"Cinta Antar Kasta Yang Berbeda"
Baru saja untuk kesekian kalinya aku menonton film “Notting Hill”. Masih menarik dan tetap membuatku terharu walau telah sering ku nikmati. Salah satu film favoritku dan kuanggap satu dari deretan film romansa terbaik sepanjang masa. Film ini merangsangku untuk menulis resensinya karena menurutku ada nilai etis yang bisa kita gunakan untuk memaknainya.
Film ini sebenarnya datar dan sederhana. Yang menarik adalah kita disuguhkan fenomena unik tentang tumbuhnya asmara dua manusia dari “kasta” yang berbeda. Perjalanan cinta seorang artis hollywood papan atas dalam masa kejayaannya dengan laki-laki biasa (jelata) asal Notting Hill, -seorang duda yang ditinggal oleh mantan istrinya dan hanya sibuk berjualan buku di toko kecil miliknya. Kronologi cerita mengalir datar dan santai namun lika-likunya cukup menyentuh dan mengaduk-ngaduk perasaan kita. Sangat tergambar dengan jelas pada kita tentang dinamika perasaan mereka ditengah komplikasi hubungannya.
Awal film sebenarnya sudah menyampaikan kepada kita tentang makna yang ingin dibangun oleh film ini melalui lagu Elvis Castello (She) dengan cuplikan yang menggambarkan keagungan dan ketenaran seorang artis dunia papan atas, namun lyric yang mengirinya memahamkan kita tentang fenomena kebahagiaan yang “semu”. Bagi saya pembukaan film yang sangat manis...
Cerita berawal ketika Anna Scott (Julia Roberts) sedang jalan-jalan di Notting Hill dan melihat-lihat di toko buku milik William Thacker (Hugh Grant) disela promosi film terbarunya di Inggris. William begitu tertegun melihat seorang aktris besar mampir di toko miliknya dan muncul kekaguman kepadanya atas pencapaian, keagungan, dan pasti kecantikannya. Setelah beberapa perbincangan, perkenalan mereka berlanjut ketika William membeli segelas orang juice dan tanpa sengaja bertabrakan dengan Anna yang ternyata masih berkeliling di sekitar tempat itu. Baju Anna tampak kotor oleh tumpahan air dan William menawarkan untuk membersihkan diri dan berganti baju dirumahnya yang berada tidak jauh dari situ. Setelah berganti baju mereka tampak berbincang. William tampak berbasa basi dan tampak gugup terhadap Anna. Namun Anna sepertinya tertarik pada keluguan dan kemenarikan William. Pada suatu momen mereka tampak saling pandang dan tak disangka terjadilah ciuman mesra. Sepertinya mereka merasakan ketertarikan pada pandangan pertama. Dari situlah kebersamaan mereka dimulai, mereka melewati hubungan dengan nuansa perbedaan diantara mereka.
Tidak semua alur cerita mengalir santai, kita juga bisa melihat beberapa ketegangan yang terjadi. Adegan yang paling menyesakkan kita adalah ketika Anna dan William sedang dalam suasana asmara yang baik lalu Anna dengan berani dan nekat mengajak William untuk menginap di hotelnya. Namun tak disangka kekasih Anna dari Amerika telah mengunjungi dan telah berada di kamarnya. William yang sudah di depan pintu terpaksa harus mengaku menjadi pelayan hotel dan diperlakukan kurang pantas oleh kekasih Anna. Konflik juga kita bisa lihat ketika keberadaan Anna di rumah William terendus dan hubungan mereka tercium oleh awak media. Aspek komedi dalam film ini juga cukup mampu membuat film menjadi segar dan menjauhkan kita dari kebosanan. Tokoh Spike menjadi sentral unsur kegilaan, walau keluguan William juga cukup menggemaskan kita, terutama ketika harus berpura mejadi wartawan ketika hendak menemui Anna.
