To : God
At : Arsy
Aku mendalami pelajaran panjang tentang potensi hati dan perasaaan, akupun telah menelaah teori-teori cinta dan asmara beserta implikasi positif dan negatifnya. serasa pernah aku menemukan objek kajian yang amat tepat. objek kajian yang akan membawaku lebih dalam memahami asmara dan memberiku dua kemungkinan rasa hati, bahagia atau tersiksa......
Tuhan! engkau dimataku begitu picik dengan membiarkan qolbu ini merekah dengan seseorang pujaannya. Karena pada asalnya cinta sejati pernikahan telah digariskan olehnya dan sungguh tidak bisa ditawar. Banyak para pemilik qalbu jatuh tumbang berserakan kehilangan harapan. Ada juga diantara mereka yang lumpuh total secara psikis meratapi hilangnya puncak kebahagiaan, bahkan tidak sedikit dari mereka kehilangan bekal meneruskan perjalanan hidup yang amat sangat melelahkan hati. Aku berdoapun engkau terkesan apatis dan enggan, mungkin engkau tahu aku terlalu mendramartisir objek kajianku kearah positif, tapi bukanlah dramatisasi adalah bumbu cinta yang paling sempurna. Aku belum menemukan kesimpulan akhir dari fenomena ini, kadangpun muncul pertanyaan-pertanyaan yang barangkali kedepan akan menjadi rumusan masalah. “Apa berat bagimu merelakan sepasang qolbu yang beri’tikad baik serta memberikan ridho dan kebaikan”. Harus demikian karena potensi negatif cinta bagi sebagian orang amat berimplikasi pada perjalanan hidupnya kedepan. Wahai sang pencipta hati…. Jika engkau apatis.. kepada siapa lagi aku berkeluh kesah… apakah engkau rela dan ridho aku bersandar pada zat lain.
Kalau masalah ini final…. tidak akan berkeringat satu tetespun jika engkau memberikan solusi dan alaternatif lain……. Jika engkau berkehendak ambilah hidupku dan perkenankanlah aku merasakan cinta dan kasih sayang dengan bidadari ciptaanmu walau sejenak, karena itulah kebutuhan spritualku yang belum pernah aku teguk sepanjang hidupku. Setelah itu silahkan kau lempar aku ke danau api untuk menebus segala dosa-dosaku. Aku memohon dengan jaminan nyawa ini.…….. “lakukanlah sesuatu untuk hatiku………”
Earth, 2010
Ahfa Syach
At : Arsy
Aku mendalami pelajaran panjang tentang potensi hati dan perasaaan, akupun telah menelaah teori-teori cinta dan asmara beserta implikasi positif dan negatifnya. serasa pernah aku menemukan objek kajian yang amat tepat. objek kajian yang akan membawaku lebih dalam memahami asmara dan memberiku dua kemungkinan rasa hati, bahagia atau tersiksa......
Tuhan! engkau dimataku begitu picik dengan membiarkan qolbu ini merekah dengan seseorang pujaannya. Karena pada asalnya cinta sejati pernikahan telah digariskan olehnya dan sungguh tidak bisa ditawar. Banyak para pemilik qalbu jatuh tumbang berserakan kehilangan harapan. Ada juga diantara mereka yang lumpuh total secara psikis meratapi hilangnya puncak kebahagiaan, bahkan tidak sedikit dari mereka kehilangan bekal meneruskan perjalanan hidup yang amat sangat melelahkan hati. Aku berdoapun engkau terkesan apatis dan enggan, mungkin engkau tahu aku terlalu mendramartisir objek kajianku kearah positif, tapi bukanlah dramatisasi adalah bumbu cinta yang paling sempurna. Aku belum menemukan kesimpulan akhir dari fenomena ini, kadangpun muncul pertanyaan-pertanyaan yang barangkali kedepan akan menjadi rumusan masalah. “Apa berat bagimu merelakan sepasang qolbu yang beri’tikad baik serta memberikan ridho dan kebaikan”. Harus demikian karena potensi negatif cinta bagi sebagian orang amat berimplikasi pada perjalanan hidupnya kedepan. Wahai sang pencipta hati…. Jika engkau apatis.. kepada siapa lagi aku berkeluh kesah… apakah engkau rela dan ridho aku bersandar pada zat lain.
Kalau masalah ini final…. tidak akan berkeringat satu tetespun jika engkau memberikan solusi dan alaternatif lain……. Jika engkau berkehendak ambilah hidupku dan perkenankanlah aku merasakan cinta dan kasih sayang dengan bidadari ciptaanmu walau sejenak, karena itulah kebutuhan spritualku yang belum pernah aku teguk sepanjang hidupku. Setelah itu silahkan kau lempar aku ke danau api untuk menebus segala dosa-dosaku. Aku memohon dengan jaminan nyawa ini.…….. “lakukanlah sesuatu untuk hatiku………”
Earth, 2010
Ahfa Syach