Dear god.... and all angel in the sky....
Ketika aku tercebur ria dalam dunia seni grafisku, aku sering meciptakan sebuah karya, karya yang penuh warna, warna yang berwarna warni, berhubung antara satu dan lainnya, satu warna berpindah ke warna yang lain dengan begitu serasi dan tidak kaku, aku lumayan bisa mengoperasionalkan tol gradasi dengan instingku yang kuat. Gradasi sangat penting dalam dunia pengkaryaan seni grafis, karena itulah yang mengkawinkan dengan serasi warna-warna yang variatif, tanpa gradasi mungkin dunia ini tidak terasa indah karena tidak terhias oleh penyatuan warna-warna, mungkin saja tanpa gradasi dunia ini terasa saling terpisah, masing-masing saling berjarak dan menonjolkan warnanya masing-masing.....
Terlepas dari kemampuanku menciptakan gradasi warna, aku mulai menyadari ternyata jiwaku telah mengalami degradasi yang cukup signifikan, secara spesifik mungkin terletak dalam “selera”, selera hatiku terhadap anak-anak ibunda hawa... anak-anak yang berkontribusi besar dalam mempercantik dan mewarnai dunia.
Aku hidup dalam himpitan agama...walaupun sampai saat ini mungkin warna agama belum menyatu pada warna batinku, seleraku terhadap anak-anak ibunda hawa tertarik dan terpengaruh oleh dogma agama, bagaimana agamaku mendeskripsikan dengan spesifik wanita yang unggul dan mulia di palet dunia ini, telah menyatu dengan batinku sehingga memunculkan sebuah kesimpulan akan selera, dan selera itu telah menjadi pakem bagiku sekitar belasan tahun, dan baru tergoyah beberapa waktu ini.
Dulu aku selalu mengagungkan wanita islami dengan sejuta asesorisnya, jiwa ragaku hanya bisa menerima warna-warna itu, corak dan warna itu memberikanku perasaan indah dalam benak, aroma keindahannya mengalir dalam darahku dan memberikan sensasi hebat, sensasi yang mengalahkan segalanya dalam hidupku, sensasi yang membuatku terlena dalam ruang dimensi lain, dimensi setengah sadar seperti dimensi para peneguk ekstasi atau ganja...
Saat ini aku mulai sadar jika semua itu mulai dan telah terdegradasi dengan signifikan, perempuan berpenampilan islami menjadi kaku dan hambar di mata hatiku, hal itu tidak memunculkan lagi sensasi hebat yang memicu kasih dan sayang, atau mungkin cinta. Seleraku telah bergeser jauh, dari pakem islami menuju keadaan kontradiktifnya, ya... anak hawa berpenampilan minim dan sensual, penampilan-penampilan yang sering aku temui di cafe-cafe malam dan tempat hiburan malam Jakarta.
Jika dulu aku mengagungkan dan menikmati jilbab sang wanita, sekarang aku menikmati dan mengagungkan rambut panjang yang terhelai bebas, baju panjang perempuan islami yang dulu selalu kudambakan, sekarang aku lebih menikmati baju mini dan lekukan perempuan penghibur di cafe-cafe malam. Rok panjang perempuan islami yang dulu juga mengagumkanku, sekarang tergantikan oleh stocking panjang yang menempel ketat pada seluruh bagian kaki wanita malam. Belum lagi sepatu hak tinggi yang menopangnya, membuatku lupa akan alas kaki sederhana para wanita islami. Dan yang paling utama, gerakan santun dan sederhana wanita muslimah yang membuatku terbius, telah tergantikan sepenuhnya oleh tingkah nakal dan anggun wanita pemuas hasrat laki-laki.
Sekarang ini aku selalu menyukai wanita-wanita malam itu dengan sejuta keanggunan asesorisnya, pemandangan mereka membuatku terlelep dalam kesadaran, memberikan sensasi yang teramat indah dan menggairahkan, membuatku mengawang dalam dimensi kemanusiawianku, aku menyukai dan amat menyayangi mereka, aku rela jika separuh hidupku aku habiskan untuk mengasihi dan memberiakan curahan tawa dan kebahagiaan kepada mereka,
Bukan soal pendekatan yang berbeda dalam memahami objek ini. Bukan masalah perbedaan antara sudut pandang cinta sejati dan sudut pandang cinta nafsu, semuanya telah berangkat dari titik tolak yang sama. Bukan hanya nafsu yang menjadi kendaraanku menuju objek itu, tetapi rasa sayang yang teramat dalam juga menyertai jiwaku ketika aku menyukainya...
