Kalau tuhan maha pencipta segalanya, maka aku adalah maha pencipta dunia fiksi, dunia konsep… , dunia yang hanya aku nikmati sendiri, abstrak bagi orang lain…..
Jika tuhan mampu menciiptakan kawasan Kashmir yang dijuluki atap dunia karena keindahannya, aku mampu menciptakan cerita asmara yang terlalu dramatis dan memberikan ilusi kelezatan jiwa, cerita dan konsep yang tuhanpun sulit mewujudkannya dalam realitas nyata, mungkin karena konsepku terlalu amat perfeksionis dan terlalu maha indah, tanpa menyertakan fakta-fakta kekurangan di dunia yang meski menghinggapi lika-liku fenomena kehidupan, atau mungkin konsep atau cerita fiksik telah mendekati keindahan surga, sehingga terlarang terwujud di dunia, dan hanya boleh terwujud di surga kelak.
Cerita dan konsep fiksi dari insan yang terlalu mendewakan asmara, kelumpuhan yang tetap membiarkan matanya melihat agungnya asmara dengan interpretasi dan ekspektasi yang berlebihan, cinta yang dilihat dari sudut pandang yang terlalu lugu, menyingkirkan fakta-fakta negatif kehidupan. Atau bisa diibaratkan seorang gelandangan yang teramat miskin, tidak pernah makan kecuali nasi sisa di tong sampah dan makanan basi, suatu saat dia melihat iklan nasi goreng special, bertahun-tahun dia mengandaikan keistimewaan dan kelezatan makanan tersebut tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatifnya, yang dia pikirkan hanya kelezatannya saja, tanpa memikirkan barangkali saja terdapat cabai yang pedas, garam menggumpal, atau barangkali telah tertaburi racun. Apalagi jika dia memiliki bakat cita rasa yang tinggi, barangkali perenungannya akan lebih ekstrim pada makanan itu.
Ibarat itu mungkin tidak logis, tetapi jika sedikit dipaksakan, itu menggambarkan keadaan diriku terhadap asmara, asmara yang aku interpretasikan kenikmatannya melebihi sejuta estetika, karena terpaksa hanya mengandalkan fiksi, tidak berani dan tidak merasa mampu terjun dalam realitas asmara, untuk mengetahui keadaan sebenarnya, dunia fiksi yang terus menerus melewati batas toleransi sehingga tercipta kesenjangan dan kontradiksi antara angan dan realitas.
Ahfa Rahman
14-07-2010
Jika tuhan mampu menciiptakan kawasan Kashmir yang dijuluki atap dunia karena keindahannya, aku mampu menciptakan cerita asmara yang terlalu dramatis dan memberikan ilusi kelezatan jiwa, cerita dan konsep yang tuhanpun sulit mewujudkannya dalam realitas nyata, mungkin karena konsepku terlalu amat perfeksionis dan terlalu maha indah, tanpa menyertakan fakta-fakta kekurangan di dunia yang meski menghinggapi lika-liku fenomena kehidupan, atau mungkin konsep atau cerita fiksik telah mendekati keindahan surga, sehingga terlarang terwujud di dunia, dan hanya boleh terwujud di surga kelak.
Cerita dan konsep fiksi dari insan yang terlalu mendewakan asmara, kelumpuhan yang tetap membiarkan matanya melihat agungnya asmara dengan interpretasi dan ekspektasi yang berlebihan, cinta yang dilihat dari sudut pandang yang terlalu lugu, menyingkirkan fakta-fakta negatif kehidupan. Atau bisa diibaratkan seorang gelandangan yang teramat miskin, tidak pernah makan kecuali nasi sisa di tong sampah dan makanan basi, suatu saat dia melihat iklan nasi goreng special, bertahun-tahun dia mengandaikan keistimewaan dan kelezatan makanan tersebut tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatifnya, yang dia pikirkan hanya kelezatannya saja, tanpa memikirkan barangkali saja terdapat cabai yang pedas, garam menggumpal, atau barangkali telah tertaburi racun. Apalagi jika dia memiliki bakat cita rasa yang tinggi, barangkali perenungannya akan lebih ekstrim pada makanan itu.
Ibarat itu mungkin tidak logis, tetapi jika sedikit dipaksakan, itu menggambarkan keadaan diriku terhadap asmara, asmara yang aku interpretasikan kenikmatannya melebihi sejuta estetika, karena terpaksa hanya mengandalkan fiksi, tidak berani dan tidak merasa mampu terjun dalam realitas asmara, untuk mengetahui keadaan sebenarnya, dunia fiksi yang terus menerus melewati batas toleransi sehingga tercipta kesenjangan dan kontradiksi antara angan dan realitas.
Ahfa Rahman
14-07-2010