Seperti rangkaian bunga terbungkus plastik berpita
Selintas seperti melihat pawakanmu, seorang perempuan duduk disana.., dengan cara duduk dan cara senyumnya, cara bersikap kesahajaannya, ramping tubuhnya, dan kaca mata yang menghiasi matanya, semua merepresentasikanmu, membuka memori sudut pandang batinku tentang kejelitaanmu, tentang anggunmu, dan tentang kebesaranmu.
Sejelita itukah...., lagi-lagi tak kutemui kata untuk mewakili kebendaanmu, tak ada lagi ungkapan untuk menjelaskan abstraksi kejelitaanmu, keindahan yang hanya terasa dalam sanubari batin, tak ternilai dan terepresentasi melalui simbol-simbol bahasa, hanya kata “jelita” yang hampir mendekati.
Kusebut saja dikaumu, “jelita” mulai waktu ini, si jelita bersahaja yang pernah menghormatiku dan menyuguhkan perangai meneduhkan.., lalu biarlah pada waktu ini kuagungkan dirimu melebihi batas-batas kemampuan perasaan mengagungkan, lalu kucintai melebihi batas maksimal ketika para hati mencintai, dan perkenankan kuindahi dirimu melebihi dalamnya sebuah dramatisasi, karena kau indah jelita, dari mataku memandang empiris logis, lalu terkonvert oleh hati menuju ruang abstraksi, pemandangan indah yang abstrak..., hanya bahasa batin....
Seperti ku melihat peri berkerudung, yang ramping sekujur tubuhnya, yang terbalut kain rapih berwarna penutup pemanis kepalanya, lalu ada dua bola mata bulat yang terhiasi kaca jernih dan bening, seperti lukisan cahaya yang kau bingkai pigora kaca, lalu sekujur tubuhmu yang kau balut kain-kain sutera sederhana berwarna, yang telah terdesain minimalis oleh seniman-seniman busana surga. dikau seperti serangkai bunga cantik terbungkus plastik berpita.., suatu keindahan yang kau bingkai lagi dengan asesoris,.., cukup indah dirimu dengan ketelanjanganmu, namun kau perindah kembali dengan kemasan penghias.
Pawakanmu, cara dudukmu, caramu tenang, gaya ekspresimu dengan senyum yang tak terlalu mengumbar..., itulah indahmu, jelitamu, dan auramu..., dan pemandangan itulah yang membuat sanubari hati ini mengamini sebuah corak keindahan,
Kausibukkan mata benakku untuk memandang gambaranmu, kau gamangkan pikiranku membayangkan kaharismamu, kau rancukan logikaku untuk menterjemahkan bahasa absrtak keanggunanmu.. , Karena kau maha jelita....
Ahfa Rahman
23-12-2012
Selintas seperti melihat pawakanmu, seorang perempuan duduk disana.., dengan cara duduk dan cara senyumnya, cara bersikap kesahajaannya, ramping tubuhnya, dan kaca mata yang menghiasi matanya, semua merepresentasikanmu, membuka memori sudut pandang batinku tentang kejelitaanmu, tentang anggunmu, dan tentang kebesaranmu.
Sejelita itukah...., lagi-lagi tak kutemui kata untuk mewakili kebendaanmu, tak ada lagi ungkapan untuk menjelaskan abstraksi kejelitaanmu, keindahan yang hanya terasa dalam sanubari batin, tak ternilai dan terepresentasi melalui simbol-simbol bahasa, hanya kata “jelita” yang hampir mendekati.
Kusebut saja dikaumu, “jelita” mulai waktu ini, si jelita bersahaja yang pernah menghormatiku dan menyuguhkan perangai meneduhkan.., lalu biarlah pada waktu ini kuagungkan dirimu melebihi batas-batas kemampuan perasaan mengagungkan, lalu kucintai melebihi batas maksimal ketika para hati mencintai, dan perkenankan kuindahi dirimu melebihi dalamnya sebuah dramatisasi, karena kau indah jelita, dari mataku memandang empiris logis, lalu terkonvert oleh hati menuju ruang abstraksi, pemandangan indah yang abstrak..., hanya bahasa batin....
Seperti ku melihat peri berkerudung, yang ramping sekujur tubuhnya, yang terbalut kain rapih berwarna penutup pemanis kepalanya, lalu ada dua bola mata bulat yang terhiasi kaca jernih dan bening, seperti lukisan cahaya yang kau bingkai pigora kaca, lalu sekujur tubuhmu yang kau balut kain-kain sutera sederhana berwarna, yang telah terdesain minimalis oleh seniman-seniman busana surga. dikau seperti serangkai bunga cantik terbungkus plastik berpita.., suatu keindahan yang kau bingkai lagi dengan asesoris,.., cukup indah dirimu dengan ketelanjanganmu, namun kau perindah kembali dengan kemasan penghias.
Pawakanmu, cara dudukmu, caramu tenang, gaya ekspresimu dengan senyum yang tak terlalu mengumbar..., itulah indahmu, jelitamu, dan auramu..., dan pemandangan itulah yang membuat sanubari hati ini mengamini sebuah corak keindahan,
Kausibukkan mata benakku untuk memandang gambaranmu, kau gamangkan pikiranku membayangkan kaharismamu, kau rancukan logikaku untuk menterjemahkan bahasa absrtak keanggunanmu.. , Karena kau maha jelita....
Ahfa Rahman
23-12-2012