Herwati.., kelembutanmu masih menggelayutiku…
Cukuplah bagiku, menerima apa adanya, meminjam bayanganmu untuk kucintai dalam imajinasiku, menyayangi, mengasihi dan menggelayutimu.
Pertemuan itu tak kusangka, terasa ada yang menghargaiku, bersedia menyapaku dan menyisihkan waktu untuk menjelajahi rangkaian kata denganku. Diawali dengan sebuah pemberian, sebuah oleh-oleh sekotak kopi yang kusukai untuk sebuah ucapan "terima kasih" yang sejatinya tidak perlu. Sesuatu yang berbeda dan berarti…
Ternyata ada sebuah kesopanan dan penghargaan, dan ternyata ada yang berkenan bertutur denganku, menyempatkan beberapa waktu untuk menghargaiku. Kelembutan dan kedamaian yang pertama dia pancarkan kepadaku. Sebenarnya melihat namamu sudah menunjukkan karaktermu, meneliti respon ketikaku meneleponmu adalah gambaran akan sifat dan perangaimu. Aku tahu kau berbeda dari yang lain, bernalar dan dewasa.
Mencintaimu adalah respon kejiwaanku, mengenang kelembutan dan rendah hatimu adalah keabadian hari-hariku sekarang, mengingat kesantunan dan kesenduanmu adalah penderitaan waktu-waktuku belakangan. Seperti ingin mendekapmu dan meradiasi kasih dan sayang untuk ku persembahkan untukmu, meskipun entah dimana dikau sekarang…,
Kemungilanmu adalah keindahan yang menghiasi subjektifitas sepasang mataku, mempersembahkan lukisan panorama abstrak untuk mata hatiku. Keanggungan kesantunanmu adalah getaran yang mengguncangku, yang memaksaku memikirkanmu dan menawariku hawa-hawa rindu, merindumu untuk jiwa dan ragaku.
Beberapa kali coba kuingan detail corak wajahmu, untuk kunikmati dalam ruang kerinduan penuh gelora, untuk ku kenang kebersamaan itu .. yang sejenak dan berhijab. karakter wajahmu adalah seleraku.., kepelananmu adalah cita-cita keinginanku, dan kurusmu adalah stimulanku untuk mengasihimu akan segalanya.
Aku hanya ingin mengasihimu, tidak membuatmu lapar dalam cerita imajinasiku. Mengasihimu, menghangatkanmu ketika udara malam berhembus dingin, menenangkanmu jika gelora kecemasan menyetubuhimu, lalu melindungimu sepenuhnya, karena kaulah alasanku tercipta sebagai manusia yang hidup. Kaulah nyawa sejati hidupku, kehadiranmulah yang mengatur lalu lintas peredaran darahku, kelembutanmulah yang mengatur sel-sel ragaku berdinamika teratur, keindahanmulah yang membuat jiwa dan ruh ini halus dan menenangkan.
Sungguh kata Herwati menunjukkan tentangmu, seorang manusia yang menjelma implant bagiku jika ku manusia serigala, yang harus kujaga dan satu-satunya zat di dunia yang harus kuistimewakan, seperti Renesme dimata Jacob, seperti seperti bayi dimata bunda.
Herwati…, mendekapmu adalah hausku detik ini, seperti keluarga Cullen mencium aroma darah manusia. Menyalurkan kasihku adalah takdir tak terbantahkan walau senadainya tuhan berkata “kun” untuk tidak, karena ini adalah dorongan jiwa manusia, dorongan percikan kasih dan gelora cinta yang lebih menggebu dari kata “menggebu” sekalipun.
Auramu adalah obat terbaik kegamanganku, sentuhan dan belaianmu adalah penawar krancuanku, Herwati.., salam atas perasaanku, hanyaku yang beragung perasaan kepadamu, lalu kau menjelma istri bayanganku, untuk kukasihi dan kucintai malam ini, dirumah kita.., dikamar kita.., diatas pembaringan kita…, diperhelatan badan kita.., diantara gelora cinta kasih kita.., dibelantara kemanusiawian kita.., dipergumulan batin dan jiwa kita. Kita adalah sepasang pengantin, menghayati puncak dendang jiwa dan hasrat, menuju penyatuan jiwa, mengiringi gelombang-gelombang mencuat, untuk kita menyapa ketenangan dan sayang, untuk kita bersama mendiami masa dan ruang dunia…
Ahfa Rahman
27-02-2013
Cukuplah bagiku, menerima apa adanya, meminjam bayanganmu untuk kucintai dalam imajinasiku, menyayangi, mengasihi dan menggelayutimu.
