Bulanpun terusik jika punguk merindukannya,
Tak rela sepandangpun dia ditatap. Bulan berpaling enggan ketika pasang mata menolehnya
Aku hanyalah pejuang yang bertahan dengan simbahan darahnya
Mencoba menyukai manusia diantara mereka yang adidaya
Rindu tatapan kadang tak tertahan di sanubari pecinta
Menelusuri ruang pandang yang mengantarkanku kepada sosoknya
Mengharap lega menatapi dan meratapi sinar putih wajahnya
Wajah itupun menunduk menepis tak rela dipandangi mata
Ruang benakkupun kaku, ketegangan menyelimutiku
Ungkapan ilmu para guru terlewati oleh penadah keilmuanku
Menerka risih dan usik yang menggenang dalam sanubarinya
Serendah apa aku dalam angka-angka akalnya?, Sehina apa aku dalam hitungan benaknya?
Mungin dia bintang yang malu kepada rekan bintang-bintangnya
Yang memandangi sinarnya hanyalah mata sayu dan raga lusuh marjinal
Subjek nista meng’indah’i objek estetika
Merana, meratap, mengharap derma sang maha Cinta
Ahfa Rahman Syah
18-10-2014
Tak rela sepandangpun dia ditatap. Bulan berpaling enggan ketika pasang mata menolehnya
Aku hanyalah pejuang yang bertahan dengan simbahan darahnya
Mencoba menyukai manusia diantara mereka yang adidaya
Rindu tatapan kadang tak tertahan di sanubari pecinta
Menelusuri ruang pandang yang mengantarkanku kepada sosoknya
Mengharap lega menatapi dan meratapi sinar putih wajahnya
Wajah itupun menunduk menepis tak rela dipandangi mata
Ruang benakkupun kaku, ketegangan menyelimutiku
Ungkapan ilmu para guru terlewati oleh penadah keilmuanku
Menerka risih dan usik yang menggenang dalam sanubarinya
Serendah apa aku dalam angka-angka akalnya?, Sehina apa aku dalam hitungan benaknya?
Mungin dia bintang yang malu kepada rekan bintang-bintangnya
Yang memandangi sinarnya hanyalah mata sayu dan raga lusuh marjinal
Subjek nista meng’indah’i objek estetika
Merana, meratap, mengharap derma sang maha Cinta
Ahfa Rahman Syah
18-10-2014