Tokoh William dalam film ini dibuat begitu lugu, bersahaja, bijaksana. Seorang laki-laki yang gagal berumah tangga dan kurang sukses dari sisi pekerjaan, menjalani hidup dengan menerima kenyataan. Keluarga dan teman-teman William dikarakteristikkan sama, kelompok masyarakat biasa yang memiliki kekurangan, kelemahan, serta nasib yang kurang baik. Dalam alur cerita mereka digambarkan selalu bersama dan saling mendukung atas masalah kehidupan masing-masing. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan menerima takdir hidup. Anna ditokohkan superior dalam film ini, seorang aktris papan atas dunia dengan segala kemewahan dan popularitasnya, memiliki sedikit sisi tempramental, walau hampir keseluruhan kita melihat memiliki attitude dan pandangan hidup yang cukup baik. Namun tampak sekali keagungan yang dimilikinya sama sekali tidak memberikan kebahagiaan sejati padanya. Dialog tentang perebutan kue brownis terakhir pada acara ulang ulang tahun adik William adalah potret terbaik yang menyatukan mereka dalam penyimpulan bahwa kebahagiaan itu sangat relatif, apa yang tampak mewah di permukaan kadang tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan yang sejati (jiwa).
Perjalana cinta William dan Anna terlihat indah, mereka bisa menyatu padu membentuk irama cinta yang selaras walau berlatar belakang sangat berbeda. Secara spontan kita akan berkata sah-sah saja cinta antar kasta yang berbeda, namun jelas menyeimbangkan dan meleburkan perbedaan tentulah bukan perkara yang mudah apalagi berlatar belakang kontras seperti yang dialami Anna dan William. Kita sebenarnya tidak ditunjukkan munculnya materi permasalahan perbedaan atau resistensi ekternal yang muncul mengusik hubungan mereka, namun kita lebih dituntun untuk menyelami pemikiran, pertimbangan dan perasaan mereka dalam menyatukan cinta. Kita akan ikut dibawa memertimbangkan dampak, konswekensi, atau esensi-esensi masalah yang mungkin muncul jika ingin menyatukan dua perbedaan yang mencolok. Beberapa ketegangan dan kesalahpahaman muncul namun selalu selesai dengan akal sehat. Perangai William yang lebih bijaksana cukup bisa meredam gejolak Anna, Anna pun tidak bisa lepas memikirkan William walau jeda-jeda sering merenggangkan asmara mereka.
Relatifitas kebahagiaan dan cinta yang tak memandang kasta mungkin dua poin yang bisa kita ambil secara “common sense” dalam film ini. Setinggi apapun kedudukan kita belumlah menjamin kebahagiaan sejati yang paling kita butuhkan. Kekayaaan, popularitas hanyalah ilusi atas kebahagiaan. Seorang Anna yang terkesan memiliki segalanya ternyata punya cerita tersendiri tentang konswekensi menjadi seorang artis. Justru semakin tinggi posisi orang semakin banyak pula hal-hal akan mengusiknya. Secara moderat ingin saya katakan; kekayaan, popularitas bahkan kemiskinan dan kekurangan hanyalah jenis materi yang kita miliki. Yang kita usahakan seharusnya memaknainya, dan mencari kebahagiaan sejati yang sesungguhnya. Hal ini tampak pada Anna yang pada akhir cerita mendatangi william di toko bukunya, menurut saya ini adegan paling hebat dalam film ini; Anna yang notabene tokoh besar menanggalkan atribut dan kesan keartisannya berpakaian sederhana dan berdiri dihadapan William dengan kesan mengharap belas kasih. Dengan takut, gugup, dan terbata-bata bak seorang terdakwa Anna mengutarakan penyesalan, perasaan, dan keinginannya untuk lebih lama bisa tinggal di london untuk bisa bersama William,
The thing is..
I have to go away today, but I...
Wondered if I didn’t...
Wheter you might
Let mee see you a little..
Or.. a lot, maybe
See if you could like me again
Dan setelah William menolaknya, dari sosok seorang aktris besar muncullah kalimat yang sangat bijak dan merendah, kata-kata ini selalu dikenang semua orang:
The fame thing isn't really real,
you know?
And don't forget I'm--
I'm also just a girl...
standing in front of a boy...
asking him to love her.
Good-bye.
Lalu film ditutup dengan sangat manis ketika William menyadari kesalahannya telah menolak Anna. Dia mengejar konferensi pers sebelum Anna meninggalkan London, lalu terjadilah dialog dan adegan yang sangat manis dan mengharukan, bagi saya itu adalah happy ending film terbaik yang pernah saya lihat.
Cinta tidak hanya bisa menyatukan dua golongan yang sepadan, Cinta juga mampu menyatukan dua entitas yang beroposisi. Cinta adalah universal untuk semua manusia yang ingin menjadikannya sumber kebahagiaan. Cinta adalah penyatu segala perbedaan...
