Ketika senja mulai menutup kebersamaan kami dalam ruang terang dan panjang, akhir ini adalah masanya airmata dan ekspresi hati memainkan perannya. Terbersit utopia kembali kepada masa sebelumnya, awal dimana kita baru saling mengenal.. mengandai kami bisa bersikap lebih baik dan mengantisipasi sebuah penyesalan. Kami hanyalah manusia yang dititipi perasaan oleh sang maha kuasa, dan ialah yang memainkan sepenuhnya. Kami melewati sebuah kesempatan bersama dengan ego-ego dan kepentingan2 kami, untuk sesuatu yang semu dan jauh dari etika normanya.
Kami bertemu disebuah persimpangan ketika dulu kita pernah bepapasan di persimpangan pula, lalu jalan berbeda memisahkan kami untuk menyusuri suratan takdir hidup kami masing2, setelah bertahun kami berjalan, kami bertemu di sebuah persimpangan lagi, kami menyengajakan bersitirahat lebih lama dalam persimpangan itu, banyak cerita dan kenangan telah terukir dalam persimpangan itu, sebuah masa dan ruang dimana kita bersua dan bercengkerama, melepaskan rindu dan ekspresi hati jiwa kami, sebuah masa dan ruang yang kami menyadarinya hanya sementara, dan kami sadar suatu saat kami harus melanjutkan kembali perjalanan kami.
Tanpa rasa dan cinta kunikmati cintanya yang begitu menggelora, ku ikuti dimana dentuman dan desahannya membahana, kudengar dan kupelajari pengalaman hidupnya, kusandari pelukannya yang begitu lembut dan menentramkan. Kami jalani masa sementara ini dengan indah walau kadang duri2 tajam harus kami lepas dari kulit2 raga kami. Kami memainkan sebuah hubungan tak berdefinisi, hubungan yang lebih erat dari hubungan asmara, hubungan yang lebih ekstrim dari rumah tangga, kami bertemu di sebuah titik bersenyawa cinta dan kesendirian, kami bergulat intim dan hangat dalam ruang waktu itu. aku menyebutnya “ada hubungan lain selain cinta”
Sangat kucintai jiwanya, tidak selebihnya.., jiwa ini lah yang selalu kuimpikan dari pengembaraanku menyisir belahan jiwa, namun raga dan identitasnya membuatku tersungkur tak berdaya.. alangkah berliku pejalanan cintaku.. kebimbangan dan kerumitan apalagi yang harus aku hadapi. Dia sangat mencintaiku sepenuh hatinya, dia nikmati diriku selagi kami berada dalam ruang dan masa yang sama, keberadaanku adalah sementara baginya dan dia tahu aku akan pergi secepatnya, dia menahanku, memperlambatku, dan melobi kesadaranku.
Aku menikmati kebaikannya, ketulusannya, pengorbanannya dan segala kepeduliannya terhadap hidupku yang lusuh, namun tetap saja tidak mengembang rasa cinta dan sayang dari hati dan sanubariku yang beku. Aku menjalaninya saja, biarkan ragaku dinikmati dan melayani jiwanya.
Lama kami bersua dalam tiga jenis simbiosis, Terkadang aku beruntung dia merugi kadangpun berbalik aku merugi dan menguntungkannya, Seperti ada konstalasi kepentingan dan kebutuhan, kerugian, keuntungan sudah berkusut ria bagai benang panjang, 2 gelombang kepentingan yang tidak bermuara pada satu titik.
Akhirnya terompet pemberangkatan kereta telah berbunyi, kini saatnya kami harus berangkat meninggalkan stasiun pemberhentian melewati jalur masing2 kami, menuju tujuan masing2 kami. Menuju Arah masing2 kami. Kami harus berpisah untuk drama kehidupan selanjutnya. Untuk suratan dan kebijakan hidup, untuk berkelana memahamami kemisteriusan Tuhan.
Ahfa Rahman
26-07-2012
Kami bertemu disebuah persimpangan ketika dulu kita pernah bepapasan di persimpangan pula, lalu jalan berbeda memisahkan kami untuk menyusuri suratan takdir hidup kami masing2, setelah bertahun kami berjalan, kami bertemu di sebuah persimpangan lagi, kami menyengajakan bersitirahat lebih lama dalam persimpangan itu, banyak cerita dan kenangan telah terukir dalam persimpangan itu, sebuah masa dan ruang dimana kita bersua dan bercengkerama, melepaskan rindu dan ekspresi hati jiwa kami, sebuah masa dan ruang yang kami menyadarinya hanya sementara, dan kami sadar suatu saat kami harus melanjutkan kembali perjalanan kami.
Tanpa rasa dan cinta kunikmati cintanya yang begitu menggelora, ku ikuti dimana dentuman dan desahannya membahana, kudengar dan kupelajari pengalaman hidupnya, kusandari pelukannya yang begitu lembut dan menentramkan. Kami jalani masa sementara ini dengan indah walau kadang duri2 tajam harus kami lepas dari kulit2 raga kami. Kami memainkan sebuah hubungan tak berdefinisi, hubungan yang lebih erat dari hubungan asmara, hubungan yang lebih ekstrim dari rumah tangga, kami bertemu di sebuah titik bersenyawa cinta dan kesendirian, kami bergulat intim dan hangat dalam ruang waktu itu. aku menyebutnya “ada hubungan lain selain cinta”
Sangat kucintai jiwanya, tidak selebihnya.., jiwa ini lah yang selalu kuimpikan dari pengembaraanku menyisir belahan jiwa, namun raga dan identitasnya membuatku tersungkur tak berdaya.. alangkah berliku pejalanan cintaku.. kebimbangan dan kerumitan apalagi yang harus aku hadapi. Dia sangat mencintaiku sepenuh hatinya, dia nikmati diriku selagi kami berada dalam ruang dan masa yang sama, keberadaanku adalah sementara baginya dan dia tahu aku akan pergi secepatnya, dia menahanku, memperlambatku, dan melobi kesadaranku.
Aku menikmati kebaikannya, ketulusannya, pengorbanannya dan segala kepeduliannya terhadap hidupku yang lusuh, namun tetap saja tidak mengembang rasa cinta dan sayang dari hati dan sanubariku yang beku. Aku menjalaninya saja, biarkan ragaku dinikmati dan melayani jiwanya.
Lama kami bersua dalam tiga jenis simbiosis, Terkadang aku beruntung dia merugi kadangpun berbalik aku merugi dan menguntungkannya, Seperti ada konstalasi kepentingan dan kebutuhan, kerugian, keuntungan sudah berkusut ria bagai benang panjang, 2 gelombang kepentingan yang tidak bermuara pada satu titik.
Akhirnya terompet pemberangkatan kereta telah berbunyi, kini saatnya kami harus berangkat meninggalkan stasiun pemberhentian melewati jalur masing2 kami, menuju tujuan masing2 kami. Menuju Arah masing2 kami. Kami harus berpisah untuk drama kehidupan selanjutnya. Untuk suratan dan kebijakan hidup, untuk berkelana memahamami kemisteriusan Tuhan.
Ahfa Rahman
26-07-2012