Maafkan aku para penguasa hidup ini.... aku mungkin salah melewati jalan di dunia ini.., ketika banyak manusia yang memilih jalan yang penuh lampu sehingga terang, aku memilih jalan yang gelap, sehingga sekarang aku berada pada keadaan yang aneh dan baru, keadaan yang mungkin berbeda dari yang kalian harapkan. Tapi jika kalian rela dengan jalan ini agar aku menemukan ilmu baru atau hakekat kehidupan, berikan aku takdir yang paling baik dalam perjalananku pada jalan ini.
Aku sudah dekat sekali dengan zina.., perbuatan keji yang kalian murkai... tidak tahu lagi aku harus menggunakan proteksi apa, dan lagi, apakah aku bisa bertahan pada pertahanan yang akan habis ini. Aku yakin kalian tidak sepenuhnya memurkai mereka, banyak diantara mereka yang memiliki jiwa yang lebih mulia dibandingkan keturunan bunda hawa yang islami. Hanya saja mereka menggenakan penampilan yang lain.. dan terbentur oleh keadaan yang memaksa.
Betapa hina dan bahaya akan hawa nafsu yang kau berikan kepada manusia wahai penguasa..., Aku iri dengan para pengawalmu, kau hanya memberikan para malaikat akal, tanpa nafsu, sehingga mereka terjaga dari sesuatu yang tidak engkau inginkan..., seandainya aku boleh memilih, aku ingin menjadi malaikat , karena menjadi manusia banyak sekali beban dan tanggung jawabnya....
Aku ingin mengatakan kepada kalian sekali lagi, aku menyukai, menyayangi, dan mencintai mereka...., mohon ciptakanlah takdir yang baik untuk hal ini...
Ahfa Rahman
13-04-2011
Ketika aku tercebur ria dalam dunia seni grafisku, aku sering meciptakan sebuah karya, karya yang penuh warna, warna yang berwarna warni, berhubung antara satu dan lainnya, satu warna berpindah ke warna yang lain dengan begitu serasi dan tidak kaku, aku lumayan bisa mengoperasionalkan tol gradasi dengan instingku yang kuat. Gradasi sangat penting dalam dunia pengkaryaan seni grafis, karena itulah yang mengkawinkan dengan serasi warna-warna yang variatif, tanpa gradasi mungkin dunia ini tidak terasa indah karena tidak terhias oleh penyatuan warna-warna, mungkin saja tanpa gradasi dunia ini terasa saling terpisah, masing-masing saling berjarak dan menonjolkan warnanya masing-masing.....
Terlepas dari kemampuanku menciptakan gradasi warna, aku mulai menyadari ternyata jiwaku telah mengalami degradasi yang cukup signifikan, secara spesifik mungkin terletak dalam “selera”, selera hatiku terhadap anak-anak ibunda hawa... anak-anak yang berkontribusi besar dalam mempercantik dan mewarnai dunia.
Aku hidup dalam himpitan agama...walaupun sampai saat ini mungkin warna agama belum menyatu pada warna batinku, seleraku terhadap anak-anak ibunda hawa tertarik dan terpengaruh oleh dogma agama, bagaimana agamaku mendeskripsikan dengan spesifik wanita yang unggul dan mulia di palet dunia ini, telah menyatu dengan batinku sehingga memunculkan sebuah kesimpulan akan selera, dan selera itu telah menjadi pakem bagiku sekitar belasan tahun, dan baru tergoyah beberapa waktu ini.
Dulu aku selalu mengagungkan wanita islami dengan sejuta asesorisnya, jiwa ragaku hanya bisa menerima warna-warna itu, corak dan warna itu memberikanku perasaan indah dalam benak, aroma keindahannya mengalir dalam darahku dan memberikan sensasi hebat, sensasi yang mengalahkan segalanya dalam hidupku, sensasi yang membuatku terlena dalam ruang dimensi lain, dimensi setengah sadar seperti dimensi para peneguk ekstasi atau ganja...