Ahfa Rahman
22-09-2014
Baru saja untuk kesekian kalinya aku menonton film “Notting Hill”. Masih menarik dan tetap membuatku terharu walau telah sering ku nikmati. Salah satu film favoritku dan kuanggap satu dari deretan film romansa terbaik sepanjang masa. Film ini merangsangku untuk menulis resensinya karena menurutku ada nilai etis yang bisa kita gunakan untuk memaknainya.
Film ini sebenarnya datar dan sederhana. Yang menarik adalah kita disuguhkan fenomena unik tentang tumbuhnya asmara dua manusia dari “kasta” yang berbeda. Perjalanan cinta seorang artis hollywood papan atas dalam masa kejayaannya dengan laki-laki biasa (jelata) asal Notting Hill, -seorang duda yang ditinggal oleh mantan istrinya dan hanya sibuk berjualan buku di toko kecil miliknya. Kronologi cerita mengalir datar dan santai namun lika-likunya cukup menyentuh dan mengaduk-ngaduk perasaan kita. Sangat tergambar dengan jelas pada kita tentang dinamika perasaan mereka ditengah komplikasi hubungannya.
Awal film sebenarnya sudah menyampaikan kepada kita tentang makna yang ingin dibangun oleh film ini melalui lagu Elvis Castello (She) dengan cuplikan yang menggambarkan keagungan dan ketenaran seorang artis dunia papan atas, namun lyric yang mengirinya memahamkan kita tentang fenomena kebahagiaan yang “semu”. Bagi saya pembukaan film yang sangat manis...
Cerita berawal ketika Anna Scott (Julia Roberts) sedang jalan-jalan di Notting Hill dan melihat-lihat di toko buku milik William Thacker (Hugh Grant) disela promosi film terbarunya di Inggris. William begitu tertegun melihat seorang aktris besar mampir di toko miliknya dan muncul kekaguman kepadanya atas pencapaian, keagungan, dan pasti kecantikannya. Setelah beberapa perbincangan, perkenalan mereka berlanjut ketika William membeli segelas orang juice dan tanpa sengaja bertabrakan dengan Anna yang ternyata masih berkeliling di sekitar tempat itu. Baju Anna tampak kotor oleh tumpahan air dan William menawarkan untuk membersihkan diri dan berganti baju dirumahnya yang berada tidak jauh dari situ. Setelah berganti baju mereka tampak berbincang. William tampak berbasa basi dan tampak gugup terhadap Anna. Namun Anna sepertinya tertarik pada keluguan dan kemenarikan William. Pada suatu momen mereka tampak saling pandang dan tak disangka terjadilah ciuman mesra. Sepertinya mereka merasakan ketertarikan pada pandangan pertama. Dari situlah kebersamaan mereka dimulai, mereka melewati hubungan dengan nuansa perbedaan diantara mereka.
Tidak semua alur cerita mengalir santai, kita juga bisa melihat beberapa ketegangan yang terjadi. Adegan yang paling menyesakkan kita adalah ketika Anna dan William sedang dalam suasana asmara yang baik lalu Anna dengan berani dan nekat mengajak William untuk menginap di hotelnya. Namun tak disangka kekasih Anna dari Amerika telah mengunjungi dan telah berada di kamarnya. William yang sudah di depan pintu terpaksa harus mengaku menjadi pelayan hotel dan diperlakukan kurang pantas oleh kekasih Anna. Konflik juga kita bisa lihat ketika keberadaan Anna di rumah William terendus dan hubungan mereka tercium oleh awak media. Aspek komedi dalam film ini juga cukup mampu membuat film menjadi segar dan menjauhkan kita dari kebosanan. Tokoh Spike menjadi sentral unsur kegilaan, walau keluguan William juga cukup menggemaskan kita, terutama ketika harus berpura mejadi wartawan ketika hendak menemui Anna.
