Seperti memandang peri menyantap masakan di warung kecil
Di keheningan malam dalam hembusan angin yang semilir menyemilir
Ramping dan mungil tubuhnya menyantap lahap sup ayam dan menyeruput tulang-tulangnya
Alunannya menikmati masakan bagai dendangan penuh keindahan, seolah ada seni yang ia ciptakan, Seni menyantap masakan
Malam gelap dan ruak keheningan terkecohkan oleh gaun birunya yang menyinar
Dendangan seni menyantapnya menjadi objek estetis dibelantara lalu lalang jalanan dan kerumunan hiruk terhampar
Tak berhenti tangan kanannya menyendok sup dan menghantarkan ke bibirnya untuk dia cium lalu dikunyah
Bibir yang meliuk dan mengecap indah bagai berdendang melantunkan nada
Pipi-pinya berdendang bergantian mengunyah, bibirnya basah berkilau tersiram sup yang menyegarkan
Tangan kirinya menggenggam erat tulang-tulang ayam, jari-jarinya bersinar basah seperti terceleup belangan emas, wajahnyapun menyumber basah
Sangat lahap, mungkin dia lapar setelah bercengkrama dengan rutinitas harian yang jemu
Barangkali baginya sup itu lezat, terlihat menghayati aliran-aliran sup ayam yang menari nari dalam rongga perasanya
Mungkin dirinya merasa cantik, sehingga lirikan godaan tak pelit ia tebarkan
Akupun beranjak, namun dia mendahuluiku, mungkin dia ingin menunjukkan kejelitaannya, mendendangkan raga yang terselimut jubah biru bersinar
Lalu dia lenyap di kerumunan gelap malam, seperti terbang menyatu dengan semilir angin
Mungkin dia peri khayangan yang bosan dengan masakan istana, mengunjungi bumi bersantap di warung sup ayam
Ahfa Rahman
19-08-2014
Di keheningan malam dalam hembusan angin yang semilir menyemilir
Ramping dan mungil tubuhnya menyantap lahap sup ayam dan menyeruput tulang-tulangnya
Alunannya menikmati masakan bagai dendangan penuh keindahan, seolah ada seni yang ia ciptakan, Seni menyantap masakan
Malam gelap dan ruak keheningan terkecohkan oleh gaun birunya yang menyinar
Dendangan seni menyantapnya menjadi objek estetis dibelantara lalu lalang jalanan dan kerumunan hiruk terhampar
Tak berhenti tangan kanannya menyendok sup dan menghantarkan ke bibirnya untuk dia cium lalu dikunyah
Bibir yang meliuk dan mengecap indah bagai berdendang melantunkan nada
Pipi-pinya berdendang bergantian mengunyah, bibirnya basah berkilau tersiram sup yang menyegarkan
Tangan kirinya menggenggam erat tulang-tulang ayam, jari-jarinya bersinar basah seperti terceleup belangan emas, wajahnyapun menyumber basah
Sangat lahap, mungkin dia lapar setelah bercengkrama dengan rutinitas harian yang jemu
Barangkali baginya sup itu lezat, terlihat menghayati aliran-aliran sup ayam yang menari nari dalam rongga perasanya
Mungkin dirinya merasa cantik, sehingga lirikan godaan tak pelit ia tebarkan
Akupun beranjak, namun dia mendahuluiku, mungkin dia ingin menunjukkan kejelitaannya, mendendangkan raga yang terselimut jubah biru bersinar
Lalu dia lenyap di kerumunan gelap malam, seperti terbang menyatu dengan semilir angin
Mungkin dia peri khayangan yang bosan dengan masakan istana, mengunjungi bumi bersantap di warung sup ayam
Ahfa Rahman
19-08-2014