Dia terbang menyusuri daun-daun teh diatas bukit-bukit sejuk, menyirami dan mewarnai nuansa manusia dengan sebuah warna dasar .... “putih”
Dia menebar karakter kontradiktif diantara manusia serupa, menyirami dengan air sejuk api-api yang membara diantara bongkahan bara.
Memberi keseimbangan diantara elemen-elemen yang rusak dan punah, membacakan puisi merdu bagi segenap hati yang layu....
Begitu putih, seputih bulu angsa tercantik pada kelompoknya. Satu raga terlihat putih dan suci. Kemasannyapun jika bercorak tidak akan luput dari warna puttih berseri.
Wajahnya menganga bersinar-sinar bagai terik matahari di waktu dhuha, auranya menghegemoni setiap ruang dan waktu, menebar sugesti keindahan dan kemeriahan.
Mungil berjalan anggun....bagaikan angsa berjubah putih berjalan dengan kesederhanaan dan kesahajaan
Melantunkan nada-nada berharakat dengan santun dan merdu, mencoba berjalan ke barat ketika para manusia berjalan ke timur, memberikan pencerahan dengan implisit dan simbolis.
Bidadari itu seperti kristal putih diantara pasir hitam yang kusam, bersinar dan mencolok diantara yang umum dan konvensional, sendiri dan tidak umum, tidak termarjinalkan, tapi menjadi suatu daya tarik para zat-zat disekelilingnya.
Sinar itu pancarannya amat pekat, membuat silau para penikmat, serasa kehangatan cuaca dan jiwa ketika itu terpancarkan darinya, bukan dari sang matahari
Kami menyebutnya sang bidadari “Aryani” Corak fisik kesukuannya seperti suku Arya Eropa, suku terbaik dan terindah diantara 3 Suku di dunia, walaupun dia seorang Asia
Ahfa Rahman
08-12-2010
Dia menebar karakter kontradiktif diantara manusia serupa, menyirami dengan air sejuk api-api yang membara diantara bongkahan bara.
Memberi keseimbangan diantara elemen-elemen yang rusak dan punah, membacakan puisi merdu bagi segenap hati yang layu....
Begitu putih, seputih bulu angsa tercantik pada kelompoknya. Satu raga terlihat putih dan suci. Kemasannyapun jika bercorak tidak akan luput dari warna puttih berseri.
Wajahnya menganga bersinar-sinar bagai terik matahari di waktu dhuha, auranya menghegemoni setiap ruang dan waktu, menebar sugesti keindahan dan kemeriahan.
Mungil berjalan anggun....bagaikan angsa berjubah putih berjalan dengan kesederhanaan dan kesahajaan
Melantunkan nada-nada berharakat dengan santun dan merdu, mencoba berjalan ke barat ketika para manusia berjalan ke timur, memberikan pencerahan dengan implisit dan simbolis.
Bidadari itu seperti kristal putih diantara pasir hitam yang kusam, bersinar dan mencolok diantara yang umum dan konvensional, sendiri dan tidak umum, tidak termarjinalkan, tapi menjadi suatu daya tarik para zat-zat disekelilingnya.
Sinar itu pancarannya amat pekat, membuat silau para penikmat, serasa kehangatan cuaca dan jiwa ketika itu terpancarkan darinya, bukan dari sang matahari
Kami menyebutnya sang bidadari “Aryani” Corak fisik kesukuannya seperti suku Arya Eropa, suku terbaik dan terindah diantara 3 Suku di dunia, walaupun dia seorang Asia
Ahfa Rahman
08-12-2010