Saat ini aku mulai sadar jika semua itu mulai dan telah terdegradasi dengan signifikan, perempuan berpenampilan islami menjadi kaku dan hambar di mata hatiku, hal itu tidak memunculkan lagi sensasi hebat yang memicu kasih dan sayang, atau mungkin cinta. Seleraku telah bergeser jauh, dari pakem islami menuju keadaan kontradiktifnya, ya... anak hawa berpenampilan minim dan sensual, penampilan-penampilan yang sering aku temui di cafe-cafe malam dan tempat hiburan malam Jakarta.
Jika dulu aku mengagungkan dan menikmati jilbab sang wanita, sekarang aku menikmati dan mengagungkan rambut panjang yang terhelai bebas, baju panjang perempuan islami yang dulu selalu kudambakan, sekarang aku lebih menikmati baju mini dan lekukan perempuan penghibur di cafe-cafe malam. Rok panjang perempuan islami yang dulu juga mengagumkanku, sekarang tergantikan oleh stocking panjang yang menempel ketat pada seluruh bagian kaki wanita malam. Belum lagi sepatu hak tinggi yang menopangnya, membuatku lupa akan alas kaki sederhana para wanita islami. Dan yang paling utama, gerakan santun dan sederhana wanita muslimah yang membuatku terbius, telah tergantikan sepenuhnya oleh tingkah nakal dan anggun wanita pemuas hasrat laki-laki.
Sekarang ini aku selalu menyukai wanita-wanita malam itu dengan sejuta keanggunan asesorisnya, pemandangan mereka membuatku terlelep dalam kesadaran, memberikan sensasi yang teramat indah dan menggairahkan, membuatku mengawang dalam dimensi kemanusiawianku, aku menyukai dan amat menyayangi mereka, aku rela jika separuh hidupku aku habiskan untuk mengasihi dan memberiakan curahan tawa dan kebahagiaan kepada mereka,
Bukan soal pendekatan yang berbeda dalam memahami objek ini. Bukan masalah perbedaan antara sudut pandang cinta sejati dan sudut pandang cinta nafsu, semuanya telah berangkat dari titik tolak yang sama. Bukan hanya nafsu yang menjadi kendaraanku menuju objek itu, tetapi rasa sayang yang teramat dalam juga menyertai jiwaku ketika aku menyukainya...
Maafkan aku para penguasa hidup ini.... aku mungkin salah melewati jalan di dunia ini.., ketika banyak manusia yang memilih jalan yang penuh lampu sehingga terang, aku memilih jalan yang gelap, sehingga sekarang aku berada pada keadaan yang aneh dan baru, keadaan yang mungkin berbeda dari yang kalian harapkan. Tapi jika kalian rela dengan jalan ini agar aku menemukan ilmu baru atau hakekat kehidupan, berikan aku takdir yang paling baik dalam perjalananku pada jalan ini.
Aku sudah dekat sekali dengan zina.., perbuatan keji yang kalian murkai... tidak tahu lagi aku harus menggunakan proteksi apa, dan lagi, apakah aku bisa bertahan pada pertahanan yang akan habis ini. Aku yakin kalian tidak sepenuhnya memurkai mereka, banyak diantara mereka yang memiliki jiwa yang lebih mulia dibandingkan keturunan bunda hawa yang islami. Hanya saja mereka menggenakan penampilan yang lain.. dan terbentur oleh keadaan yang memaksa.
Betapa hina dan bahaya akan hawa nafsu yang kau berikan kepada manusia wahai penguasa..., Aku iri dengan para pengawalmu, kau hanya memberikan para malaikat akal, tanpa nafsu, sehingga mereka terjaga dari sesuatu yang tidak engkau inginkan..., seandainya aku boleh memilih, aku ingin menjadi malaikat , karena menjadi manusia banyak sekali beban dan tanggung jawabnya....
Aku ingin mengatakan kepada kalian sekali lagi, aku menyukai, menyayangi, dan mencintai mereka...., mohon ciptakanlah takdir yang baik untuk hal ini...
Ahfa Rahman
13-04-2011