Pertemuan itu tak kusangka, terasa ada yang menghargaiku, bersedia menyapaku dan menyisihkan waktu untuk menjelajahi rangkaian kata denganku. Diawali dengan sebuah pemberian, sebuah oleh-oleh sekotak kopi yang kusukai untuk sebuah ucapan "terima kasih" yang sejatinya tidak perlu. Sesuatu yang berbeda dan berarti…
Ternyata ada sebuah kesopanan dan penghargaan, dan ternyata ada yang berkenan bertutur denganku, menyempatkan beberapa waktu untuk menghargaiku. Kelembutan dan kedamaian yang pertama dia pancarkan kepadaku. Sebenarnya melihat namamu sudah menunjukkan karaktermu, meneliti respon ketikaku meneleponmu adalah gambaran akan sifat dan perangaimu. Aku tahu kau berbeda dari yang lain, bernalar dan dewasa.
Mencintaimu adalah respon kejiwaanku, mengenang kelembutan dan rendah hatimu adalah keabadian hari-hariku sekarang, mengingat kesantunan dan kesenduanmu adalah penderitaan waktu-waktuku belakangan. Seperti ingin mendekapmu dan meradiasi kasih dan sayang untuk ku persembahkan untukmu, meskipun entah dimana dikau sekarang…,
Kemungilanmu adalah keindahan yang menghiasi subjektifitas sepasang mataku, mempersembahkan lukisan panorama abstrak untuk mata hatiku. Keanggungan kesantunanmu adalah getaran yang mengguncangku, yang memaksaku memikirkanmu dan menawariku hawa-hawa rindu, merindumu untuk jiwa dan ragaku.
Beberapa kali coba kuingan detail corak wajahmu, untuk kunikmati dalam ruang kerinduan penuh gelora, untuk ku kenang kebersamaan itu .. yang sejenak dan berhijab. karakter wajahmu adalah seleraku.., kepelananmu adalah cita-cita keinginanku, dan kurusmu adalah stimulanku untuk mengasihimu akan segalanya.
Aku hanya ingin mengasihimu, tidak membuatmu lapar dalam cerita imajinasiku. Mengasihimu, menghangatkanmu ketika udara malam berhembus dingin, menenangkanmu jika gelora kecemasan menyetubuhimu, lalu melindungimu sepenuhnya, karena kaulah alasanku tercipta sebagai manusia yang hidup. Kaulah nyawa sejati hidupku, kehadiranmulah yang mengatur lalu lintas peredaran darahku, kelembutanmulah yang mengatur sel-sel ragaku berdinamika teratur, keindahanmulah yang membuat jiwa dan ruh ini halus dan menenangkan.
Sungguh kata Herwati menunjukkan tentangmu, seorang manusia yang menjelma implant bagiku jika ku manusia serigala, yang harus kujaga dan satu-satunya zat di dunia yang harus kuistimewakan, seperti Renesme dimata Jacob, seperti seperti bayi dimata bunda.
Herwati…, mendekapmu adalah hausku detik ini, seperti keluarga Cullen mencium aroma darah manusia. Menyalurkan kasihku adalah takdir tak terbantahkan walau senadainya tuhan berkata “kun” untuk tidak, karena ini adalah dorongan jiwa manusia, dorongan percikan kasih dan gelora cinta yang lebih menggebu dari kata “menggebu” sekalipun.
Auramu adalah obat terbaik kegamanganku, sentuhan dan belaianmu adalah penawar krancuanku, Herwati.., salam atas perasaanku, hanyaku yang beragung perasaan kepadamu, lalu kau menjelma istri bayanganku, untuk kukasihi dan kucintai malam ini, dirumah kita.., dikamar kita.., diatas pembaringan kita…, diperhelatan badan kita.., diantara gelora cinta kasih kita.., dibelantara kemanusiawian kita.., dipergumulan batin dan jiwa kita. Kita adalah sepasang pengantin, menghayati puncak dendang jiwa dan hasrat, menuju penyatuan jiwa, mengiringi gelombang-gelombang mencuat, untuk kita menyapa ketenangan dan sayang, untuk kita bersama mendiami masa dan ruang dunia…
Ahfa Rahman
27-02-2013