Iya begitu.., susah mencari kalimat penjelasan untuk menggambarkan
Atau karena terlalu dahsyat menggilakan tak ada narasi mampu menerangkan
Akan susah terimani karena tumpukan derita bertubrukan bagai materi dihantam topan
Akan sukar terbayangkan ketika fakta tak berhenti beterbangan berdramatisasi
Aku ingat ketika kecil aku bodoh dimata sekelilingku
Aku termemori ketika bocah aku tampak berbeda diantara yang periang
Mataku kadang berlinang ketika ruhku menjadi korban kesewenangan
Hatiku kadang meringis tak merasa hidup bermateri berkucukupan
Ragaku kadang terjatuh mendengarkan aneka hidangan cibiran
Jiwaku tak bisa membuatku tenang melintasi sungai kehidupan
Bebanku tak kuasa membuatku cerdas bernalar seperti para petualang ilmu
Kedunguanku tak mampu mengikuti alur berpikir pengetahuan ilmiah
Aku ingat ketika selalu memelajari bagaimana orang berpikir
Aku ingat ketika selalu memaksakan materi-materi bertahan dalam ruang otakku
Aku ingat ketika selalu tida henti mengamati bagaimana sistem dunia berjalan
Aku ingat ketika selalu nekat menjadi orang pintar ketika aku terjajah kebodohan dan kegilaan
Lalu tuhan ternyata sangat nyata dalam keheningan pikiranku
Terbukakan pintu untukku menjadi bagian dari kampus kuning
Hasil perjuangan panjang untuk sebuah awal perjuangan
Aku hanya terpaku diam, seolah melihat cecunguk bodoh berguru dikampus para cendekiawan
Aku disambut pepohonan hijau yang rindang dan sejuk..
Seolah berdiri berderet mengucapkanku “selamat datang”
Selamat atas perjuangan menjadi bagian dari kampus idaman
Selamat atas era baru dinamika perjuangan
Kilau air danau-danau membentuk kristal bening kupandang dari tepian
Hembusan angin mendendangkan daun-daun hijau dibawah langit yang kupandang
Istana-istana pembelajaran menyeruak gagah diantara pelukan kaum nabati
Manganugerahiku fakta keagungan dan kedamaian
Universitas Indonesia
7 agustus 2014
Ahfa Rahman
Atau karena terlalu dahsyat menggilakan tak ada narasi mampu menerangkan
Akan susah terimani karena tumpukan derita bertubrukan bagai materi dihantam topan
Akan sukar terbayangkan ketika fakta tak berhenti beterbangan berdramatisasi
Aku ingat ketika kecil aku bodoh dimata sekelilingku
Aku termemori ketika bocah aku tampak berbeda diantara yang periang
Mataku kadang berlinang ketika ruhku menjadi korban kesewenangan
Hatiku kadang meringis tak merasa hidup bermateri berkucukupan
Ragaku kadang terjatuh mendengarkan aneka hidangan cibiran
Jiwaku tak bisa membuatku tenang melintasi sungai kehidupan
Bebanku tak kuasa membuatku cerdas bernalar seperti para petualang ilmu
Kedunguanku tak mampu mengikuti alur berpikir pengetahuan ilmiah
Aku ingat ketika selalu memelajari bagaimana orang berpikir
Aku ingat ketika selalu memaksakan materi-materi bertahan dalam ruang otakku
Aku ingat ketika selalu tida henti mengamati bagaimana sistem dunia berjalan
Aku ingat ketika selalu nekat menjadi orang pintar ketika aku terjajah kebodohan dan kegilaan
Lalu tuhan ternyata sangat nyata dalam keheningan pikiranku
Terbukakan pintu untukku menjadi bagian dari kampus kuning
Hasil perjuangan panjang untuk sebuah awal perjuangan
Aku hanya terpaku diam, seolah melihat cecunguk bodoh berguru dikampus para cendekiawan
Aku disambut pepohonan hijau yang rindang dan sejuk..
Seolah berdiri berderet mengucapkanku “selamat datang”
Selamat atas perjuangan menjadi bagian dari kampus idaman
Selamat atas era baru dinamika perjuangan
Kilau air danau-danau membentuk kristal bening kupandang dari tepian
Hembusan angin mendendangkan daun-daun hijau dibawah langit yang kupandang
Istana-istana pembelajaran menyeruak gagah diantara pelukan kaum nabati
Manganugerahiku fakta keagungan dan kedamaian
Universitas Indonesia
7 agustus 2014
Ahfa Rahman