Tokoh William dalam film ini dibuat begitu lugu, bersahaja, bijaksana. Seorang laki-laki yang gagal berumah tangga dan kurang sukses dari sisi pekerjaan, menjalani hidup dengan menerima kenyataan. Keluarga dan teman-teman William dikarakteristikkan sama, kelompok masyarakat biasa yang memiliki kekurangan, kelemahan, serta nasib yang kurang baik. Dalam alur cerita mereka digambarkan selalu bersama dan saling mendukung atas masalah kehidupan masing-masing. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan menerima takdir hidup. Anna ditokohkan superior dalam film ini, seorang aktris papan atas dunia dengan segala kemewahan dan popularitasnya, memiliki sedikit sisi tempramental, walau hampir keseluruhan kita melihat memiliki attitude dan pandangan hidup yang cukup baik. Namun tampak sekali keagungan yang dimilikinya sama sekali tidak memberikan kebahagiaan sejati padanya. Dialog tentang perebutan kue brownis terakhir pada acara ulang ulang tahun adik William adalah potret terbaik yang menyatukan mereka dalam penyimpulan bahwa kebahagiaan itu sangat relatif, apa yang tampak mewah di permukaan kadang tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan yang sejati (jiwa).
Perjalana cinta William dan Anna terlihat indah, mereka bisa menyatu padu membentuk irama cinta yang selaras walau berlatar belakang sangat berbeda. Secara spontan kita akan berkata sah-sah saja cinta antar kasta yang berbeda, namun jelas menyeimbangkan dan meleburkan perbedaan tentulah bukan perkara yang mudah apalagi berlatar belakang kontras seperti yang dialami Anna dan William. Kita sebenarnya tidak ditunjukkan munculnya materi permasalahan perbedaan atau resistensi ekternal yang muncul mengusik hubungan mereka, namun kita lebih dituntun untuk menyelami pemikiran, pertimbangan dan perasaan mereka dalam menyatukan cinta. Kita akan ikut dibawa memertimbangkan dampak, konswekensi, atau esensi-esensi masalah yang mungkin muncul jika ingin menyatukan dua perbedaan yang mencolok. Beberapa ketegangan dan kesalahpahaman muncul namun selalu selesai dengan akal sehat. Perangai William yang lebih bijaksana cukup bisa meredam gejolak Anna, Anna pun tidak bisa lepas memikirkan William walau jeda-jeda sering merenggangkan asmara mereka.
Relatifitas kebahagiaan dan cinta yang tak memandang kasta mungkin dua poin yang bisa kita ambil secara “common sense” dalam film ini. Setinggi apapun kedudukan kita belumlah menjamin kebahagiaan sejati yang paling kita butuhkan. Kekayaaan, popularitas hanyalah ilusi atas kebahagiaan. Seorang Anna yang terkesan memiliki segalanya ternyata punya cerita tersendiri tentang konswekensi menjadi seorang artis. Justru semakin tinggi posisi orang semakin banyak pula hal-hal akan mengusiknya. Secara moderat ingin saya katakan; kekayaan, popularitas bahkan kemiskinan dan kekurangan hanyalah jenis materi yang kita miliki. Yang kita usahakan seharusnya memaknainya, dan mencari kebahagiaan sejati yang sesungguhnya. Hal ini tampak pada Anna yang pada akhir cerita mendatangi william di toko bukunya, menurut saya ini adegan paling hebat dalam film ini; Anna yang notabene tokoh besar menanggalkan atribut dan kesan keartisannya berpakaian sederhana dan berdiri dihadapan William dengan kesan mengharap belas kasih. Dengan takut, gugup, dan terbata-bata bak seorang terdakwa Anna mengutarakan penyesalan, perasaan, dan keinginannya untuk lebih lama bisa tinggal di london untuk bisa bersama William,
The thing is..
I have to go away today, but I...
Wondered if I didn’t...
Wheter you might
Let mee see you a little..
Or.. a lot, maybe
See if you could like me again
Dan setelah William menolaknya, dari sosok seorang aktris besar muncullah kalimat yang sangat bijak dan merendah, kata-kata ini selalu dikenang semua orang:
The fame thing isn't really real,
you know?
And don't forget I'm--
I'm also just a girl...
standing in front of a boy...
asking him to love her.
Good-bye.
Lalu film ditutup dengan sangat manis ketika William menyadari kesalahannya telah menolak Anna. Dia mengejar konferensi pers sebelum Anna meninggalkan London, lalu terjadilah dialog dan adegan yang sangat manis dan mengharukan, bagi saya itu adalah happy ending film terbaik yang pernah saya lihat.
Cinta tidak hanya bisa menyatukan dua golongan yang sepadan, Cinta juga mampu menyatukan dua entitas yang beroposisi. Cinta adalah universal untuk semua manusia yang ingin menjadikannya sumber kebahagiaan. Cinta adalah penyatu segala perbedaan...
Ahfa Rahman
22-09-2014