagai melihat bentuk mobil yang indah dan elegant, hanya indahnya saja. Setelahnya kita akan sampai pada fase dewasa, fase memilih dan menentukan, fase kebimbangan dan kegalauan. Cara pandang kita sudah lebih luas dan realistis tentang hidup dan cinta itu sendiri. Masa yang menyadarkan kita bahwa mobil yang diibaratkan cinta itu tidak terdiri dari bentuknya saja namun memiliki bagian-bagian yang tidak menyenangkan; kabel-kabel rumit, perangkat-perangkat panas, zat-zat kotor, dsb. Dan yang terakhir adalah fase menjalani pilihan kita, realitas rumah tangga dengan dengan sejuta potensinya, konflik, perselisihan, dsb. Jika dikembalikan ke ibarat mobil, berumah tangga seperti menaiki mobil, kadang kita nyaman kadang mobil kita rusak. kita bisa memilih memerbaiki atau tidak, memberbaiki dibengkel yang bagus atau tidak.
Ahfa Rahman
30-04-2014